𝐜𝐡 9

1.3K 192 38
                                    

𝓮𝓷𝓳𝓸𝔂

.

🌻
.

Warning for typos, OOC, adult theme: nudity detail, NSFW, hash words, kissing detail, drug usages, underage (under 20 years old) sex, underage drinking, smoking.

.

Jam dinding masih menunjukkan pukul 6 pagi saat Sasuke keluar dari kamarnya. Jas berwarna hitam khas sekolah Oya ia jinjing dengan santai, menaruh jas itu di atas meja dan mengambil air putih. Ia tak berselera makan pagi ini, ia cukup teler kemarin malam dengan kokain yang Gaara bawa.

"Genma melihat mu di Tokyo Drift kemarin malam." suara berat khas milik ayahnya membaut Sasuke melirik.

Pria berumur 45 tahun berjalan santai, kemeja putih yang ia singkap memperlihatkan tato penuh yang ada di lengannya.

"Apa sekarang kelompok mu menguasai race juga?" ucap Sasuke sarkasme.

Fugaku membuat kopi untuknya sendiri, "Genma hanya bermain di luar, ia juga masih muda." jawabnya seadanya. "Aku akan memberikan pabrik yang ada di Timur Shibuya kalau kau sangat menyukai kokain Sasuke."

Sasuke ingin mendengus, apa ayahnya ingin membunuhnya secara perlahan?

"Kau ingin aku mati overdosis?"

Fugaku menyalakan cerutu dengan santai, kini beberapa anak buahnya terlihat berkeliaran di rumah. Sebagian besar adalah asisten, supir dan beberapa orang kepercayaannya. Mereka lebih banyak duduk di ruang tengah karena tak ingin mengganggu kegiatan pribadi sang ketua sekarang.

"Aku memberi mu pabrik itu agar kau bisa melihat langsung bagaimana putus asanya orang yang sudah terlanjur candu dengan narkoba. Aku tidak akan melarang mu, kau benci dengan larangan apalagi yang keluar dari mulut ku, aku hanya ingin kau melihat langsung dampaknya. Aku tahu kau mulai menggunakan kokain."

Sasuke menatap ayahnya tanpa kata.

"Sampai kapan kau bermain-main Sasuke? Kau sudah kelas dua, setelah lulus aku akan membawa mu langsung untuk bekerja bersama ku."

"Kau sendiri yang bilang kan? Aku bisa bermain-main sepuas ku."

Fugaku menatap asistennya masuk ke dalam ruang makan itu, membisikkan sesuatu. Pria itu mengangguk tanpa suara, Sasuke sebenarnya tak ingin banyak tahu tentang apa yang mereka bicarakan tapi mengingat dirinya akan menjadi penerus sang ayah ia lambat laun harus ikut campur dan mengotori tangannya.

"Kau memang licik, aku suka itu." komentar pria itu.

"Ya, aku belajar dari ahlinya." bisik Sasuke mengambil jas sekolahnya dan melangkah pergi dari ruang makan tanpa pamit pada sang ayah.

●○●○

Hinata menatap soal tes yang ada di depannya sekarang, guru matematikanya mengadakan tes dadakan siang ini. Kepalanya sudah pusing, di tambah ia juga sudah mulai lapar. Ten-ten sudah pasrah dan menyelesaikan tesnya dengan asal, Hinata bisa merasakan kepulan asap di kepala gadis tomboy itu.

"5 menit lagi."

Hinata mulai menuliskan jawabannya, rumus-rumus di kertas itu semakin membuatnya ingin cepat selesai. Ia memang pintar namun mengingat beberapa minggu ini ia selalu pergi bermain bersama Sasuke dan teman-temannya ia jadi jarang membuka buku untuk belajar atau sekedar mengulang materi yang cukup sulit.

Rebel ☾︎ 𝐒𝐚𝐬𝐮𝐇𝐢𝐧𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang