Hari ini menjadi hari buruk lainnya. Setelah Jongin muncul di apartementku perasaanku menjadi lebih buruk. Aku tidak tidur dengan cukup semalam karena pikiranku terus bekerja. Ku rasa aku membutuhkan kopi.
Aku berpikir untuk menyeduh kopi instan di pantry kantorku. Tapi aku mengurungkan niatku saat aku akan mencapai pintunya. Lebih baik aku membeli di café Chanyeol sambil menyegarkan pikiranku dengan jalan kaki.
Ini masih pukul 08.24 pagi jadi kantorku dan jalanan di sekitarnya masih sepi. Jam sibuk adalah pukul 09.00 pagi. Aku melihat badan yang tinggi semampai sedang membalik papan kecil yang ada di pintu kaca café, Itu Chanyeol. Aku gugup saat mendekatinya. Bukan karena aku masih ada rasa padanya, tapi itu karena kecanggungan. Aku adalah tipe orang yang sangat canggung.
“Hai.” Sapaku padanya mendapat balasan senyuman.
“Hai, kesini untuk mendapat kopi pagimu?”
“Ya, tentu.”
Aku mengikuti Chanyeol di belakangnya. Tanpa bertanya apapun ia bergelut dengan mesin kopi miliknya. Aku menunggunya karena aku berpikir perlu beberapa persiapan karena cafenya baru saja buka. Namun tangan Chanyeol memberiku satu cup kopi hangat.
“Bukankah kau harusnya menanyai apa pesananku?”
“Cobalah, ini akan membuat perasaanmu lebih baik daripada hanya americano panas.” Aku takjub karena Chanyeol bisa menebak apa yang ingin aku pesan.
Aku menerima kopi darinya. Menyesap sedikit demi sedikit. Senyumku mengembang karena rasa manis yang samar.
“Cinnamon coffee latte, aku meracik sendiri resepnya. Ketika hariku buruk aku akan meminumnya, dan itu sangat membantu.”
“Bagaimana kau tahu jika hariku sedang buruk?”
“Hanya menebak? Ternyata itu benar.”
Aku mulai curiga bahwa Chanyeol adalah seorang cenayang. Aku mengedarkan pandanganku mencoba mencari keberadaan si pororo merengut.
“Dimana orang yang mirip pororo itu?”
Chanyeol mengangkat sebelah alisnya, “Pororo? Kyungsoo?” dia tertawa. “Dia akan datang di sore hari, dia kuliah pada pagi hari,” lanjutnya.
Aku mengambil tempat duduk di dekat kasir lalu Chanyeol mengikutiku untuk duduk di depannya. “Ahh dia masih kuliah. Bukankah sebelumnya dia bartender?”
“Benar dia pekerja paruh waktu di bar yang sebelumnya di sini. Bar itu diolah oleh kakakku namun tidak berhasil jadi aku mengambil alih. Kyungsoo pekerja yang baik jadi aku tetap memperkerjakannya. Bukankah aku sudah menceritakannya kemarin?”
“Benarkah? Maaf aku bukan pengingat yang baik.” Terkutuklah pikiranku yang berpetualang sendiri tentang masa cinta pertamaku. Aku mengalihkan pandanganku pada papan kapur yang memiliki tulisan belum selesai. “Tiap Jum’at kursus baki?”
“Baking, aku mengadakan kursus baking di sini tiap jum’at.”
“Kau juga bisa memanggang kue?”
“Tentu aku mendapatkan sertifikat untuk itu. Kau boleh ikut jika tertarik.” Jawabnya dengan penuh kebanggaan.
“Aku? Baking? Tidak. Aku sangat buruk dalam memasak.”
“Tidak perlu keahlian, aku akan mengajarimu lagipula ini hanya untuk bersenang-senang.”
Aku berpikir untuk beberapa saat. Kesenangan apa yang aku dapat dari memanggang kue? Tapi memikirkan bagaimana Jum’at malam ini tentu saja aku tidak ada rencana apapun kecuali menangisi kehancuran hatiku. Lebih baik aku bermain dengan tepung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Where is My World? (completed)
FanfictionAku berada di dunia yang nyaman, dimana aku bisa melakukan dan menyimpan semua hal yang selalu kulakukan. Tidak ada keluhan antara aku dan duniaku, kami sama, kami membutuhkan satu sama lain. Namun di usiaku yang menginjak 29 tahun, saat musim akan...