Di perjalanan pulang Naya banyak melamun, pikirannya tidak jauh-jauh melayang ujungnya ke mantan SMP nya yang entah kenapa sangat sulit untuk ia lupakan.Akibat notifikasi dari instagramnya, Naya merasa kepercayaan dirinya meningkat. Merasa ada sedikit keberanian untuk bertemu dengan Liyan. Tanpa sadar senyum lebar terpancarkan di wajah Naya. Belum apa-apa Naya sudah membayangkan pertemuan romantis dengan Liyan. Dasar Naya!
Sesampainya di rumah Naya berlari-lari kecil sambil bersenandung dengan riang. Seperti menang giveaway dari salah satu akun di instagramnya. Bunda Naya sampai bingung melihat anaknya. Orang yang diherani hanya melambaikan tangan ke Sarah sambil tersenyum makin lebar. Biasanya pulang sekolah Naya menunjukan muka lesunya, sekarang seperti baru selesai mandi, segar paripurna.
"Oh ya bun, sore ini Naya ada tugas kelompok sama Kanya dan Rebecca. Niatnya mau ngerjain di Mirai-e Cafe, boleh nggak bun?" Naya menghentikan langkahnya di tangga dan ijin ke Sarah tentang kerja kelompoknya.
"Kerja kelompok apa emangnya Nay? Pulangnya malem nggak?" tanya Sarah kepada anaknya khawatir juga kalau anak gadisnya pulang malam sendirian.
"Tugas english bun dari Mrs. Ade disuruh bikin video review makanan pakai bahasa Inggris gitu bun. Paling malem nanti jam 7 deh bun, janji nggak malem-malem." tak lupa Naya mengacungkan jari kelingkingnya.
"Ya udah nanti bunda sampein ke ayah ya."
"Makasih bunda, sayang deh." Naya lari dan memeluk Sarah.
Sebenarnya Sarah dan Setya bukan tipe orang tua yang posesif kepada anaknya. Tidak boleh pulang malam, tidak boleh pacaran, tidak boleh ini dan itu. Namun bagaimanapun Naya anak gadis satu-satunya jadi agak khawatir kalau anak gadisnya pulang malam. Naya juga diberi kebebasan untuk bergaul dengan siapapun yang penting tahu batasan. Jangan sampai ikut pengaruh buruk dari teman-temannya dan yang terpenting harus bertanggung jawab dengan kebebasan yang orang tuanya berikan.
Setelah mendapatkan ijin, Naya segera berlari ke kamarnya untuk mandi. Mumpung masih jam setengah 5 sore jadi sesampainya di tempat kerja kelompok dia tidak terlalu kemalaman.
17.30 Naya sampai di Mirai-e Cafe, cukup ramai di hari kerja begini mungkin karena jam pulang kantor. Beberapa orang menyepatkan untuk mengisi perutnya terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah.
Mirai-e Cafe merupakan cafe bergaya Jepang. Yang interior maupun makanannya berbau dengan Jepang. Selain karena enak, cafe ini juga nyaman untuk sekedar nongkrong atau untuk meeting karena cafe ini tidak hanya diperuntukkan untuk kaula muda tapi juga untuk orang dewasa. Jadi untuk tempat meeting disediakan ruang VIP.
Naya menuju kursi bagian pojok yang masih kosong. Dari kursi ini masih terlihat jelas orang yang keluar-masuk cafe. Tak lama kemudian Kanya masuk cafe bersama Rebecca.
"Udah sampe aja lo Nay, udah lama?" tanya Kanya sambil mendudukan bokongnya di kursi sebelah Naya, dibarengi Rebecca yang duduk di depan Kanya.
"Baru sampe juga, langsung mesen yuk biar langsung bikin videonya nanti langsung ghibah. Nggak bisa lama-lama nih gue." jelas Naya.
"Yah Naya tumben nggak asik, kan lo tau kalo kita ngobrol nggak cukup satu jam." Keluh Rebecca sambil memilih-milih menu.
"Masih malem rabu ini Cha, bukan me time kita," jawab Naya yang menunggu Rebecca selesai memilih menu.
Kanya memanggil waiters dan segera menyebutkan pesanannya. Disusul oleh Naya dan Rebecca.
Sambil menunggu pesanan, mereka berdiskusi tentang siapa yang akan merivew dan siapa yang akan memvideo. Ditetapkan bahwa yang merivew adalah Naya dan Rebecca jadi Kanya yang akan memvideo.
Pesanan mereka datang 15 menit kemudian. Karena di sekolah Gradika setiap kelas English wajib menggunakan bahasa Inggris jadi bukan hal yang susah untuk mereka ketika akan merivew makanan menggunakan bahasa Inggris.
Butuh waktu 45 menit untuk video berdurasi 10 menit yang mereka buat. Karena dalam prosesnya pasti banyak ketidakseriusan di dalamnya.
"Cha lo yang ngedit videonya ya, kan lo jago tuh edit-edit beginian," ujar Kanya kepada Rebecca.
"Setuju sih gue," celetuk Naya sambil menyendok besar ice cream strawberry di depannya.
"Beres lah. Gue yakin deh kelompok kita dapet A dari Mrs. Ade besok." semangat Rebecca yang masih melihat hasil videonya.
"Hahha semoga, gue kelihatan cantik disitu," ujar Naya sambil mengibas rambutnya.
"Ye, diri sendiri aja tuh yang lo banggain," suara Kanya yang tak terima dengan penuturan Naya.
"Iri bilang karyawan, hahaiii." ledek Naya semakin gencar menggoda Kanya. Ekspresi judes Kanya yang membuat Naya suka menggodanya.
Pintu cafe terbuka, terdengar dari suara gemerincing dari lonceng di atasnya. Reflek Naya melihat siapa yang masuk ke dalam cafe tersebut.
Deg.
Mata Naya bertemu dengan mata cowo bersurai hitam itu. Hanya beberapa detik cowo yang sepanjang hari ini telah mengganggu pikiran Naya memutuskan kontak matanya. Dan segera menuju meja kosong bersama teman-temannya. Naya tahu siapa saja mereka, karena rombongan cowo itu adalah Liyan dan juga teman-teman SMP nya.
Kebetulan macam apa ini. Naya yang berharap tidak ingin bertemu dengan Liyan dalam waktu dekat ini, malah tiba-tiba dipertemukan dalam cafe yang hanya berjarak beberapa meja saja dari Naya.
"Nay lo kenapa kaya lihat hantu?" tanya Kanya yang melihat perubahan di wajah Naya.
"Nggak papa, cuma kaget kaya pernah lihat orang itu." ujar Naya mengisyaratkan matanya ke segerombolan cowo yang baru datang.
"Ohhh," beo Kanya dan Rebecca kompak dengan hanya sekilas melihat ke arah gerombolan itu.
"Udah jam 7 nih, pulang yuk!" ajak Naya gugup.
"Oh iya, ya udah yok nanti lo dimarahin nyokap lo," ujar Rebecca dibarengi dengan mereka membereskan diri bersiap untuk pulang.
Naya berjalan menuju kasir dengan berusaha bersembunyi dibalik teman-temannya. Agar tidak terlihat oleh rombongan cowo itu. Naya membayar bill mejanya sedangkan Kanya dan Rebecca menunggu di parkiran.
"Meja nomor 24 kak," ujar Naya pada kasir.
Kasir mengetikan sesuatu di keyboardnya, "Naya yah?" tanya seseorang yang sudah ada di sebelahnya.
"Eh iya, David kan kelas IX D temennya Lala?" tanya Naya memastikan.
"Iya nggak nyangka lo masih inget gue. Udah mau pulang? Kita baru mau pesen loh itu ada Liyan disana, nggak mau gabung dulu?" tawar David iseng.
Naya tampak gusar di tempatnya berdiri.
"Totalnya RP. 210.000 kak," potong kasir, membuat Naya lega.
"Langsung balik deh gue Vid udah malem." tolak Naya sopan sambil menyerahkan 3 lembar uang seratus ribuan ke kasir.
"Eh boleh minta kontak lo nggak?"
"Hmm boleh deh, sini hp lo," sebenarnya Naya agak keberatan memberikan kontaknya tapi dia juga tidak enak kepada David.
Setelah selesai mengetikan nomornya dan menerima uang kembalian, Naya segera pamit pada David dan segera menyusul teman-temannya.
"Eh lo tahu nggak gue tadi ketemu siapa?" ujar David kepada empat temannya.
"Naya," jawab Liyan cuek.
"Lah kok lo tahu?"
"Gue udah liat dia dari pertama kita masuk," ujar Liyan tampak enggan meneruskan pembahasan tentang Naya.
"Wuidih gercep amat nih," ledek Julio.
Liyan tidak menanggapi hanya menatap meja yang tadi Naya dan temannya tempati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move And On
Teen FictionMasa lalu yang belum selesai dengan baik memang selalu menghantui kemana pun kamu pergi. Ini adalah cerita dimana seorang gadis yang berusaha untuk menyelesaikan masa lalunya yang malah terjebak lagi dengan orang yang sama. Bagaimana akhir kisah ini?