23 Februari 2021
Di salah satu coffe shop yang saat ini sedang lenggang sebuah perasaan telah tertinggal tiga tahun lamanya. Perasaan yang sepertinya tak akan pernah mati walaupun sudah sekian kali Naya coba mematikan perasaan itu. Perasaan yang membuat hatinya menghangat sekaligus sakit di waktu yang sama.
"Bengong aja Nay? keinget mantan ya?" ledek sang sahabat yang sedari tadi memperhatikan Naya sambil meminum ice latte-nya.
"Hah?" Naya tersentak mendegar celotehan dari sahabatnya itu. Entah sudah berapa lama Naya hanyut dalam lamunannya sendiri.
"Salah gue kayaknya mau diajak lo ke sini." desah Lavenia dengan mata sendu melihat wajah galau sahabatnya itu.
"Bukan salah lo kok, gue aja yang lagi-lagi kepikiran masa lalu." Naya menghela nafas panjang sambil mengaduk caramel latte yang baru dia minum sedikit itu.
"Plis deh jangan bilang kalau masih keinget mantan lo itu, ini udah tiga tahun woy!" sebenernya udah ngga heran lagi bagi Lavenia kalau sahabatnya itu suka galau nggak jelas.
Kanaya Cassandra Putri sudah bersahabat dengan Lavenia Angelica sudah dari TK hingga kini. Berbagai macam cerita hidup telah mereka lalui bersama, entah berapa kali mereka beramtem-balikan tapi akhirnya selalu berakhir dengan berdamai kembali.
Selayaknya sahabat Naya dan Lala panggilan yang selalu ia sematkan kepada Lavenia dia selalu berbagi cerita entah itu tentang hal penting maupun hal receh apapun.
Seperti malam ini Naya mengajak Lala untuk nongkrong di coffe shop langganannya sejak kelas SMP. Ingin mengingat momen dulu waktu pertama kali dirinya ditembak oleh Liyan sang pacar pertama sekaligus cinta pertamanya di SMP.
Hari ini adalah tanggal dimana dulu dia ditembak oleh Liyan. Entah kenapa perasaan itu enggan lenyap dari hati Naya padahal sudah hampir 3 tahun sejak diputuskan oleh Liyan karena kesalahannya.
"Gue inget dulu ditembak disini sama Liyan La, ngga kerasa mau 3 tahun aja." sesekali Naya menyesap minumannya yang sudah hampir dingin.
"Okeh Nay gue paham alesan lo ngajak gue kesini, padahal lo tau gue lagi mager banget." sewot Lala yang sebenarnya sebal kalo Naya lagi melow.
Sebenarnya Naya adalah orang yang periang, ceria dan ramah. Tapi kalau galaunya kumat sudah kaya orang pacaran yang baru diputusin sama pacarnya. Kusut maksimal.
"Sorry ya, soalnya suasananya pas banget nih La hehe."
"Bisaan lo aja deh Nay males gue kalo setiap sedih curhatnya tentang Liyan mulu."
"Mantan gue kan cuma dia." Naya menjawab sambil menunjukan puppy eyesnya.
"Jijik deh yuk ah pulang, males gue liat muka lo." dengan tak sabar diri Lala pergi meninggalkan Naya yang sudah kembali normal.
***
Pagi ini lumayan gelap mungkin karena mendung dari subuh. Naya mengeratkan cardigannya melewati parkiran sekolah menuju kelasnya di lantai tiga.
SMA Gardika. Sekolah negeri berakreditasi A yang unggul tidak hanya bidang akademisnya namun non akademisnya juga. Gedung tingkat tiga ini dibagi menjadi beberapa ruangan. Untuk lantai satu dikhususkan untuk kelas X, ruang guru, kantin, beragai macam lab dari lab bahasa-biologi dan perpustakaan. Lantai dua untuk kelas XI, ruang musik dan ruang olahraga. Dan lantai tiga khusus untuk kelas XII, ruang serbaguna, gudang dan rooftop sekolah.
Tahun ini adalah tahun terakhir Naya disekolah karena sudah kelas XII. 2 tahun terakhir yang dilewati dengan susah dan senang. 2 tahun terakhir yang Naya lewati untuk mencari kabar tentang Liyan, Kaliyan Rajendra Tama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move And On
Teen FictionMasa lalu yang belum selesai dengan baik memang selalu menghantui kemana pun kamu pergi. Ini adalah cerita dimana seorang gadis yang berusaha untuk menyelesaikan masa lalunya yang malah terjebak lagi dengan orang yang sama. Bagaimana akhir kisah ini?