1 . Pertemuan

586 61 4
                                    

Hallo, guys. Berhubung akun ini udah kembali, revisian kemarin di akun baru ku-up ulang di sini yah. Dan bakal dilanjut up di sini sampai tamat ^^

***


Suara mobil yang masuk ke halaman rumah mewah milik keluarga Vihokratana terdengar, membuat semua pelayan bergegas berdiri dengan rapi untuk menyambut kedatangan tuan mudanya.

Pasalnya, tuan mudanya itu jarang sekali pulang ke rumahnya dan memilih tinggal di apartemen mewahnya sendiri. Jika saja tuan mudanya itu tidak akan di jodohkan, mungkin hari ini tidak akan pulang ke mansion seperti hari-hari biasanya. Karena sang tuan muda memang tak akan pulang jika tidak ada hal mendesak yang mengharuskan dirinya menyambangi rumah mewah milik kedua orang tuanya. Sibuk dengan pekerjaan selalu menjadi alasan yang ia katakan pada orang tuanya terutama Ibu.

"Apakah Mama harus menjodohkanmu dulu biar kau mau pulang, Tay?" tanya wanita paruh baya sesaat setelah Tay melangkahkan kakinya ke dalam rumah.

Tay yang baru saja tiba segera menghampiri sang ibu lalu mencium pipinya. "Ma, ayolah... Mama sudah tahu alasannya."

"Sibuk bekerja? Mama bosan dengarnya. Omong-omong soal perjodohan, Mama dengar anaknya sangat imut dan cerdas, Mama yakin kau akan menyukainya." ucap Ibu Tay sambil menarik putranya itu untuk duduk bersamanya. Sang putra menghela napas jengah.

"Ma... bukannya aku sudah bilang kalau aku ini bukan gay? Dan bahkan Mama tahu, aku sudah punya pacar. Lalu bagaimana dengan Namtan kalau aku menerima perjodohan ini?" Tay masih bersikeras tidak ingin dijodohkan.

"Percayalah, Tay. Mama dan Papa cuma ingin yang terbaik untukmu. Tentang Namtan, suatu saat kau akan tahu, dia bukan wanita baik-baik, dia cuma mengincar harta kita, Tay. Mama mohon, kau mau ya menerima perjodohan ini? Demi kebahagiaan Mama dan Papa, okay, sayang?" ucap wanita paruh baya yang masih cantik itu dengan nada lembut. Berusaha meyakinkan putranya. Sejak awal wanita itu memang tidak menyukai kekasih putranya.

"Tapi Ma, kalau aku menikah dengannya, Mama tidak akan memiliki cucu. Bukannya Mama dan Papa sangat menginginkan cucu? Dia juga laki-laki Ma, bagaimana dia bisa hamil? Sementara Namtan? Dia perempuan. Dia bisa memberikan Mama cucu. Ayolah Ma, aku bahkan siap menikahi Namtan kapan saja. Aku sudah berpacaran dengannya selama satu tahun dan aku yakin dia perempuan yang tepat."

"Tidak, Tay. Kau tetap harus menikah dengan putra teman Papa. Dan ini sudah keputusan mutlak. Kau tidak bisa menolak." ucap Ayah Tay yang Tay sendiri pun tidak tahu sejak kapan ayahnya ada di sana. Berdiri tak jauh darinya dan Ibunya.

"Lalu untuk apa kalian meminta jawabanku? Pendapatku tidak dibutuhkan di sini. Kalau memang begitu, bagaimanapun aku akan tetap di jodohkan, kan? Kalian tidak perlu khawatir, aku akan menerimanya. Jam tujuh malam, kan? Aku pasti datang." Tay pun pergi menuju kamar nya meninggalkan kedua orang tuanya yang saling menatap. Sang Ibu menghela napas berat.

-

Tak terasa malam pun tiba. Tay sudah siap dengan setelan jas yang memang sudah dipersiapkan oleh Ibunya.
"Lihat sekarang, aku benar-benar seperti boneka kedua orang tuaku. Bahkan aku tidak bisa menentukan kebahagiaanku sendiri." ucap Tay menatap bayangannya sendiri di cermin.

Tay turun ke lantai satu, di mana kedua orang tuanya telah menunggu, mereka sudah siap untuk berangkat. Ibunya tersenyum melihat putra semata wayangnya yang terlihat sangat tampan malam ini.

"Lihat putra kita, sayang. Tampan sepertimu. Aku yakin perjodohan ini akan berjalan lancar." ucap wanita paruh baya itu pada suaminya sembari berjalan keluar kemudian masuk ke dalam mobil.

-

Sesampainya di restoran, merekapun langsung diarahkan oleh pelayan menuju ruangan VVIP yang memang sudah direservasi oleh keluarga Phunsawat.

