Gadis itu memperhatikan pria didepannya, mengotak atik bass nya dengan tangannya yang lentik, duduk nyaman di atas karpet di bawahnya.
Di luar mendung, beruntungnya rumah Bara hangat.
Tadi siang sepulang sekolah pria itu tiba tiba mengajaknya latihan di rumahnya, latihan dadakan untuk lagu instrumental yang akan band nya aransemen ulang. Lagu itu sudah lama di buat, dari kelas 1, awal mereka memulai band. Sekarang niat di aransemen ulang karena sang vocalis ingin menambahkan lirik di dalamnya.
Tidak ada drum di rumah bara, seperti yang di harapkan dari rumah seorang bassist. Tapi tidak masalah, selama suaranya nyaring, Airi bisa menggunakan itu sebagai drum nya.
"Bara!"
Pintu kaca ruangan di ketuk pelan, suara wanita berkepala 3 terdengar dari balik pintu. Membawa 2 cangkir teh dengan nampan merah sebagai alasnya.
"Bara, ini... Kamu yang beresin?" Tanya ibunya Bara. Pria itu mengangguk, Airi melihat sekitar, ruang latihan zbara memang rapi, walau ada baju yang seharusnya tidak berada disini, baju itu terlipat rapi di atas meja.
"Duh, seharusnya ibu aja yang beresin. Kamu belajar atau latihan yang bener" ucap wanita itu khawatir.
"Airi, Bara sekali kali di ingetin. Cowok kok beres beres ya nggak sih?" Wanita itu bergurau, tapi Airi bisa lihat Bara mulai kesal dan mendengus jengkel.
"Haha, tapi kan kalau ngebantu ibu sendiri, nggak salah toh" bela Airi. Keluarga Bara sudah cukup mengenal dirinya sehingga dia berani berbicara seperti itu, toh mereka temenan dari SMP.
Ibu Bara tertawa kecil. "Ya dong, masa ga boleh. Yasudah, santai aja Bara. Ibu bercanda. Semangat kalian latihannya" wanita itu pergi, menutup pintu dan duduk di sofa yang menjangkau penglihatannya dari pintu kaca itu. Anak gadis dan anak perjaka ditinggalkan berdua, kalau tidak hati-hati, Nanti lain jadinya.
Airi menengok Bara yang sudah selesai dengan bass nya.
"Yang sabar ya Bar" ucap Airi pelan pelan. Bara bangkit dengan kasar menunjukkan wajah murungnya.
"What's wrong with that"
"Cowok ini, cowok itu, cewek ini, cewek itu. Kita masih manusia, kita sama" sanggah Bara kasar. Airi hanya diam memperhatikan pria putih itu mencari sesuatu di laci mejanya.
Bara kembali membawa kertas dan sebuah CD. Menunjukkannya pada Airi.
"Ini. Rekaman aransemen pertama. Sama ini kuncinya"
Airi mengambil kertas itu dan memperhatikannya. Itu lagu pertama yang band nya buat di kelas 1, sudah lama tidak mereka mainkan karena nyaman dengan latihan yang biasa di isi lagu musisi terkenal dengan siao yang mengisi vocalnya.
Jika dipikir lagi, lagu ini tidak seburuk itu. Walau kadang rasanya cringe saat mengingat betapa senangnya Airi saat ikut andil dalam pengaransemenannya.
Tempo nya tidak lambat dan tidak cepat. Lagu pop normal yang biasanya dimainkan dan dinyanyikan anak remaja.
Tapi ia tidak tahu jadinya dengan lirik yang siao tulis. Kadang siao bisa jadi orang yang... rumit.
Bara memperhatikan gadis didepannya yang sedang mengamati kertas chordnya. Airi cantik. kalau sedang fokus, matanya sayu tetapi terasa tegas. Poni pendeknya yang Airi potong 3 bulan lalu sudah tumbuh sampai ke dagu. Rambut poninya yang tidak sampai ke kuncir kudanya jatuh kebawah. Bara selalu mengamati Airi, selalu. Jantungnya tidak tenang. Saat bersama Airi, jantungnya tidak pernah tenang.
Nafas Bara menggebu. Ia ingin melakukan sesuatu, Membuat Airi miliknya. Tapi ia tahu, ia tidak bisa. Banyak sekali hal yang ada di pikiran bara sekarang, Dadanya mengempit. Sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
: Epoch [ Slow Update ]
Teen Fiction[ LOTS OF HARSH WORD ] Aula sekolah. Tempat mereka pertama kali bertemu. Airi adalah drummer untuk band SMA nya. Kehidupan sehari harinya berubah setelah ia mendengar melodi piano yang di hasilkan Dale, pianis bisu di sekolahnya. Beberapa bulan m...