omong-omong tentang firasat, sudah tahu kan, kalau firasat itu menjadi bagian dari tanda sebuah peristiwa?
------
- FIRASAT
Bel tanda pulang sekolah baru saja berbunyi beberapa waktu yang lalu, dan artinya itu juga menjadi tanda dibubarkannya seluruh murid SMA LINGGA BUMI pada hari itu juga.
Termasuk Rinjani, kini dirinya sedang berjalan beriringan bersama Delisa yang tengah sibuk memainkan ponselnya ditengah jalan menuju parkiran. Awalnya sih, niat hati dirinya ingin minta tebengan karena lumayan menguntungkan juga arah rumahnya searah dengan rumah Delisa.
Memper-irit ongkos angkutan umum juga sih, hehe.
Tapi, tak sengaja iris matanya malah menangkap sesosok manusia yang sangat di kenalnya, tengah berdiri menjulang di depan pagar sekolah. Awalnya, dirinya pikir salah lihat atau sedang berhalusinasi, namun semakin dekat dengan gerbang depan, maka semakin jelas siluet orang itu.
"Kok tumben ke sekolah, pak?" Tanya Rinjani saat tepat berada di depan Ayahnya.
Dito- ayah Rinjani, tersenyum hangat saat menyadari bahwa anak gadisnya sudah sadar akan keberadaannya.
"bapak udah nunggu disini hampir sejam, Rin," kata Dito. Rinjani melotot, sejam?!
"sejam? demi apa, pak?!" tanyanya tak menyangka. Dirinya sempat lupa belum mengabari Delisa yang masih termenung di tempat, saat dirinya mengatakan untuk tunggu disana, selagi dirinya menghampiri ayahnya.
Dito mengangguk, setelahnya menepuk bahu Rinjani pelan, "gapapa-gapapa, ngeliat kamu semangat gini, bapak udah lega." Ungkapnya.
"bapak? bapak beneran gapapa?" Tanya Rinjani khawatir. Entahlah, dirinya menjadi sedikit parno kini. Melihat garis kekhwatiran yang diperlihatkan ayahnya untuknya, sedikit membuat hatinya dilanda gelisah kini.
"Yang buruk-buruk, gak boleh dibicarakan, Rin, pamali! Takut kejadian." Dito menengahi, "Firasat bapak aja tadi." Tambahnya.
Rinjani termenung, dirinya menatap Dito dengan pandangan yang sulit diartikan. Tiba-tiba saja, ayahnya datang ke sekolah dengan alibi firasat? Apalagi, diucapkannya dengan wajah serius seperti itu? Mengapa hatinya jadi tidak tenang, seperti ini..
"Gapapa pak, aku yakin gak ada apa-apa. Semua baik-baik aja." Gadis itu mengusap pelan telapak tangan ayahnya. Oh, ayolah, tidak ada angin maupun hujan, selama hampir dua tahun bersekolah-ralat, tidak, sebelas tahun bersekolah, ayahnya bahkan tidak pernah datang walaupun hanya untuk sekedar menjemputnya. Namun, sekarang? Hanya karena sebuah firasat?
"Aku ngabarin temen dulu ya pak, Aku ga jadi nebeng, jadinya sama bapak. takut dia nungguin." Pamit Rinjani. Dirinya segera berlari ke arah Delisa yang tengah menatapnya juga dari tempatnya. Meminta maaf dan mengucapkan alasan serupa, membuat gadis itu mengangguk pasrah dan setelahnya membiarkan Rinjani berlari kembali ke arah Dito.
"Yuk, kita pulang!" Ajaknya riang.
| RINJANI HOUSE |
Blok 29A - RDT"Ririn, pulang!" Seru Rinjani saat motor Dito sudah memasuki area perkarangan rumahnya.
Kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing. Dito memakirkan motornya di halaman rumah, sedangkan Rinjani sibuk selonjoran di teras rumah sambil mengipasi setengah wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DANGER - A New Game : Can You See?
HorrorKisah ini berawal, dari tradisi rutin XI-3 yang selalu membawa satu permainan tradisional untuk menemani dikala aktivitas belajar mengajar mereka disekolah. Permainan kali ini sederhana, namun, mana tau akan menjadi bencana, 'kan? Dan, tibalah, dima...