Niu niuu, warn 18+!!
So full of fvcking nc area.. So, please be smart readers!!
.
.
.Serat kain yang dipakai sudah kusut, semakin menguning tatkala residu kelenjar keringat membanjiri tubuh. Masih ada satu kotak lagi susu yang harus ia antar tepat waktu, sebelum terik surya makin membara.
Beomgyu meregangkan tubuh sejenak, dengan pantat yang mencium kursi panjang tempat para penghantar susu mengistirahatkan diri.
Secuil merasa janggal, mendapati Tuannya-Jeon Jungkook-menghampiri dirinya dengan seonggok kertas pada genggaman. Intuisi Beomgyu menyeruak alamiah, mungkin saja dia akan mendapatkan pekerjaan pun tambahan upah.“Nak, itukah kotak terakhirmu?” Ada keramahan yang terselip, membikin Beomgyu mengangguk antusias tak kalah ramah.
“Ya, Tuan. Apa ada tugas tambahan?” Netranya membulat penuh, seiring senyuman tuannya mengembang penuh arti.Lidah Jungkook berputar dalam langit-langit mulut, “Eum, begini. Kotak susu itu biar diantar oleh kuli yang lain. Kau, pergilah ke alamat ini. Dan hantarkan 2 botol susu berikut, ingat, harus sampai ke tujuan. Jangan tersesat lagi, nak.”
Tubuh ringkihnya berdiri spontan, tak bertele-tele melaksanakan tugas. Bagaimanapun, citra dirinya dihadapan sang tuan begitu baik.
Maksimal, hanya pernah ketahuan tersesat yang berakhir Beomgyu membagikan 1 kotak yang berisi 12 botol susu kepada orang gelandangan. Kelewat lugu memang, jelas saja gaji Beomgyu dipotong setengah.
“Kalau begitu, saya pergi dulu. Nanti tanda buktinya segera kuberi, Tuan. Permisi.”
Bayangan membeli satu atau dua potong baju, ditambah daging sapi hasil dari gaji hari ini. Beomgyu sudah menunggu itu semua, dan hari inilah, akan dia pastikan mampu memperolehnya.
.
.
.Boleh saja Tuan Jungkook berteman denganya, namun tidak dengan dewi fortuna. Sial, Beomgyu rasa urat malunya akan memuai hingga meleleh berceceran ke tanah.
Seorang wanita muda menjulang tinggi di depan pintu apartemen nomor 17, menyandarkan tangan di kedua pinggang. "Kasihan, masih muda harus mengalami buta angka. Lihatlah, ini kamar nomor 17. Gara-gara kau, tidurku jadi terganggu.” Sarkasnya penuh geraman.
Itu cukup kasar omong-omong, namun Beomgyu tak ambil pusing. Masih termotivasi akan bayangan baju baru ditambah makan daging sapi atau babi berkualitas tinggi. “Maaf nona.” Membungkuk sekilas, demi menjaga martabat. Beomgyu berusaha menahan gejolak kesal.
“Kau mencari unit nomor 11, benar?”
Nadanya begitu rendah tusuki indra pendengaran Beomgyu, melihat seorang lelaki berdiri dibelakangnya ketika ia hendak memutar arah.“Ya, nomor 11.”
Hasta miliknya tertaut dengan lelaki itu, melewati beberapa unit apartemen sebelum keduanya menyampai destinasi.Beomgyu berdeham dua kali, longgarkan tenggorokan yang tercekat barang 5 detik. “Jadi, ini unitmu Pak?”
“Jangan sembarang memberi panggilan, aku tidak setua itu buat sandangi embel-embel 'pak',” peringat lelaki tadi tanpa melepas kontak. “Panggil Taehyun saja.”
Kendatipun merasa terancam, Beomgyu mengangguk pelan. Menyuguhkan diri menginvasi unit milik Taehyun. “Tolong tanda tangani bukti serah terima ini, agar aku bisa segera pulang, Taehyun.”
Decakan malas keluar dari mulut, ada satu hal yang sangat Taehyun sayangkan. “Beomgyu-ku yang malang. Kini, pulangmu bukan gubuk reyotmu, sayang. Kini, akulah tempatmu berpulang.”
.
.
.Menjamahi alas tidur, pemuda ringkih kian menahan pita suara. Sekuat tenaga tidak menimbulkan vokal kurang senonoh, mencegah pantikkan api gairah seorang Kang Taehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
{Milk Coolies}
RomanceKebungahan melanda atmanya, saat Kang Taehyun kembali bertemu dengan Choi Beomgyu. Setelah menunggu, sekian lama.