Abigail menyayangi aiden,tentu bukan hanya sekedar formalitas atau sebatas menghargai eksistensi ibu tirinya,ia menyayangi aiden benar-benar tulus layaknya kakak pada adiknya,tidak ada secuilpun kata iri bahkan persaingan antara mereka selama ini karna bigail akan dengan ringan tangan memberikan apapun yang diinginkan aiden
"aku tidak pernah meminta apa-apa bukan kak?hanya sekali ini"
mendengar aiden yang dengan sengaja menekan panggilan kakak untuknya semakin membuat dadanya merasa terhimpit
"tapi dia gadisku!milikku dan akan selalu begitu,ketahui batasanmu juga adikku!"
Nada rendah itu tak pelak malah membuat aiden menyematkan smirk nya
"Kau tau betapa egoisnya dirimu kak?mengklaim gadis yang selama ini kau dorong jauh-jauh dari hidupmu menjadi milikmu bukankah itu sangat konyol?"
aiden mengalihkan tatapannya pada mobil yang tadi mereka tumpangi sambil membuang nafas kasar
"Benar,harusnya aku tak perlu repot-repot juga meminta ijinmu,karna jelas kau bukan siapa-siapanya"
Dada bigail bergemuruh entah mengapa mendengar fakta tersebut
"KAU!-
"Abigail ayo cepat!diskusi apa kau sampai menunjuk-nunjuk adikmu seperti itu?"
Sang ayah menatap heran kepada dua putranya yang tak biasanya mengulur waktu hanya untuk mendebatkan sesuatu,padahal waktu mereka dirumah juga begitu banyak,belum juga mereka satu sekolah kenapa harus disini,bukankah berarti ada hal serius?
"Aku mengajak kakak bertaruh siapa kah yang akan ayah kenalkan pada gadis cantik disana" cekikik aiden merangkul bahu sang ayah agar melanjutkan langkah kakinya menunju ibunda yang terlihat berbincang dengan keluarga lain khususnya gadis yang kelihatan seusianya di depan sana dan meninggalkan abigail dengan segala ego nya
"Sial!"
$
"Bunda,kinar bantu ya"
Dengan senyum yang begitu manis sang ibunda menyerahkan mixer yang sedang dipegangnya
Suara mixer itu menjadi satu-satunya pengisi heningnya malam dimana anak dan ibu ini duduk bersanding di meja pantry,sebelum sang ibunda menyuarakan suaranya sambil mengelus surai putrinya
"Nak bigail baik,ganteng pula gasalah kalo banyak yang suka"
Kinar tersenyum,namun tatapannya terlihat ragu-ragu mengarah ke sang bunda mengingat dirinya tadi terlihat kesal karna topik yang sama
"Bunda memang tidak tau urusan anak muda seperti apa,tapi kalau kamu anak mudanya bunda berhak tau,kamu harta satu-satunya bunda jadi kalau ada hal yang malah membuat kamu sakit nantinya,tidak lain berdampak balik ke bunda"
Pandangan kinara kosong,ia bingung harus menjawab sang bunda bagaimana,ingin sekali ia mengatakan bahwa bigail cinta pertamanya,satu-satunya pria yang bisa menerobos masuk ke hatinya tanpa usaha apapun,kinara bahkan mengenalnya lebih dulu daripada ale,lalu haruskah angannya hanya berakhir seperti ini?secepat ini?
Lalu ingatannya berpendar saat tadi dirinya berpura-pura sakit agar bisa pulang bersama bigail meninggalkan ale,ya kinara tau sahabatnya tadi menunggu bigail dan mau tidak mau rasa tidak enak dalam hatinya kembali menguar,namun lagi-lagi perasaanya hanyut ketika ingat tatapan abigail saat dirinya mengatakan merasa tidak enak badan
"tatapan bigail yang keliatan kawatir berhasil narik kinara dari batas kesadaran yang selama ini kinar bangun bun,persis papi kalo dulu kinar lagi demam"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSTOPABLE
Romance@Abigail "don't judge a book by the cover!" @Aleisha "centil tuh yang berkelas" @Aiden "shitt!gue gabisa tahan!"