"Ahh, kau yakin mau menaiki wahana ini?"
Di bawah naungan cakrawala siang, keduanya berdiri mengantri pada salah satu tempat di antara luasnya kawasan wahana bermain.
Hal yang sangat tidak patut untuk di contoh, sebab keduanya bisa pergi ke tempat wahana bermain karena bolos dari sekolah, ada alasan pasti mereka rela bolos, pertama katanya tarif tiket wahana bermain pada hari libur jauh lebih mahal di banding hari biasa, dan alasan kedua adalah sesekali mereka ingin merasakan bolos, lagipula mereka tidak melakukan hal yang tidak-tidak, hanya ingin mencoba menaiki wahana yang katanya lumayan seru itu.
Tetapi tetap saja, bolos sekolah adalah hal yang tidak baik.
"Hm, aku siap untuk mencobanya"
Yang katanya takut akan roller coaster tetapi raut wajah Jisung nampak biasa saja, dengan santai ia terus mengunyah chips sambil menunggu waktu saat mengantri.
"Aku tidak yakin kau takut menaiki wahana itu, kau membohongi ku, ya?"
"Atas dasar apa aku membohongi mu?" sahut Jisung santai.
"Ya, kali saja, kau sebenarnya memang suka akan wahana ini dan kau sengaja mencari cara agar aku dapat mengajak mu ke tempat ini"
"Kalau begitu untuk apa aku bersusah payah berbohong? Jika untuk datang ke sini bersama mu sesuai keinginan ku, maka aku akan langsung mengajak mu tanpa perlu basa-basi"
Benar juga, Minho terdiam. Ia membenarkan apa yang diucapkan oleh Jisung.
"Kau tahu, aku diam dan bersikap santai adalah cara ku melawan rasa takut, saat langkah pertama memasuki area ini, saat itulah aku berperang melawan ketakutan ku sendiri. Dan aku berhasil untuk tetap berdiri disini, itu tanda bahwa aku siap menghadapi rasa takut ku"
Setelahnya Jisung terkekeh, senyum khasnya tidak luntur meski dirinya tengah berada di ambang rasa takut, sudah tak heran lagi jika dia memang benar-benar Jisung, Jisung yang Minho kenal, Jisung yang selalu bijak dan berani menghadapi segala situasi.
Sudah sedari dulu, terkadang maupun sering kali, sosok Han Jisung selalu membuatnya kagum, bagaimana ia bisa bersikap dewasa atau bersikap konyol maupun bersikap wajar seperti remaja pada umumnya, semua yang ada di dalam dirinya begitu seimbang dengan sempurna.
"Sudah tidak heran, jika kau adalah Han Jisung" ucap Minho menyampaikan rasa kagumnya.
•Roller Coaster•
Ternyata benar, rumor akan roller coaster yang seru dan mengasyikan, itu benar adanya.
Ya, meski sedikit terlihat menyeramkan, tak heran pula jika Jisung pernah takut akan hal itu.
Tetapi kini, masihkah ia takut akan roller coaster?
"Hei, bagaimana bisa kau baik-baik saja di atas sana? Bahkan kau berteriak senang dan bukan karena takut" kata Minho terheran-heran setelah keduanya berhasil turun dari wahana ekstrim tersebut.
"Entahlah, sungguh aku berpikir bahwa aku takut menaiki wahana itu, tetapi setelah aku mencobanya, itu benar-benar jauh berbeda dari apa yang aku pikirkan"
"Apa karna aku bersama mu?" sambung Jisung lagi.
"Hei, mana mungkin, lagipula mengapa kau sudah bilang takut duluan, dan padahal kau belum pernah mencobanya"
"Saat sangat kecil dulu, sebelum jauh mengenal mu, aku di ajak pergi ke wahana bermain oleh kedua orang tuaku, dan aku merasa takut pada sebagian banyak orang yang sedang menaiki roller coaster itu, mereka berteriak bahkan sampai ada yang menangis. Jadi, aku kira itu menyeramkan"
Lengan Minho dengan santainya merangkul bahu Jisung saat itu juga, "Wahana itu memang sedikit menyeramkan, dan kau berhasil menaikinya tanpa rasa takut, itu karena kau pemberani, Jisung"
"Jadi, kau mau apa? Akan aku kabulkan" lanjut Minho kembali.
"Ahh, kau beruntung sekali, aku sedang tidak ingin apa-apa, kau membawa ku kesini saja aku sudah bahagia"
Jisung melepas lengan Minho yang sedari tadi merangkulnya, ia berjalan mendahului setelah ia menebar seutas senyum teduh ciri khasnya, netranya kembali mengudara, menatap lagi langit berawan, dan sekitar.
"Ayolah, aku sudah berjanji, Jisung" berlari kecil, Minho menghampiri langkah Jisung.
"Kalau begitu keinginan ku simpan saja untuk nanti, karena sungguh hari ini atau saat ini aku sedang tidak ingin apa-apa" Jisung melempar senyum lagi.
"Baiklah, kalau begitu"
Di antara banyaknya manusia lainnya, kehadiran keduanya memang cukup samar dan tidak terlalu menonjol, mereka menikmati siang ini, menghabiskan waktu bersama untuk bermain mencoba berbagai macam wahana lainnya.
Teriak tawa selalu mengiringi, seutas senyum juga tidak pernah putus, euforia yang datangnya entah dari mana, itu terus muncul mengitari isi hati dan juga jiwa.
Mereka bahagia, mereka senang kenangan indah ini tercipta, jika boleh jujur, jika ada kontes kebahagiaan bersama sahabat, mereka selalu yakin mereka lah pemenangnya, walau mereka tidak tahu definisi bahagia sebenarnya itu yang seperti apa, tetapi mereka yakin yang mereka rasakan adalah, bahagia.
"Minho"
"Ya?"
Bersama gulali awan merah muda, mereka duduk di sebuah puncak gedung di area wahana bermain tersebut, melihat-lihat bagaimana rupa manusia yang nampak kecil di bawah sana, tak sesekali menatap berbagai macam bentuk wahana yang ternyata berukuran besar adanya, ada rasa sedikit bangga karena ia berhasil menaklukkan rasa takut nya.
Kini ia percaya, rasa takut adalah hasil dari pikiran manusia itu sendiri.
"Ada apa?" tanya Minho kembali karena Jisung sedari tadi hanya diam setelah memanggil namanya.
"Kini hal favorit ku telah bertambah menjadi tiga"
Kedua netra Jisung dengan lepas menatap udara dan tertuju pada objek awan di atas sana, yang bentuknya hampir sama seperti gulali awan merah muda yang ia genggam.
"Yang kedua adalah langit berawan, dan yang ketiga adalah roller coaster" ujarnya menuntaskan.
"Lalu, yang pertama?"
Melihat Jisung yang terlihat nyaman sekali menatap udara, meski saat itu suasana terbilang cukup terik. Minho ikut pula melihat ke arah cakrawala atas sana, sangat nyaman ternyata.
"Rahasia" jawab Jisung dengan sapuan senyum indah.
"Kau ini, senang sekali membuat ku penasaran"
"Maka dari itu jangan lah penasaran, jangan ingin tahu"
"Mengapa?" tanya Minho kembali, kedua nya berbincang dengan nada suara rendah, damai dan juga tenang.
"Rahasia"
~~•••~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Roller Coaster | MINSUNG [✓]
Fanfiction[END] Semenjak hari itu, dimana dia dapat melawan rasa takutnya sendiri, dia mengatakan bahwa hal favoritnya telah bertambah menjadi tiga. Yang kedua adalah langit berawan, dan yang ketiga adalah roller coaster. Lalu, yang pertama? Dia tidak mengata...