Apakah kalian percaya dengan adanya teori?—————
— RUMAH RINJANI - 05.50 WIB
Pagi yang bisa dikatakan masih tergolong pagi sekali, tak gentar untuk mengendurkan semangat 45 yang dibangun Rinjani sedari jam tiga subuh tadi. Entah lah, faktor awal karena memang dirinya yang belum merasakan vibe Jurit Malam yang memang kegiatan rutin SMA LINGGA BUMI atau hanya karena dirinya yang terlalu berlebihan? tidak apa-apa.
Jam baru menunjukkan pukul enam kurang sepuluh menit, namun gadis itu sudah berdiri mentereng di depan pagar rumahnya menunggu jemputan—siapa lagi, kalo bukan Delisa.
"Halo?" Jawab Delisa di seberang sana.
"Halo, Del, posisi dong, sekarang dimana?" Tanya Rinjani langsung. Dirinya juga sembari menunduk, menatap semua perlengkapannya yang sudah dirinya bawa dan siapkan.
"Sabar! Gue masih pake sepatu!" Sambar cewek itu dengan nada setengah malas. Bagaimana tidak malas, kalau yang ditumpangi nya saja modelan Rinjani yang kalau sedang menginginkan sesuatu getolnya minta ampun.
"Gece, Del! Kan disuruh ngumpul jam enam di sekolah sama si Adi." Sanggahnya
"Ck! Bawel lo, gue tinggal baru tau rasa! Lagian ngapain semangat banget sih, orang cuma kegiatan ecek-ecek gitu doang, terus besok pulang."
"Gabisa! Udah cepet, sini, gue tunggu di depan gerbang nih, sepuluh menit nyampe ya!" Putusnya. Setelah itu memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jaketnya.
Rambutnya sudah dirinya tata untuk di kuncir kuda setinggi mungkin, tidak akan dirinya biarkan kegiatan dan acara hari ini hancur begitu saja oleh karena mood tidak jelasnya.
Disela kegiatan menunggunya, tak sengaja atensinya kembali terfokus ke arah jari-jari tangannya—tepatnya jari tengah miliknya.
Memang sudah dibaluti oleh perekat luka dari kotak P3K milik ibunya, tapi setelah di amati lebih dalam lagi, mengapa luka tusukan jarum itu belum juga sembuh menurutnya.
"Kok jari gue masih merah darah banget sih?" Gumamnya bingung. "Kan gue udah kasih salep sama obat merah, kemarin." Lanjutnya.
"apa gula gue lagi kambuh ya?" Kembali dipikirnya. Tapi, jika memang gulanya sedang kambuh, maka bukan luka ini yang semakin melebar dan bahkan sekarang... bernanah?
gadis itu kembali merasakan debaran jantungnya yang menggila, kini hanya dengan melihat luka nya bekas kemarin siang membuat hatinya resah bukan main. Padahal, sebelumnya tidak seperti ini. Dirinya bukan tipe orang yang terlalu ambil pusing dan mendramatisir keadaan, tapi untuk saat ini...
"Kenapa perasaan gue ga enak ya?" resahnya.
Tin!tin! Suara klakson motor itu, membuat atensi Rinjani terkecoh sesaat. Dirinya menatap ke depan, disana dapat dirinya lihat dengan jelas sosok Delisa dengan penampilan— ya, khas motorannya. Jaket hitam yang membalut seragam nya ditambah leging hitam panjang sebelum nanti disekolah akan cewek itu ganti dengan rok selutut.
"Orang tua lo, kemana?" tanya Delisa saat pertama kali menghentikan deru motornya, dan memarkirkannya tepat di depan Rinjani yang termenung.
![](https://img.wattpad.com/cover/272947891-288-k803978.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGER - A New Game : Can You See?
HorrorKisah ini berawal, dari tradisi rutin XI-3 yang selalu membawa satu permainan tradisional untuk menemani dikala aktivitas belajar mengajar mereka disekolah. Permainan kali ini sederhana, namun, mana tau akan menjadi bencana, 'kan? Dan, tibalah, dima...