3

4 4 1
                                    

Jangan lupa follow sebelum membaca🙏

                                Absurd Love

"Makin lengket aja sama si primadona sekolah lo, Kar."

Azkar terkekeh pelan mendengar ucapan Radit.

"Resiko jadi orang ganteng." Sombong Azkar.

"Banyak duid juga." Ucap Hesa.

Azkar kembali terkekeh. Cowok dengan mata hitam legam itu memang banyak di gandrungi cewek-cewek di sekolah nya. Selain karena memiliki wajah tampan dan kekayaan yang melimpah, membuat Azkar tak kesulitan menggaet gadis-gadis cantik nan sexy.

"Udah pernah lo pake belum?" Tanya Radit. Usil.

Azkar mengernyit. "Pake apa?"

"Alahhh. Pura-pura bego aja." Ujar Hesa. Terkekeh.

Setelah tau arti dari pertanyaan dua temannya, Azkar menggeleng pelan. "Astagfirullohhh. Sholeh gue mah."

"Sholeh tapi si Sarma sering di cipok."

"Itumah beda lagi."

Ketiga cowok tampan anggota Tengkorak itupun tertawa bersama. Cowok kalau lagi ngumpul memang bahasannya nggak jauh dari cewek.

"Kata nya udah bosen."

"Iya, nih, Bos. Kapan atuh si Sarma di putusin."

"Nantilah, masih belum nemu yang cocok buat gantinya." Ujar Azkar. Sambil mengipaskan buku nya guna menghalau asap dari rokok yang kedua temannya hisap.

"Kalau udah putus buat gue, ya." Ucap Hesa.

Azkar merengut. "Jangan lahhh."

Radit terkekeh pelan. "Lo itu sebenernya cinta mati sama si body triplek. Cuman gengsi aja ngakuinnya."

"Sarma itu cuman mainan. Gue nggak pernah serius sama dia." Ucap Azkar, kelewat santai.

Hesa meninjak puntung rokoknya, "Hati-hati kalau ngomong. Ntar nyesel."

Azkar mengedikan bahu acuh. Cowok dengan seragam sekolah yang sengaja tak ia kancing kan itu kini memainkan handphone nya.

"Padahal si Sarma itu cantik. Cuman kurang bisa rias diri aja." Ucap Radit. Kembali mengingat wajah Sarma yang sebenarnya hampir dia lupakan.

"Body nya juga nggak jelek-jelek amat. Masih keliatan tonjolan-tonjolan di beberapa bagian." Timpal Hesa. Dengan tampang yang--

"Anjing muka lo. Nyeremin banget goblok."

"Jadi ange."

"Punya joni kok baperan amat ya gustiiii."

"Udah lama nggak masuk sarang."

"Naudzubillah."

"Jadi pengennn."

"Yang namanya Hesa jangan di temenin."

"Lo--"

Brak

"AZKAR HANDPHONE LO AKTIF'IN. DOI LO NANYAIN LO MULU DARI TADI!"

                                    ***

Sarma menghentakan kaki kesal. Azkar berjanji akan menjemputnya sore ini. Tapi sampai hampir pukul setengah enam sore pun cowok itu belum juga datang.

"Kemana sih."

"Lama banget anjim."

"Kalau sama gue ngaretnya nggak ketulungan. Kalau sama cewek lain perasaan kok gercep banget."

"Ntar kalau kesini gue jedotin palanya."

"Ahhh tapi sayanggg. Muka doi gue kan ganteng pake banget banget bangetttt."

"Goblok."

Tak hentinya Sarma mendumel. Kesal karena Azkar selalu mempermainkannya bila mereka ada janji jalan berdua.

Kalau nggak ngaret ya, lupa. Kalau nggak ketemu sama cewek lain dulu ya cewek nya di bawa ketemu Sarma.

Sarma bangkit lalu membenarkan celana sebatas lutut nya yang agak melorot. Cewek yang memakai kaus hitam oblong itu berjalan membuka gerbang rumah nya, ada suara motor Azkar.

"Lama banget sih!" Murka Sarma. Ketika Azkar sudah membuka helm full face nya.

"Bacot."

"Kemana dulu?!"

"Sholat."

"Kemana duluuuu." Kesal Sarma.

"Nganterin Desi kerumah nya."

Sarma mengepalkan tangan kuat mendengar ucapan Azkar.

"Nganterin terus ngapel dulu di rumahnya?"

"Apasih?"

"Kar--"

"Iya iyaaa. Udah tau jangan terus banyak bacot." Sentak Azkar.

Azkar melemparkan helm nya pada Sarma yang sedang menatap nya marah.

"Naik." Titah Azkar.

Sarma tetap bergeming sehingga membuat Azkar kesal.

"Naik."

"Desi tadi duduk di situ."

"Cuman duduk doang."

"Cuman?"

"Nggak usah ribet."

"Iya deh iya gue ribet. Kalau gebetan lo mah yang ribet nya nggak papa ya, Kar?"


                                   Tbc.

Absurd Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang