Hanya mimpi, atau sebuah pertanda?
------
• TIGA JAM SEBELUMNYA...
"Del, lo pernah mimpi gak?" Tanya Rinjani mengawali, memberi instruksi kepada temannya yang sedang asik mengutak-atik ponsel tiada henti.
Cewek itu menengok, lalu setelahnya menepuk kasar paha Rinjani, "pertanyaan gila! Ya, pasti, pernah lah!" Jawabnya sewot. Setelahnya menggeleng heran, pertanyaan macam apa itu? tentunya semua orang pasti pernah bermimpi lah!
"Kenapa lo? tumben banget bahas mimpi," herannya secara terang-terangan.
Saat ini mereka masih berada di luar—di depan Villa, ataupun kursi tunggu, menunggu instruksi dari Adi—selaku wali kelas, maupun Bu Nana mengenai kegiatan selanjutnya.
Dirinya menggeleng pelan, setelahnya memajukan sedikit tubuhnya ke arah Delisa, "kalo mimpi buruk tuh artinya apaan sih, Del?" Tanyanya lagi.
Mendengar itu, yang tadinya fokus Delisa mengarah ke ponselnya, kini berganti menjadi menatap Rinjani penuh penasaran.
"Ga ada artinya setau gue," Delisa menanggapi, "—eh tapi, gue pernah denger ya, katanya mimpi buruk bisa jadi suatu pertanda tau, Rin!" Serunya.
Rinjani mengerutkan kening mendengar itu, "pertanda apaan?" Tanyanya.
Selanjutnya, gadis itu malah mengedikkan bahu, "ini terserah mau lo percaya apa enggak, tapi bibi gue juga pernah ngalamin teror dari mimpi buruknya." Lanjutnya.
"Hah? Teror?" Pastinya Rinjani dengan kerutan yang semakin kentara.
Maksudnya apa?
Delisa mengangguk semangat, "Iya! Jadi ceritanya tuh, bibi gue pernah dapet mimpi dia sama keluarganya bakal dapet teror dari orang terdekatnya. Bisnis toko bibi gue bakal dibikin hancur sama kecelakaan maut yang bakal nimpa anak pertamanya," jelas cewek itu. Tatapannya seolah menerawang, menjelaskan sembari memberikan bayangan membuatnya seolah itu begitu mudah tersalurkan kedalam imajinasi Rinjani.
Rinjani mengangguk sekilas, "terus, terus?" Keponya.
"Awalnya bibi gue ga percaya sama mimpi tersirat kayak gitu, tapi setelah beberapa hari kemudian, toko bibi gue beneran bangkrut dan anak laki-laki pertamanya kecelakaan maut tunggal, satu tahun yang lalu." Delisa menghela nafas panjang. Menceritakannya kepada Rinjani, sekaligus membuka luka lama yang pahit baginya. Termasuk sang bibi. Jika boleh jujur, dirinya masih tidak rela.
"Serius? Sampe separah itu?" Katanya tak percaya.
Delisa mengangguk sekali, "kelam banget sih, apalagi setelah keluarga bibi gue cari tahu ternyata dalangnya dari adik iparnya sendiri."
Rinjani tak tahu, jika di luar lingkup kehidupannya, dirinya bisa menemukan orang sejahat dan setega seperti yang diceritakan temannya itu. Apalagi, ini sudah menyangkut keselamatan dan nyawa seseorang.
"Jahat banget, ya," dirinya tak menyangka. Ya, ditempatnya Delisa juga mengangguk membenarkan. "Gue ga tau itu termasuk teror atau ngga, tapi yang pasti, mimpi itu bukan cuma sekedar bunga tidur atau kiasan, bisa jadi dia juga ada buat kasih clue untuk apa yang terjadi selanjutnya." Ujarnya.
Dari sanalah, dan semenjak itu lah, Rinjani dengan segala fikiran bercabangnya menjadi tak beraturan membentuk sebuah benang kusut dan mulai tak memperhatikan sekitar.
• MISTHREERIOUS•
"MASUK SEKARANG!" Tidak! Suasana semakin chaos kini, ditambah dengan kedatangan sebuah suara yang berteriak kencang entah diserukan untuk siapa.
![](https://img.wattpad.com/cover/272947891-288-k803978.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGER - A New Game : Can You See?
УжасыKisah ini berawal, dari tradisi rutin XI-3 yang selalu membawa satu permainan tradisional untuk menemani dikala aktivitas belajar mengajar mereka disekolah. Permainan kali ini sederhana, namun, mana tau akan menjadi bencana, 'kan? Dan, tibalah, dima...