Part 1.

16 21 5
                                    

1. Awal?

╔═━━━───༻♔|•|♚༺───━━━═╗
  ℌ𝔞𝔭𝔭𝔶 ℜ𝔢𝔞𝔡𝔦𝔫𝔤 ...
╚═━━━───༻♚|•|♔༺───━━━═╝

Keringat dingin mulai membasahi Aira, nafasnya memburu, jantungnya berdegup kencang serta tidurnya tidak tenang terlihat jelas jika dirinya sedang mimpi buruk.

"Enggak, bukan! Enggak." Aira tersentak kaget saat ada tangan yang menyentuhnya kemudian bangun dari tidurnya.

"Nona, gak apa-apa?" suara panik yang ia dengar pertama kali saat bangun dari tidurnya itu adalah pembantunya. Orang yang membantu dan merawatnya saat pertama kali Aira tinggal di Jakarta setelah kejadian yang tak ingin ia ingat.

Mimpinya itu, mimpi masa lalu nya yang sangat kelam. Dimana saat itu dirinya melakukan kesalahan besar, Aira menyesal. "Gak apa-apa bi," ucap Aira sambil tersenyum manis.

"Ini minum dulu non, habis itu mandi terus sekolah." Ucap bi Ijah-namanya.

"Siapp, makasih ya, bi!" ucap Aira antusias, ia melupakan mimpi sebelumnya.

Bi Ijah terkekeh pelan melihat majikannya antusias. Anak yang luar biasa. Pikirnya. Tak lama bi Ijah memandang nya dengan sendu.

Aira tinggal di Jakarta sekitar hampir dua tahun yang lalu, saat itu pertama dan terakhir kali bi Ijah melihat kedua orangtuanya. Setelah saat itu bi Ijah tidak pernah melihat kedua orangtuanya lagi, bahkan mendengar Aira di hubungi orangtuanya juga belum pernah.

Saat itu, Aira berumur lima belas tahun yang artinya masih kelas 3 SMP, datang dengan wajah yang penuh ketakutan dan penyesalan, entah apa yang terjadi. Bahkan ia meluluskan sekolah menengah pertamanya dengan homeschooling.

Bi Ijah tidak tahu apa yang terjadi dengan keluarga majikannya, tapi ia kagum melihat Aira bersikap biasa saja, seolah-olah semua berjalan sesuai dengan jalannya.

Tapi tak menutup kemungkinan bahwa bi Ijah sering melihat nona-nya itu bermimpi buruk sampai mengigau, bahkan menangis dalam tidurnya.

"Kalo gitu, bibi turun kebawah dulu ya, non." Ucap bi Ijah yang di jawab anggukan oleh Aira.

Aira menatap punggung bi Ijah dengan tatapan tidak bisa di artikan.

"Udah hampir jam tujuh, kayaknya gue bakal telat." Gumamnya kemudian berjalan ke kamar mandi.

━━━━━━━━━★

"Pak! bukain dong."

Seperti tebakannya, hari ini Aira benar-benar telat. Walau hanya 20 menit tapi dia tetap nekat masuk lewat gerbang utama, tidak seperti kebanyakan orang telat yang memilih masuk lewat jalan tikus.

Ah, itu bukan hal pertama baginya, Aira sering telat.

"Baru kemarin telat, sekarang sudah telat lagi. Dasar kamu." Ucap pak Dani-satpam sekolah membuat Aira terkekeh.

"Aira kesiangan bangun pak," ucapnya memamerkan gigi putihnya.

"Kebiasaan, sana lari kelapangan kayak biasa." Titah pak Dani membuat Aira menurutinya.

Setelah menyelesaikan hukumannya, Aira melangkahkan kakinya di koridor menuju kelasnya-11 IPA 2, tapi saat akan berbelok tiba-tiba dirinya bertabrakan dengan seorang pria yang menyebabkan dirinya terjatuh. Tidak dengan lelaki itu.

"Sial!" umpat Aira sembari bangun dari jatuhnya.

Aira mengerutkan keningnya ketika pria yang menabraknya hanya menatapnya dalam, aneh. Apakah lelaki itu tidak merasa bersalah karena menabraknya?

Miserable (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang