Just Unique

Mortality (Seungknow)

Disclaimer, imortality Seungknow by Meilianxu 2021 sempat up di book drable milik akun Naezahaluv06 but karena yg bersangkutan unpublis karena berhenti nulis, jadi di up pribadi oleh Mei. Jika Kepo bisa mampir.
.
.
.
.
.

Dari kecil Lino di kenal dengan imajinasi nya yang sangat aktif. Dia selalu mengatakan hal di luar nalar yang tak bisa di cerna logika orang dewasa. Seperti perkataan nya soal Gerbang gaib di gunung baekdu yang bahkan tidak pernah ia kunjungi.

Hey ingat orang Korea Selatan bisa saja tidak kembali bilah nekat pergi ke Korea Utara. Okay lupakan..... Tak hanya tentang gerbang ghaib gunung baekdu.

Lino bahkan membicarakan gadis cantik yang bisa berjalan di aliran air sungai Han lah yang menyelamatkan nya dari insiden tenggelam beberapa bulan lalu.

Orang tua Lino menganggap Lino hanya berhalusinasi karena terlalu banyak meminum air sungai saat tenggelam. Lagipula mereka tak menemukan siapapun selain putranya yang pingsan di pinggir sungai.

Tapi kali ini putranya itu sudah keterlaluan... Dia menggunting leher kelinci peliharaan adiknya dengan gunting rumput dan menampung darahnya di sebuah mangkok dengan bercak darah. Dengan kata lain ini bukan pertama kalinya sang anak menampung darah di sana.

"Lee Minho.... Jelaskan apa yang kau perbuat pada kelinci Masiho! Untuk apa kau memenggal peliharaan adikmu dan menampung darahnya.... Kelinci itu mahluk hidup Minho... Dia bisa kesakitan. Dan apa kau tidak memikirkan perasaan adikmu melihat peliharaan nya kau potong seperti itu!!" Kento Yamazaki menatap tak habis pikir putranya.

Lee Minho atau Irino Yamazaki atau lebih di kenal sebagai Lino. Putra sulungnya dengan Lee Juyeon. Pemuda asal Korea yang ia nikahi 10 tahun silam.

"Ikan yang kita makan juga bernyawa Otousan. Tapi Mama memotong nya untuk kita makan. So why i can't do that to Mashiho bunny?" Seru Lino polos.

"Kita memotong ikan untuk makan sayang. Tapi.... Untuk apa kau membunuh kelinci Mashi? Dia sampai demam saat menemukan kepala kelinci nya tergeletak beserta jasadnya di halaman depan." Seru Juyeon lembut.

"Aku juga memotong kelinci ini untuk hidup orang lain mama. Seorang Hyung kehausan hingga pucat, dia butuh darah..."

"Kemarin aku memberinya darah tikus tapi itu tak cukup dan dia bilang hewan itu kotor. Tenggorokan nya sakit saat meminumnya. jadi ku potong kelinci mashi untuk minum nya. Aku hanya menolong orang mama, agar Hyung bisa pulang." Seru Lino yang tak masuk akal.

Ibunya hanya mengelus kepala Lino prihatin sementara sang ayah merasa sakit kepala. Tak paham akan omongan anaknya.

"Lino apapun alasannya perbuatan mu itu salah. Sekarang pergi ke kamar.... Renungin kesalahan mu." Seru sang ayah.

Lino hanya berkaca kaca dia sedih niat baik dan pembelaan nya di salahkan oleh kedua orang tuanya.

"Aku rasa kita harus membawanya ke Psycolog Juy, ah tidak ku rasa jika sudah seperti ini psykiater lebih di butuhkan.... Putra kita seperti nya mulai tak sehat" seru Kento pada Juyeon. Juyeon menggeleng singkat.

"Pikirkan lagi.... Jangan lakukan itu. Ino akan sangat terluka. Aku akan coba mengarahkan nya. Jangan kirim dia ke psykiater apalagi rumah sakit jiwa." Seru Juyeon memohon.

"Aku tidak janji sayang ini demi kebaikan nya juga. Kita tak bisa membiarkan Lino terus terusan seperti ini." Kento memilih pergi ke ruang kerjanya meninggalkan Juyeon yang pada akhirnya menangis sendirian di ruang tamu keluarga itu. Setidaknya mashiho kecil tengah tidur di kamar nya sehingga tak perlu melihat tangisan ibunya yang kalut akan nasip kakaknya.

Sementara itu Lino yang memiliki kamar di lantai dua sudah masuk dan mengunci diri di kamarnya, ia langsung menggelung diri di selimut.

"Hei kenapa menangis? Seseorang menyakiti mu?" Seru seorang pemuda pucat yang tiba-tiba muncul. Sosoknya yang transparan nampak makin jelas saat menghampiri Lino.