11. Kecerobohan dan kamu

10 1 0
                                    

Hari ini untuk kedua kalinya Anzero menghubunginya untuk segera menyelesaikan proposal skripsi dan menyelesaikan bimbingan. Entah kenapa dosen satu itu selalu meneror dirinya di mana-mana dengan pertanyaan berputar-putar di kalimat, 'memangnya kamu tidak mau sidang cepat?' Kalau Cutie sudah kehilangan kewarasannya mungkin perempuan itu akan langsung menyumpah serapahi dosen pembimbingnya itu.

Hanya kalau, mana mungkin Cutie punya nyali sebesar itu? Apalagi kalau dalam mode jadi dosen laki-laki itu akan berubah dari yang menyenangkan menjadi menyeramkan. Perumpamaannya seperti Boneka Chucky berkedok boneka doraemon yang unyu.

Cutie juga tidak lupa tentang masalah beberapa waktu yang lalu. Novela tidak menunjukkan tanda-tanda kemurkaan, semua kembali normal lagi. Atau si jenjang itu hanya pura-pura biasa saja? Walaupun sudah minta maaf lagi setelah minta maaf yang terkesan playing victim itu Cutie tetap merasa tak enak.

"Cutiee! Sini!" Glowly berteriak lumayan kencang sambil melambaikan tangannya heboh. Lagi lagi nonton Barat yang sedang bermain basket. Padahal baru dapat nomor whosaapnya tapi sudah sibuk membuntuti ke sana ke mari yang tidak akan lepas begitu saja kalau dikibaskan kecuali dipotong.

Dengan pipi bersemu malu karena ada beberapa ada yang menoleh ke arahnya. Cutie berlari kecil menuju ke arah dua temannya dengan perasaan ingin menjitak Glowly sampai pingsan.

"Heh! Awas!" Cutie yang tidak tahu kode itu untuk siapa hanya berhenti dan pikirannya blank. Ada apa? Awas apa? Untuk siapa? Dan pukulan cukup keras membuat Cutie mundur beberapa langkah lalu memegang kepalanya yang cenat-cenut nyeri.

Tanpa melihat pun Cutie tahu kalau itu bola basket yang nyasar. Tapi kenapa bisa sedrama dan pas sekali? Mungkin orang yang menatapnya tadi masih memperhatikannya atau bahkan makin banyak yang memperhatikannya.

Cutie memegang kepalanya pelan, rasanya ia ingin menangis keras kalau begini. Sudah jatuh tertimpa badak pula.

Tiba-tiba sepasang sepatu pantofel berada di depannya. "Kamu baik-baik saja?"

"Maluuu," rengek Cutie tanpa sadar. Ia benar-benar tidak menyadari keadaan sekarang yang ia pikirkan adalah pergi lalu memutupi mukanya dengan kantong kresek kalau perlu.

"Pura-pura pingsan sekarang!" perintah orang itu membuat Cutie yang memijat kepalanya bingung.

"Cepat!" Cutie yang tidak ada pilihan lain langsung berpura-pura ambruk lalu dengan cepat ditahan oleh orang yang masih 'unknow' lalu orang itu segera membopong Cutie entah ke mana. Perempuan itu tidak peduli itu sekarang yang terpenting adalah ia selamat.

Cutie menyembunyikan wajahnya di dada orang itu lalu memejamkan matanya. Meninggalkan Glowly dan Novela yang berusaha mendekat namun keduluan oleh orang itu dan berakhir terpaku dan banyak mahasiswa yang menatap kepergian keduanya tak kalah terkejut dan tertarik.

Skandala mendudukkan Cutie di ranjang klinik lalu menatap perempuan itu serius. Sedangkan perempuan yang sedang ia tatap menghela napas karena tidak jadi mempermalukan dirinya sendiri.

Menunggu perempuan itu sadar dan memahami situasi terlebih dahulu.

"Kamu masih tidak mau mengaku?" tanya Skandala serius membuat Cutie yang baru saja bernapas lega kaget.

Cutie mendongak, menatap Skandala yang menjulang tinggi. Astaga, kalau tidak lupa laki-laki itu adalah dosen mungkin perempuan itu akan khilaf mengatakan sumpah serapahnya.

"Mengaku apa ya, Pak?" tanya Cutie pura-pura lugu. Kenapa sampai sekarang pun Skandala masih tidak menyerah saja? Sudah jelas-jelas dighosting, dihindari.

"Kamu pura-pura nggak tahu atau memang malu mengaku?" tanya Skandala semakin menunduk.

Tolong, Cutie sesak napas. Di sini tidak ada tabung oksigen kalau dia pingsan karena sesak napas.

Cutie menggeleng cepat lalu memundurkan kepalanya karena Skandala yang seperti mencoba membunuhnya dengan semakin mendekatkan wajah keduanya.

"Pak, kalau dilihat mahasiswa lain kita bakal jadi bahan gosip," peringat Cutie gemetaran, tangannya refleks mendorong dada bidang dosen mata kuliah kriminologi itu agar menjauh.

"Gosip apa? Bukannya kamu yang malah pegang saya?" tanya Skandala santai. Cutie menatap tangannya sendiri seolah tangannya adalah pengkhianat, babu yang durjana kepada majikannya.

Cutie menarik tangannya panik. "Eng-enggak, kok, Pak!" elak Cutie.

"Tapi ucapan kamu berkebalikan dengan perbuatan kamu," cecar Skandala berusaha santai padahal dalam hati laki-laki itu juga sedang deg-degan.

"Oke, saya hanya butuh kejelasan. Kamu Sugar 'kan?" cecar Skandala.

"Bukan, Pak. Itu Novela. Cewek bule kemarin itu lho!" kelit Cutie.

"Kamu tega juga jadi sahabat ya? Menjadikan teman sendiri sebagai umpan,"

Cutie diam mematung. Benar juga, baru saja ia mengingat rasa bersalahnya lalu ia melakukan hal yang sama? Cutie sepertinya sudah kehilangan akal sungguhan.

Skandala menjadikan dua tangannya tumpuan di ranjang, memperangkap Cutie yang masih merenung. "Sugar?"

Hati Cutie mencelos. Nama lainnya disebut orang terlebih orang yang sempat ia puja-puja membuat jantungnya berdebar tidak karuan.

Cutie mendongak, matanya terpaku ke arah tatapan tajam Skandala. Menghela napas saja rasanya sungkan apalagi menelan ludah. Rasanya oksigen di ruangan ini direngut paksa membuat Cutie sesak napas dan mulai kehilangan kesadaran.

"P-pak, bisa mundur?" cicit Cutie dibalas kernyitan aneh dari Skandala. Sedangkan Cutie mati-matian menahan gejolak ingin berkata sambil berteriak.

"Kenapa?" tanya Skandala bingung.

"Saya sesek napas," cicit Cutie makin lirih saja. Skandala yang mengerti perilaku Cutie menyeringai senang. Bukannya menjauh pria itu makin mendekat.

Cutie memundurkan kepalanya, dengan mata bergerak ke mana mana gelisah. "P-pak?"

"Hmm?"

"P-pak!"

Skandala semakin menyeringai. Sedangkan Cutie pikiran sudah berkabut. Astaga, Cutie belum siap menikah secepat ini. Cutie masih mau menyelesaikan skripsinya, masih ingin menyandang status sebagai mahasiswi dan anak dulu, belum siap untuk menambah status sebagai istri lagi.

"Pak, mau ngapain?!" tanya Cutie yang berhasil mengeluarkan suaranya setelah sebelumnya hanya bercicit tidak jelas.

"Menurutmu?"

Ambigu syalan! Cutie ketar-ketir apalagi saat Skandala mulai menyibak poninya. Dengan cepat ia menepis tangan Skandala kuat-kuat, mendorong laki-laki itu hingga mundur beberapa langkah lalu bangkit dari duduknya. Menuding wajah Skandala dengan garang.

"Bapak yang sopan ya! Saya tahu Bapak itu dosen yang harus dihormati. Tapi saya juga tidak mau diam saja kalau Bapak kurang ajar! Bapak juga harus tahu batasan, Bapak itu masih jadi dosen baru di sini harusnya memberikan first impression yang bagus bukannya begini!" cerocos Cutie panjang lebar sambil terus menuding wajah Skandala yang lebih tinggi darinya.

Skandala mencoba menurunkan tangan Cutie yang masih menunjuk-menunjuknya. Lalu mendekat lagi sampai berjarak dua langkah.

"Ge-er, saya hanya mau melihat kening kamu memar atau tidak," ucap Skandala sambil tersenyum.

Cutie tersipu malu."O-oh, maaf. Permisi."

Mampus!

TBC

Vote dan komentar, jan pelit entar sembelit hehehe

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

facegramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang