Jarum jam bergerak detik ke detik, sepinya ruang keluarga rumah Airi malam itu membuat suara yang di buat jam itu terdengar masuk ke gendang telinganya.
Gadis itu terdiam, memikirkan sesuatu. Rambut panjangnya diikat keatas, dengan masker wajah yang menempel di wajahnya.
Bantal sofa ia dekap di antara dada dan lututnya yang ia lipat.Airi masih berpikir tentang hal yang terjadi siang itu.
"Bukan menjauhkan wine, tapi mendekatkan Dale"
Dahi Airi berkerut. Sheet maskernya bergerak mengikutinya.
"Kayak ngebet ngebetan jadinya"
Pintu kamar terbuka, Airi spontan menghadap ke belakang. Terlihat kakaknya dengan rambut gondrong yang urak urakan dan Hoodie hitamnya yang khas. Setelah mengetahui siapa yang keluar, Airi hanya mengerlingkan matanya.
Pria berkepala dua itu menaikan Hoodie nya dan menggaruk perutnya, mulutnya menguap kelelahan. Airi tebak dia mungkin sehabis mengerjakan tugas kuliahnya yang lain. Airi merasakan sebelah Sofanya berat, Airi melirik kakaknya, ia dengan santai menaruh kedua tangannya di sandaran sofa dengan matanya yang setengah tertutup.
"Ngapain keluar kalo cuman mau tidur" sindir Airi. Kakaknya balik melirik nya.
"Sensi. Ini celana pendek apaan? Ngundang jin" Ali menyubit pahanya kencang.
"Ih, biarin. Panas" Airi menendang kakinya spontan. Ia diam, kakaknya menatapnya curiga.
"Ada apaan?"
Airi balik menatap kakaknya, mengerutkan dahinya.
"Apaan apanya?"
Kecurigaan kakaknya tambah menjadi jadi, Ali menaikan sebelah alisnya. Melihat itu Airi menarik nafas panjang. Melamun sebentar.
"Kak, pernah ngedeketin cewek ga?" Airi menarik kepalanya yang masih menempel di antara lututnya, menghadap kakaknya.
"Kenapa?" Tanya Ali balik. Ia diam sebentar, mengingat ingat. Dirinya menyadari sesuatu, tubuhnya melemas, kepalanya menengok ke Airi terkejut.
"Ri.... jangan jangan lu..." Ali menunjuk jari telunjuknya ke arah Airi. Airi menatap kakaknya bingung, sedetik kemudian Airi sadar.
"SIALAN! NGGAK LAH" Airi menampar pundak kakaknya keras. Ia tahu apa yang kakaknya pikirkan.
"Airi nanya, masa Airi ganti "cowok" kakak nge gay dong" cibir Airi. Kakaknya hanya mengangguk mengerti.
"Pernah"
Pernyataan kakaknya membuat Airi spontan mengangkat kepalanya, penasaran.
"Gimana ngedeketinnya?" Tanya Airi bersemangat, Ali hanya menatap adiknya dan tersenyum kecil.
"Kalo emang di takdirin bareng, ga ngedeketin juga bakal ngedeket sendiri" Papar Ali. Airi memutar otak untuk pertanyaannya.
"Kalo ada orang ketiga gitu?" Tanya gadis itu kembali. Ali menarik nafasnya.
"Kalau emang suka dan ingin. Perjuangin lah. Jangan lari dari masalah, kalo ada... Selesain baik baik"
"Tapi kalau emang ga disuruh bersama, mau sekuat apapun ya bubar" Ali bangkit dari duduknya, meregangkan otot-otot tubuhnya.
"Mau itu nafsu atau hubungannya" pria itu menguap, menarik nafas panjang dan berjalan malas ke kamarnya.
Ali menghentikan langkahnya dan bertanya. "Siapa? Cowok yang kemarin jalan sama lu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
: Epoch [ Slow Update ]
Teen Fiction[ LOTS OF HARSH WORD ] Aula sekolah. Tempat mereka pertama kali bertemu. Airi adalah drummer untuk band SMA nya. Kehidupan sehari harinya berubah setelah ia mendengar melodi piano yang di hasilkan Dale, pianis bisu di sekolahnya. Beberapa bulan m...