68. Just the Two of Us

10.9K 1.2K 56
                                    


CW// Mature Content
Gak bercanda loh ini🙏🙏🙏




Lucius merasa gugup bukan main. Ia menatap Selene, menelisik mata biru sang perempuan yang hari ini tampak lebih menawan. Rasanya Lucius hampir gila karena sekarang ia menginginkan Selene berada dalam rengkuhannya, menyambut ciumannya di hadapan seluruh bangsawan Orison bahkan Zaire serta Arthur. Itu tampak menyenangkan, jika saja semenit sebelumnya ia tidak sempat menangis karena perasaannya yang terlalu rumit saat menaikkan veil di wajah istrinya. Alih-alih mewujudkan keinginan itu, Lucius justru menunduk, berusaha menghalau pandangan Selene dari wajah serta matanya yang mungkin sudah semerah tomat.

Berada di dekat Selene membuatnya kehilangan jati diri. Ia tidak suka kekalahan, tetapi untuk perempuan itu, Lucius rela menjadi budak paling rendah. Lucius akan bersujud, membiarkan kekasihnya itu memperlakukannya seperti laki-laki tanpa kuasa.

"Lucius," bisik Selene pelan. Ia mencubit pelan lengan Panglima Orison, memaksanya untuk berhenti menunduk setelah deheman keras Zaire tidak cukup membuatnya kembali fokus. "Jangan seperti ini, kau bisa membuat banyak orang salah paham, termasuk Aaron dan ayahku."

Seolah ucapan Selene adalah perintah, Lucius langsung menurutinya tanpa pertanyaan. Terlebih, dua bangsawan laki-laki dari Rowena itu sempat menentang hubungan antara dirinya dan Selene setelah mengetahui tingkah konyolnya yang melarikan diri ke Hellion. Lucius bahkan harus memohon selama satu bulan penuh agar sang Duke memberikan kesempatan kedua untuk membuktikan diri. Tentu dengan tidak menyebutkan alasan sebenarnya karena Selene tidak ingin masa lalu mereka menjadi penghalang.

"Maaf, aku tidak bermaksud untuk mengabaikanmu." Lucius berucap lirih sembari mengeratkan genggamannya pada jemari tangan kanan Selene. Sang Grand Duke menatap wajah Selene lurus. Perempuannya terlalu baik. Karena itu, untuk Selene, Lucius sanggup mempertaruhkan gelar, harta, serta jiwanya. Bersama dengan sumpah pernikahan yang telah ia ucapkan atas nama sang Dewi, Lucius juga berjanji akan melindung Selene hingga perempuan itu tidak terluka lagi, tidak walau hanya setitik ataupun sedetik.

"Jika kau tetap seperti ini, orang lain mungkin akan menilai pernikahan kita sebagai paksaan. Aku memaksamu, dan kau hanya bisa pasrah," tukas Selene sinis, masih merendahkan nada bicaranya hingga Arthur atau Zaire hanya mampu menggeleng maklum.

"Mana mungkin aku terpaksa." Lucius menggulum senyum. Ia menyadari raut wajah Arthur dan Zaire mulai keruh sehingga kembali membawa matanya untuk memandang ke depan. Meski telah menyelesaikan prosesi sumpah, tetapi ia dan Selene belum selesai, Lucius masih harus melakukan satu hal lagi. Maka setelah suara rendah milik Zaire memintanya untuk melakukan itu, Lucius lanjut menekankan tangannya ke pinggang Selene, membuat sang perempuan berada dalam dekapannya sebelum mendaratkan ciuman di kening lalu berakhir di atas bibir.

"Kau mengikatku pada sumpah yang akan bertahan sampai kematian, Luke. Jika sekali lagi kau pergi, aku akan membuatmu melihat neraka." Selene mengakhiri ucapannya dengan kecupan ringan di rahang Lucius. Ia meringis tatkala membalas senyuman tipis Zaire, lalu hampir tertawa geli saat Arthur memberinya satu ibu jari sebagai pujian.

Lucius hanya mengangkat alis. Perempuan itu, bagaimana ia sanggup untuk meninggalkannya lagi. "Tentu saja, Grand Duchess," balasnya dengan wajah serius.

Lucius pernah bersikap bodoh, tetapi saat ini, ia sudah mendapatkan kewarasannya kembali. Ia akan menebus dosanya selama ini dan selama masa sebelumnya dengan berada di samping Selene. Lucius akan membuktikan pada Seraphim bahkan Dewi Nyx, bahwa meski mereka menghukumnya atau bahkan menghabisinya sampai menjadi abu, ia akan kembali hidup untuk menyelesaikan kisahnya bersama Selene.

I Refuse to Die [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang