Roller Coaster | MINSUNG [✓]

Bab 10

"Tunggu, Jisung!"

Lagi dan lagi, Minho menghentikan langkah itu. Jujur saja, Jisung juga merasa bahwa hari ini adalah langkah terberat yang pernah di alaminya, seumur hidupnya.

"Jangan pergi"

"Tetaplah disini menjadi sahabat baik, biarkan rasa itu hilang dengan sendirinya. Aku percaya waktu akan menyembuhkan"

"Tidak apa, kau tidak terlalu buruk untuk memilih sebuah dosa"

Kehadiran sang anila siang menjelang sore itu terasa lebih menyayat tubuh di kala berhembus dengan keadaan yang benar-benar keduanya benci.

Jisung masih nyaman tertunduk diam. Ralat, ia tidak nyaman, tetapi ia terpaksa, terpaksa tunduk akan situasi yang di buat hancur oleh dirinya sendiri.

"Dosa itu bukan untuk di pilih, melainkan untuk dihindari" gumamnya sendu.

"Kau benar-benar akan meninggalkan ku?"

Salah satu tangan hampa milik Minho meraih lengan Jisung, tangan yang bergetar itu menandakan bahwa seakan ia takut jika Jisung akan benar-benar pergi.

"Kau keliru, aku tidak meninggalkan mu, karena aku tidak pernah bersamamu, anggap saja begitu. Jadi, kepergian ku bukan perihal meninggalkan mu"

"Mari menjadi asing dengan sengaja" sambungnya lagi, perlahan ia melepas tangan yang bergetar itu, dirinya benar-benar tertunduk, tak sanggup ia melihat raut sedih dari sosok sahabat kecilnya.

"Jika kau pergi, maka aku akan terus berdiri seorang diri, dan aku benci menjadi sendiri. Kumohon, jangan pergi, Jisung"

Terlihat Jisung menyeka sebagian air matanya yang sedari tadi dengan keras ia tahan, karena saat itu Minho berucap dengan nada yang bergetar hebat, siapa yang tidak menangis jika mendengar ucapan itu? Dia menyerah, air mata itu telah turun, tetapi dengan keras pula ia menyekanya, hingga hanya ada jejak kemerahan yang terus hadir pada kedua netranya.

"Tidak, keputusan ku untuk pergi adalah sebuah keharusan, aku berjanji akan kembali saat dimana perasaan itu telah hilang"

"Kau berjanji? Sungguh?"

"Ya"

Katanya terakhir saat itu.

~~•••~~