Setelah mengobati lukanya di warung belakang sekolah. Ara pun diantarkan pulang oleh gavin. Tapi tidak sampai rumah melainkan sampai jalan besar dekat komplek. Karena Ara takut abangnya akan memarahi gavin karena dibiarkan ikut tawuran.
Sekarang ara sedang melangkah gontai di pinggir jalan. Namun kali ini ada yang beda. Karena ara menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang di sana.
Bagaimana tidak ?? Penampilan nya saja sudah seperti gembel. Baju berantakan, celana jeans sobek, rambut acak-acakan, ditambah luka lebam di dekat bibirnya.
Yah... Begitulah sekiranya keadaan ara. Walau sebenarnya lebih parah lagi sih.
"Ara harus kemana ya ? Kalau pulang nggak mungkin. Ntar yang ada malah di marahin sama Abang. Huft... Trus ara harus kemana ??!!" Ujar ara frustasi.
Mata ara membelalak kaget saat melihat penampilan nya di kaca toko pinggir jalan.
"Ya Allah ini ara ? Beneran ara ? Astaghfirullahaladzim ara tadi kira gembel" ia hanya bisa geleng-geleng kepala saat melihat penampilan nya sendiri.
"Baju berantakan, celana sobek, rambut udh kek singa, eh tapi lebih mirip orang gila depan komplek sih." Ara terus meneliti penampilan nya dari atas hingga bawah.
"Pantes dari tadi ara diliatin orang Mulu"
"Ini mah kalau ara duduk dipinggir jalan pasti di kasih duit karena dikira gembel".
"Eh.. tapi masa iya ara dikasih duit ?." Ara menaruh jadi telunjuk di dagunya tanda berfikir.
Unfaedah banget yang dipikirin -author.
"Cobain ah..."
Ara pun duduk bersila dibawah pohon yang tak jauh dari toko tadi. Nah, sekarang ara benar-benar seperti gembel, ditambah di depannya ada kaleng bekas semakin mendukung.
Namun, setelah beberapa menit masih belum ada orang yang berbaik hati memberinya uang.
"Woiii... pak... Buk... Lewat mulu kagak mau ngasih ara uang apa ?."
Ara terus menggerutu karena orang-orang itu hanya melewatinya tanpa memberikan uang.
"Ni orang-orang kagak mau sedekah apa ya ? Kan kalau sedekah tuh suatu perbuatan terpuji".
Wahai Ara tidak tahukah engkau bahwa orang itu bersedekah kepada orang yang tidak mampu. Sedangkan engkau wahai ara, engkau sudah kelewatan mampu -author.
Beberapa menit kemudian sebuah mobil berhenti tak jauh dari tempat Ara 'mengamen'.
Terlihat seorang pria turun dari mobil sport hitam itu. Pria dengan stelan jas hitam, kemeja putih, celana bahan hitam dengan dasi senada, dan jangan lupakan kacamata hitam yang bertengger manis di hidung mancungnya.
Pria yang tak lain dan tak bukan adalah Jeremy itu menatap tajam ara dengan mata hitam legam miliknya.
Sedangkan yang di tatap , dia hanya bisa menunduk dengan tetap mempertahankan posisi bersila nya.
"Bangun." Titah jeremy dengan suara datar dan penuh intimidasi.
Dengan gerakan lambat Ara pun bangun dari posisinya yang tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess
Historical Fiction"hadeuh seandainya iya gw jadi Putri kerajaan pasti gw kagak perlu susah² kek gini buat masak. secara kan kalau putri tuh makan tinggal makan, tidur tinggal tidur. aduuh pasti enak banget kek gtu. Nggk kek gw, kalau mau makan kudu masak sendiri." be...