"Bagaimana kabarmu kawan? Aku tidak menyangka kita benar-benar akan menjodohkan putra kita." ucap tuan Phunsawat yang langsung saja memeluk tuan Vihokratana sesaat setelah teman karibnya itu memasuki ruangan.

"Aku baik-baik saja, bahkan sangat baik karena bahagia akan menjadi besanmu." kedua pria paruh baya itupun tergelak.

"Tay, perkenalkan teman masa kecil Papa dan yang di sampingnya adalah istrinya, mereka calon mertuamu, dan tentu saja yang yang kecil menggemaskan itu Gun, calon suamimu. Ayo kenalan dulu dengan Gun. " ucap Ayah Tay.

Tay hanya tersenyum malas kemudian mengulurkan tangannya kepada sosok mungil di hadapannya.

"Tay Tawan."

"Aku Gun Atthaphan. Kau bisa memanggilku Gun." ucap Gun disusul senyum ramahnya yang menampilkan dua lesung pipinya yang cantik.

Tay tidak menjawab ucapan Gun atau membalas senyum pria mungil itu. Bahkan dengan cepat ia melepas jabatan tangannya kemudian langsung duduk. Benar-benar tidak sopan bukan? Tay sengaja melakukan hal itu. Berharap tuan Phunsawat tidak menyukainya dan membatalkan perjodohannya.

Tapi sebenarnya itu sia-sia saja, karena bagaimanapun Tay berulah, kedua orang tuanya tidak akan mengalah dan akan tetap melanjutkan rencana perjodohan itu.

-

Waktu berjalan. Terhitung sudah dua jam sejak Tay dan kedua orang tuanya datang. Dan ya, kedua keluarga itu telah menentukan kapan mereka akan menikah. Pasalnya, dua keluarga itu tidak mau menunggu terlalu lama. Akhirnya mereka memutuskan untuk menikahkan kedua putra mereka dua minggu lagi.

Apakah Tay diam saja? Tentu saja tidak. Dia sempat menolak karena baginya itu terlalu cepat. Tapi Tay tidak bisa berbuat apa-apa bukan? Jadi, laki-laki itu hanya bisa pasrah, menuruti perkataan para orang tua di ruangan itu.

"Sekarang kau pulang dan antar Gun ke apartemennya, Tay. Tadi kau bilang tidak mau menikah terlalu cepat karena belum saling mengenal, kan? Nah, sekarang adalah waktu yang tepat. Antar dia pulang ke apartemennya. Kalian bisa sekalian ngobrol biar bisa lebih dekat." ucap Ayah Tay.

Tay pun berdiri kemudian meninggalkan ruangan mencekik itu. Disusul Gun yang berjalan mengekori di belakangnya.

Setibanya di parkiran, Gun hanya terdiam di samping mobil milik Tay. "Kau menungguku membukakan pintu untukmu? Jangan berharap lebih dariku . Buka sendiri dan cepat masuk." ucap Tay penuh penekanan pada kata 'berharap'. 
Gun pun dengan segera membuka pintu mobil kemudian masuk tanpa mengeluar- kan sepatah katapun.

Sepanjang perjalanan tidak ada satupun yang berniat memecah hening dalam mobil tersebut. Tay heran, apakah Gun ini manusia? Bisa-bisa nya dia bahkan diam saja ketika orang tuanya menjodohkan dengan dirinya yang juga seorang pria. Dan dia hanya berbicara jika kedua orang tuanya menyuruhnya berbicara.

"Kau bisu? " Tanya Tay ketus. Sudah tidak tahan dengan keheningan yang mencekik.

"Bukannya aku sudah berbicara denganmu di resto tadi?" ucap Gun tanpa menatap sang lawan bicara.

"Jadi, di mana apartmenmu?"

Dan Gun pun memberitahu alamat apartemennya.

"Apa kau gay? Sorry sudah lancang. Aku cuma heran, kenapa kau tidak menolak dijodohkan dengan laki-laki? Aku punya pacar dan dia perempuan asal kau tahu. Dan aku sangat mencintainya. Kuberitahu kau dari sekarang, aku menikahimu karena ini permintaan orang tuaku. Dan aku straight 100%. Tidak ada minat sedikitpun untuk menjadi gay." ucap Tay panjang.

Gun hanya diam tanpa berniat menjawab rentetan pertanyaan yang keluar dari mulut pedas pria di sampingnya. Ada sesak di dadanya. Tapi ia bisa apa? Gun sendiri pun tidak menginginkan perjodohan ini. Bahkan selama hidupnya, Gun tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Dia menerimanya hanya karena agar keluarganya senang. Menurutnya, dengan menjadi anak yang penurutlah satu-satunya cara agar kedua orang tuanya bahagia. Ia memang dibesarkan begitu. Jika ingin membuat Ayah dan Ibunya bahagia, dia harus menuruti apa keinginannya. Karna bagaimanapun orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya.

TBC

Marriage Contract (TayGun) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang