Bagian Lima

430 63 16
                                    

Paginya, Taehyun menyibak perlahan selimut yang tutupi wajah Beomgyu. Hasta lentik pemuda itu saling menggenggam, meringkuk seakan melindungi bagian dada macam janin. Taehyun tersenyum kecil, lantas cium kilat pipi tirus Beomgyu.

Terheran sejenak, padahal semalam posisi tidur Beomgyu sudah ia ubah supaya berhadapan dengannya. Mungkin dia terbangun di tengah malam, kemudian berubah arah kembali meringkuk membelakanginya, begitu pikir Taehyun.

"Sayang, Kkyu, bangun yuk? Kita sarapan di luar."

Sekejap, Beomgyu berjengit nampak ketakutan. Apa ini? Beomgyu takut?

Susah payah Taehyun bangun keterbukaan pula kenyamanan supaya Beomgyu betah, berakhir runyam segalanya akibat suatu masalah.

"T-taehyun, maaf. Aku bangun terlambat, maaf."

Tidak, Taehyun muak. Beomgyu senantiasa lafalkan maaf untuk hal yang sepele semenjak kemarin malam.

Taehyun kelabakan, "Shutt shtt, tidak apa. Ini aku, Taehyun. Bukan bibi atau pamanmu yang akan memarahimu, tidak. Maaf ya, kemarin aku kelepasan membentakmu."

Perlahan, Beomgyu turunkan selimut. Masih menjaga jarak dari Taehyun, ia berdiri. Menuju kamar mandi, tanpa sepatah kata apapun.

"Beom-"

"Iya, aku mengerti. Kita sarapan di luar, aku mau, Taehyun. Aku mau mandi dahulu."

Taehyun tanggapi dengan tersenyum hangat, meskipun Beomgyu merengut tak bersahabat.

.
.
.

Kekesalan Beomgyu bukan cukup sampai disitu. Nyatanya, Taehyun sekalian mengajak wanita kemarin bergabung dengan acara sarapan pagi mereka. Beomgyu kesal, tetapi kesulitan dalam luapkan ekspresi hati.

Sehingga lagi, hanya ia yang berdiam diri. Sibuk dengan makanan pesanannya yang nyaris habis. Kontras dengan pesanan milik Taehyun dan si wanita yang bahkan masih utuh, sama sekali tak tersentuh.

Beomgyu bingung, harus bertindak bagaimana? Mengingat projek yang mereka bahas lumayan penting, bukan sembarang pembahasan main-main.

Taehyun yang pada dasarnya workaholic, memutuskan hubungi ayahnya guna menjemput Beomgyu. Lupa bahwa hubungan mereka belum membaik, dan memang perlu di perbaiki. Lebih pilih abai dan melanjutkan proyek di pekan hari.

Tak berselang lama, malah Hueningkai yang datang. Jelas, Taehyun mendengus kesal. Ayahnya memang terlampau dekat dan mempercayai Hueningkai, pegawai kesayangannya.

"Loh, kenapa malah kau yang kesini?"

"Lah, bukannya tuang Kang yang menyuruhku?"

Masih saling terdiam, Beomgyu mulai membuka suara. "Anu, jadi, aku pulang dengan siapa?"

"Oh, kau itu yang kemarin menangis, ya?"
Hueningkai menebak dengan cengiran khas miliknya.

Kalau begini jadinya, lebih baik Taehyun saja yang mengantar Beomgyu pulang, astaga.

Taehyun cemburu, kalian tahu?

"Tidak, Beomgyu disini saja. Pulang denganku, tunggu sebentar. Proposalnya sebentar lagi selesai, Gyu."

Beomgyu membuka mulut ingin bicara, namun wanita yang sejak tadi hanya pasif menonton akhirnya angkat suara, "Ini masih lama, Tae. Beberapa masih perlu revisi dan tinjauan lagi proposalnya."

Perkataan itu membuat Beomgyu merengut samar, "Ya sudah, aku pulang dengan dia saja, Taehyun. Aku juga lupa menjemur pakaian yang tadi sudah ku cuci, takut pakaianku berubah bau."

Taehyun mau tidak mau mengiyakan, sebab ia rasa tidak ada lagi pilihan.
.
.
.

"Jangan merengut, mau menyalakan lagu?"
Hueningkai menginterupsi Beomgyu dari lamunan, mencoba hibur pemuda yang katanya menjadi calon suami rekan kerjanya, Kang Taehyun.

"Boleh dinyalakan? Tapi, aku tidak tahu caranya, boleh minta tolong kau saja yang menyalakannya?"

Hueningkai tersenyum sumringah, "Pastinya boleh, oke sebentar, biar aku nyalakan."

Dentuman melodi perlahan mengalun, gerogoti rongga kecanggungan diantara Beomgyu juga Hueningkai. Cukup ampuh membunuh sunyi, sebab beberapa kali Hueningkai ikut bernyanyi.

"Eum, memang kau betulan ingin menjemur pakaian?"

Beomgyu terkikik masam, "Tidak, aku hanya beralibi saja. Kesal sekali, aku tidak diperdulikan Taehyun lagi, heuh.."

Hueningkai hanya menahan tawa, melihat wajah gemas Beomgyu berbalut dengan tubuh lumayan berisi itu. Bahkan diperkirakan tinggi Beomgyu lebih unggul sedikit daripada Taehyun, itu cukup menggelitik selera humor Hueningkai yang memang sudah dibawah standar.

Biarkanlah, tidak tahu saja dia dulu sebelum Beomgyu rajin berolahraga tubuhnya sekecil apa.

"Begini, kalau itu hanya alibi, bagaimana dengan street food, atau Time zone. Berminat mampir ke salah satunya?"

.
.
.

Gawat, Hueningkai sudah pasrah apabila ia di pecat akibat pulangkan Beomgyu secara telat. Mereka sampai di rumah pukul 8 malam, kepalang asyik bermain permainan.

Taehyun sudah menanti di depan pintu, bersama tangannya yang di simpan di saku celana boxer santai khas orang rumahan.

"Terimakasih Kai sudah antar pulang Beomgyu meskipun telat. Dan kau, Kkyu. Masuk, sekarang."

Hueningkai langsung tancap gas tanpa menjawab apapun, begitu juga Beomgyu yang hanya menurut ikuti titah Taehyun.

"Habis dari mana saja?"

Taehyun langsung cecarkan pertanyaan untuk Beomgyu di ruang televisi.

"Time zone, lalu mampir beli jajan-"

"Sudah kubilang, kan? Jangan beli jajan sembarangan, Kkyu. Kamu punya asam lambung, oke?"

Beomgyu cebikkan bibir, "Hanya jajan biasa, Taehyun."

"Oke, lupakan. Aku mau meminta maaf sebab kemarin sudah bentak, juga lupa membawamu pulang sampai tertinggal di kantor. Maafin, ya?"

Beomgyu mengangguk saja, kemudian rebahkan diri di sofa lebar depan televisi persis.

"Mau tidur disini?"

Beomgyu berkata 'iya' dengan semangat, "kemarin aku ingin tidur di sini, tapi malah kau larang."

"Disini dingin, Beomgyu."

"Lalu? Aku suka dingin."

"Boleh tidur di sini, asal wajib memelukku. Deal?"

Tidur di sofa ruang televisi terlakoni, dengan Beomgyu yang dipeluk oleh Taehyun erat.

Meskipun ia tahu Beomgyunya sedang kesal, setidaknya Beomgyu masih bisa dia cekal.

[]

Aku ngantuk berat, jadi maklumin ya kalo ada typo. Hehe, double up. Apa kabar, kalian?? See you in next chapter. Konfliknya sepele banget kok, murahan juga, jadi, jangan terlalu naruh ekspetasi tinggi-tinggi ya, ini udah sering banget ku omongin😭👍

{Milk Coolies}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang