59. A Promise that Can't be Kept

7.5K 1.1K 62
                                    

Matahari hampir terbenam penuh tatkala Lucius menyadari manusia-manusia di sekitarnya berhenti bergerak. Mata laki-laki itu melirik sembarangan, memandang pada luasnya tanah Levanthe yang petang itu terasa mencekik. Lucius menekan wajahnya kuat-kuat, tidak perlu waktu lama untuk sang Grand Duke menyadari bahwa seseorang telah menghentikan gerak waktu di tempat tersebut. Dari sudut netranya yang berair, Lucius dapat melihat tubuh Perseus dan Aaron yang semula gesit bertarung berubah diam dengan tangan yang mengacungkan pedang. Semua orang kini kaku selayaknya patung. Ia benar-benar sendirian, menjadi satu-satunya makhluk hidup yang tetap berjalan bersama masa di saat yang lain kehilangan kuasa akan tubuh mereka. Seiring dengan darah dari dadanya yang tetap mengalir deras, Lucius juga tenggelam dalam penyesalan setelah berbagai ingatan dengan kejam memenuhi otaknya.

Pantas saja akhir-akhir ini ia dan Luca tidak memiliki keberanian untuk menghadapi ataupun menatap wajah Selene. Walaupun keduanya memiliki kemampuan yang tak terbantahkan pun, apabila dihadapkan dengan kenyataan sepahit ini, Lucius dan Luca pasti akan berubah menjadi seorang pengecut tak tahu diri. Julukan sebagai pembunuh yang tidak pernah terdengar mengerikan di telinga sang Panglima juga seketika membuatnya kehilangan kewarasan. Ia memang seorang pembunuh, tetapi membunuh kekasihnya sendiri, Lucius pasti memilih untuk lebih baik mati.

"Bagaimana mungkin aku bisa sekejam itu?" Pertanyaan tersebut berulang kali terucap dari bibir Lucius. Genggaman tangannya pada pedang yang sudah dinodai darah perlahan mengendur. "Selene ...." Suaranya berucap pilu.

Di saat Lucius mulai tidak mampu mempertahankan tumpuannya, setitik perasaan aneh muncul dari jiwa Luca yang beberapa minggu telah menghilang.

"Arghh." Lucius menggeram tertahan begitu kilasan-kilasan mengerikan itu kembali hadir. Ia sangat berharap apa yang ia alami hari ini hanyalah mimpi, tetapi sayangnya, semua kejadian itu merupakan kenyataan. Lucius bisa mengingat setiap orang serta peristiwa yang berada dalam fragmen kacau tersebut, aula sebuah kuil yang dipenuhi manusia, ungkapan cinta, juga teriakan sarat kegetiran. Laki-laki bermahkota yang ia mimpikan pun tak lupa untuk hadir, dan gelengan frustasi lah satu-satunya yang bisa diberikan oleh Lucius begitu menemukan wujud itu sebagai raganya. Pemilik kedua tangan yang berulang kali menghabisi cintanya.

Tanpa dapat dicegah, air mata milik laki-laki itu kembali tumpah membasahi pipi. Lucius menggerakkan tangannya perlahan, mengerahkan sisa-sisa kesadarannya untuk menarik anak panah yang menancap di dada, berkhayal bahwa tindakan tersebut mampu membantunya teralih dari sesak yang timbul akibat tumpukan memori di otaknya. Namun, meski ia sudah membuat lukanya bertambah parah, perasaan penuh keputusasaan itu justru berubah semakin kuat. Usahanya sia-sia. Lucius memang harus menanggung semua dosanya sekarang.

"Apa yang harus aku lakukan setelah ini?" Lucius bergumam tanpa menginginkan balasan. Ia mencoba untuk menemukan kalimat lain, walaupun pada akhirnya Lucius justru akan menangis penuh sesal.

Laki-laki itu bahkan mengabaikan anak panah yang tergeletak di hadapannya. Lucius cukup menatapnya sekali, tanpa minat karena ia sendiri tahu, hanya senjata milik makhluk-makhluk itulah yang bisa melukainya separah ini. Raja dari Verona rupanya sangat bersungguh-sungguh untuk membunuhnya sehingga melakukan tindakan pelanggaran yang bisa membuat Dewi Nyx membuang penghuni surga ke dalam neraka.

"Di kehidupan yang lalu ataupun sekarang, ternyata aku satu-satunya yang bersalah, Selene. Hanya aku yang bertanggung jawab untuk semua hal buruk di takdirmu," ujar Lucius dalam sekali tarikan napas. Entah karena luka di jantung atau kepingan kenangan yang semakin membuatnya terbelenggu, kondisi sang Panglima Orison benar-benar berada dalam titik terendahnya. "Hanya aku," ungkapnya lagi, menegaskan kesungguhan dari setiap perkataan yang terucap dari mulutnya.

I Refuse to Die [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang