6

74 13 7
                                    

-Musim semi tahun ketiga sekolah menengah-

Hari ulang tahunku begitu menyenangkan. Keluargaku mengajakku untuk berlibur di vila pada akhir pekan. Ayah membelikanku seekor kura-kura kecil yang sudah lama ku inginkan.

Menjadi anak tunggal membuat aku kesepian. Ayah dan ibu memiliki pekerjaan sehingga aku harus sendirian di rumah. Sedangkan temanku hanya Baekhyun. Akhir-akhir ini si mulut besar itu sedang gila bermain sepak bola sehingga aku tidak punya seorang pun untuk bersosialisai.

Aku menginginkan peliharaan untuk menemaniku. Aku memilih kura-kura karena dia tidak akan menggonggong atau mengeong. Ibu melarangku untuk memelihara hewan yang banyak bersuara karena takut mengganggu tetangga.

Kura-kura itu sangat imut dan berwarna hijau. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Matanya begitu bulat seperti mata milik Chanyeol. Aku harus segera menemukan nama untuk kura-kura kecilku.

Di saat para remaja lainnya penuh semangat untuk bersosialisasi dan bersenang-senang pada jam istirahat, aku mencoret-coret bukuku. Mencari nama yang pas untuk kura-kura kecilku.

Aku mencoret-coret beberapa nama yang aku susun. Chan, Cha-cha, Yeo, Parkca, Yeol. Semuanya mengandung nama Park Chanyeol, cinta pertamaku. Laki-laki yang aku sukai sejak tahun pertama sekolah menengah. Itu karena mata kura-kura kecilku begitu bulat seperti mata milik Chanyeol.

Aku memikirkan bagaimana caranya agar tidak terlalu kentara bahwa itu diambil dari nama Chanyeol karena Baekhyun pasti akan meledekku habis-habisan.

Lalu aku menemukan sebuah cara. Loeynahc, Loeyna. Aku membalik ejaan dari nama Chanyeol. Loeyna nama yang bagus tapi itu terlalu feminim. Walaupun aku tidak tahu jenis kelamin apa yang dimiliki oleh kura-kura kecilku tapi dia terlihat tampan. Jadi aku yakin bahwa ia adalah laki-laki.

Aku coret dua huruf paling belakang 'na'. Loey, aku menulisnya lagi. Nama yang bagus, terlihat tampan dan imut. Aku lingkari nama Loey yang aku tulis dengan bentuk hati. Baiklah kura-kura kecil mulai hari ini namamu adalah Loey.

"Apa yang harus kita mainkan untuk pentas seni?" Suara yang sangat aku kenal terdengar memasuki kelas. Itu Chanyeol. Aku buru-buru menutup buku tulisku ketika ia sampai di bangkunya.

Bangku Chanyeol tepat berada di depanku. Berada di satu kelas dengan Chanyeol selama tiga tahun membuatku berpikir bahwa Chanyeol adalah benar-benar jodohku.

Tapi itu hanyalah harapanku. Nyatanya kami hampir tidak pernah mengobrol. Kami akan berkomunikasi hanya jika ia meminjam alat tulis atau kerja kelompok. Selebihnya Chanyeol akan bersama dengan teman-temannya atau dengan anggota bandnya seperti sekarang.

"Bagaimana jika lagu dengan beat cepat, aku rasa itu akan seru." Ucap Minho si drummer yang duduk di meja Chanyeol.

"Aku lebih menyaran lagu slow, ini tahun ketiga kita jadi harus kita hadapi dengan sentimental." Pemain bass yang aku tidak yakin siapa namanya.

Chanyeol berdecih, "Omong kosong. Aku harus memilih nama panggung, lalu aku membuat sticker pada gitarku dengan nama itu, pasti akan keren."

Pipiku memanas, ternyata Chanyeol juga sedang memikirkan nama untuk dirinya sendiri. Loey pasti akan cocok untuknya, pikirku.

"Kau sedang memikirkan yang tidak-tidak ya? Wajahmu sangat merah."

Aku terkejut dengan keberadaan Baekhyun yang tiba-tiba duduk di bangku sebelahku dengan tangan menompang dagunya. "Astaga apa kau tidak bisa bersuara sedikit?"

"Aku bersuara, baru saja."

"Anak sinting."

Baekhyun merebut buku yang berada di bawah kedua tanganku secara tiba-tiba, "Apa yang sedang kau kerjakan?"

"Baekhyun! Kembalikan!!" Aku mencoba mengambilnya dari tangan Baekhyun namun ia segera berdiri dan membukanya.

"Wohoooo apa ini? jangan bilang kau sedang mencari nama untuk kura-kuramu?" lalu segera menutupnya kembali dan mengangkatnya tinggi-tinggi agar aku tidak bisa menggapainya.

"Byun Baekhyun aku akan membunuhmu!"

Buku dari tangan Baekhyun diambil oleh tangan yang lebih tinggi darinya. Chanyeol membuat dadaku berhenti. Bukunya dalam keadaan terbuka karena Baekhyun hampir menjatuhkannya tadi.

Tidak, aku tidak mau Chanyeol membacanya. Aku tidak mau Chanyeol mengetahui bahwa aku menyukainya. Aku memejamkan mata untuk menghindari kenyataan yang akan terjadi.

"Ini, aku menghentikan percobaan pembunuhan." Ternyata Chanyeol mengembalikannya padaku. Aku membuang nafas lega.

Baekhyun bersiul jail. "Ooh Park Chanyeol membela Jennie." Membuat teman band lainnya juga ikut menggodanya.

"Itu karna setiap saat kau menggodanya, aku lelah melihatnya." Jawaban Chanyeol membuat teman-temannya semakin menggodanya.

Wajahku memerah, berharap lebih dari pembelaan yang dilakukan Chanyeol. Tapi tidak terjadi apapun setelah itu. Kami tetap seperti biasanya. Bicara seperlunya.

Hingga saat pentas seni di musim panas. Jantungku berdetak keras saat melihat stiker hitam dengan tulisan 'Loey' pada gitar Chanyeol. Terletak di samping sound houl. Aku mematung ditengah kebisingan yang mengeluhkan nama Chanyeol. Dadaku bergemuruh saat Chanyeol memainkan musik dengan semangat. Seperti tidak ada hari esok. Dengan nama panggung yang kuberikan.

Lalu saat Chanyeol dan bandnya menyelesaikan lagunya aku mendengar suara yang berasal dari kerumunan sekelompok gadis yang berkata "Chanyeol berkencan dengan perempuan sekolah sebelah."

Sialan. Si brengsek itu mencuri nama kura-kura kecilku.  

""

Hai semua!! Cerita ini hanya akan memiliki sedikit episode, mungkin 11/12? 

Dan akan memulai cerita baru yang lebih serius dan berat hehe. 

Genre apa yang kalian suka?

Where is My World? (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang