Ini minggu pagi. Wajar kalau rata-rata memilih berkencan dengan seperangkat alat tidur hingga siang menjelang.
Tapi, lain cerita kalau penampung makanan alias perut sudah berdemo untuk diberi asupan bergizi nan mengenyangkan.
"Loh? Makanannya gak ada?"
Taufan syok abis melihat meja makan yang bersih dari sarapan. Melihat jam untuk memastikan dia tidak bangun tengah malam, Taufan mengernyit.
Jam 7 lewat 25 menit, pagi hari.
Biasanya sarapan sudah tersaji sejam lebih awal.
"Gempa ke mana---"
Brak!
Taufan terlonjak mendengar suara bantingan pintu dapur. Membalik badan, dilihatnya Gempa dengan wajah... kesal?
"Gempa? Kau... kenapa?"
Gempa menatap tajam Taufan dan berjalan melewati kakaknya itu. Mendekati lemari pendingin, dikeluarkannya susu kaleng dan menghangatkannya di microwave.
"Gem? Susu untukku?"
"...."
Oke. Taufan berpikir adiknya kesambet jin halilintar yang kalau marah dapat membelah langit. Ini halilintar sungguhan, catat!
Dengan ragu, Taufan ikut duduk di samping Gempa yang langsung beranjak mendekati kulkas dan mengeluarkan roti tawar beserta selai coklat.
"Gempa, kau itu kenapa sih?" kembali Taufan diherankan, karena Gempa duduk diseberangnya.
Kembali Taufan mendekati sang adik, akan tetapi Gempa ikut beranjak mendekati microwave untuk mengambil susu.
Taufan dongkol sendiri dicuekin.
Greb!
Ditahannya tangan Gempa yang awalnya hendak duduk di kursi.
"Ada apa denganmu? Kenapa menghindariku?"
Manik keemasan yang biasa menatapnya lembut nan ramah, kali ini benar-benar bagai pisau yang habis di asah.
'Wow! Gempa bisa natap tajam macam kak Hali!! Hebaatt!!'
Dan Taufan malah terkagum-kagum dengan hal itu.
"Ha? Kakak gak salah ucap? Harusnya kakak sadar dong!"
Taufan kicep.
Gempa marah padanya?
Adiknya yang manis nan unyu-unyu itu marah? Apa ada adegan syuting di rumahnya?
"Hah... Memangnya ada apa--"
"Jangan pura-pura lupa!" ditarik tangannya kasar dari genggaman Taufan dan menjauh.
"Pura-pura apa?"
Sungguh, Taufan makin bingung sekarang.
'Gak ada kamera buat orang syuting kok di sini,' sempat-sempatnya dia membatinkan itu.
"Yang kakak lakukan semalam apa coba?! Berani melupakan dan tak mau tanggung jawab, hah?!"
"Ha?!"
Taufan menganga lebar.
"Kakak jahat!"
Deg!
Sumpah. Baru kali ini Gempa berkata begitu padanya.
'PMS, kah?'
Kau sangka adikmu cewek?!
"Tu--tunggu! Kau kenapa? Hei! Tanggung jawab apaan? Apanya yang sema---"
Taufan membelakkan matanya begitu mengingat yang terjadi. Terlebih wajah Gempa memerah, karena marah yang membuatnya semakin panik.
"Ge-Gempa... soal itu... maafkan aku. Aku... aku janji! Aku janji akan tanggung jawab!!"
"Bohong!!"
"Janji, Gem!! Aku janji! Kau mau berapa memangnya? Dua? Tiga? Akan kubelikan...."
"...."
Wajah memelas Taufan membuat Gempa iba. Dasarnya tak bisa marah lama-lama tentu membuat Gempa tak punya pilihan lain.
Menarik nafas dalam, si bungsu menghembuskannya pelan.
"Janji ya? Gempa mau tiga porsi martabak beff mozarella. Jangan bohong!"
"Iya, iya, iya! Aku janji akan belikan! Serius deh."
Kembali senyuman khas Gempa terlihat. Taufan merasa lega wajah menyeramkan adiknya pergi.
"Kalau gitu ayo sarapan, kak. Makan roti aja ya?"
Taufan hanya mengangguk. Tak berani meminta macam-macam setelah adiknya marah tadi.
'Uang sakuku... selamat jalan...,' batinnya nangis bombay membayangkan uang tabungannya akan habis, karena membeli martabak yang ia janjikan pada Gempa.
End.
.
.
.
Tunggu! Apa ada yang penasaran dengan masalah sebenarnya?
Tak ada? Ya sudah~ //dihajar
Baik-baik. Berikut Flashback singkat.
.
.
.
Gempa yang pulang malam, karena mengerjakan tugas kelompok di rumah teman sekelompoknya membawa martabak yang diimpi-impikannya.
Martabak beef mozarella.
Harga yang mahal membuatnya sulit membeli. Dan hari ini, setelah uang sakunya cukup dia membelinya.
Rumah sepi, cek.
Tak terlihat siapapun, cek.
Ini bagus. Artinya dia bisa menikmati sendiri martabak yang dia beli.
Tidak biasanya dia pelit gini.
Menaruh bungkusan martabak di meja belajarnya, Gempa masuk ke kamar mandi pribadi untuk membersihkan badan sambil membayangkan bagaimana nikmatnya martabak itu.
Dan saat sudah selesai---
"KAK TAUFAN!! APA YANG KAKAK LAKUKAN?!"
--- dipergokinya Taufan yang memakan martabak miliknya dengan lahap. Bahkan tinggal tiga potong saja dalam kotakan.
Benar-benar END.
.
.
.
Ini oneshoot lama wkwkw cuma asupan buat se-circle aja. Tapi, setelah dipikir-pikir dibagi-bagi juga nda papa wkwkwk susah nemukan ff TauGem sih.. Jadi, yah... Buat sendiri aja~
Semoga suka ya ke uwu-an adik kakak ini <3
![](https://img.wattpad.com/cover/282910943-288-k613819.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Colours of World
FanfictionWarna dari Dunia. Apakah Warna dari Dunia itu? Hijau itu hutan. Coklat itu tanah. Biru itu langit. Tak berwarna itu laut. Ah, itu secara harfiah saja. Toh bumi dikatakan sebagai dunia para manusia, bukan? Selain itu ada pula hal-hal yang terjadi d...