Author POV
Setelah terdengar suara pintu terbuka Ara pun mengangkat kepalanya yang tadi tertunduk dengan pertanyaan yang terus berputar di kepalanya.
Begitu kepalanya terangkat sempurna matanya pun terbelalak melihat orang yang kini berdiri di depannya dengan santai sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Pria yang baru selesai mandi dan masih dalam keadaan Shirtless itupun hanya memasang senyum miring melihat ara mematung di depannya.
"Kenapa lu, Terpesona liat gw, hmm ?" Ujar pria itu dengan senyum miring yang masih terpantri pada bibirnya.
Sedangkan disisi lain Ara masih belum sadar dari rasa terkejutnya. Sehingga ia hanya bisa berkedip dengan mulut terbuka.
"Reaksi lu berlebihan tau" ucap cowok itu sambil meraup wajah syok ara.
"Hah ? I-ini beneran lu? G-gw gw nggk mimpi kan ?" Ucap ara dengan nada yang bergetar karena masih merasa kaget."Menurut lo ini mimpi apa nyata hm ?" Tanya nya seraya mengelus surai Ara lembut.
"I-ini beneran lu ? Se-seriusan ini lo ? Hiks" tanya Ara yang mulai menangis karena terhura eh terharu.
"Iya ini gw Lo kira siapa lagi ? Dedemit ?" Ucapnya seraya terkekeh.
"Huaaa ini beneran lo huaa hiks gw kira t-tadi cuma... C-cuma halu doang hiks ter-ternyata ini beneran lo huaaa.. g-gw gw kangen banget sama lo hiks"
Teriak Ara sambil menerjang cowok itu dengan pelukan erat dan menenggelamkan wajah nya pada dada bidang milik cowok itu.
"Eh kok nangis sih udh udh jangan nangis ya, udh gede kok masih cengeng aja sih hmm hehehe" ujar cowok itu sambil mengelus surai hitam legam milik ara.
"Udh dong hey... Ciaa... Hey udh dong jangan nangis abangnya pulang bukannya di sambut malah nangis"
Yap betul. Cowok itu adalah Jeremy Ladarian Mayes, anak sulung keluarga Adinata sekaligus kakak angkat dari Gladys Felicia Adara.
Ya benar, Jeremy adalah anak angkat mama dan papa Ara. Jeremy di angkat menjadi anak karena orang tua kandungnya atau saudara Adi - papanya Ara telah meninggal dunia karena kecelakaan pesawat.
Jadi sebenarnya Ara dan jeremy ini adalah saudara misan. Meskipun begitu mereka sangat dekat layaknya saudara kandung.
"Hiks a-abisnya Abang nggk pernah kabarin ciaa pas masih di Amrik kan ciaa kangen hiksrot"
Ujar Ara sambil sesenggukan dengan sesekali menarik ingusnya yang keluar dari goa nya.
Ciaa adalah panggilan khusus dari Jeremy untuk Ara. Kata Jeremy sih cuman dia yang boleh manggil Ara dengan panggilan ciaa. Semacam panggilan sayang gitulah.
"Iya iya Abang salah Abang minta maaf yah. Sekarang kan Abang udh pulang Abang bakal temenin ciaa trus disini Abang nggk akan kemana-mana lagi kok"
Ucap Jeremy dengan lembut dan masih dalam posisi memeluk Ara.
"Beneran, Abang bakal temenin ciaa trus ? Abang nggak akan balik ke Amrik lagi kan ?" Tanya Ara dengan mendongak kan kepalanya guna menatap wajah abangnya dengan wajah polos dan mata sembab karena menangis.
"Iya Abang bakal terus sama ciaa disini Abang nggk akan ninggalin ciaa lagi Abang janji"
"Beneran ya awas aja kalau Abang ingkar janji ciaa nggk mau lagi ngomong sama abang"
"Iya Abang nggk boong kok. Udh sekarang ini lepas dulu Abang sesak nggk bisa nafas Abang jg mau pakek baju dingin tau dari tadi kena AC malah di tambah sama air mata kamu lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess
Historical Fiction"hadeuh seandainya iya gw jadi Putri kerajaan pasti gw kagak perlu susah² kek gini buat masak. secara kan kalau putri tuh makan tinggal makan, tidur tinggal tidur. aduuh pasti enak banget kek gtu. Nggk kek gw, kalau mau makan kudu masak sendiri." be...