"Dia, cantik"
Di antara koridor sana, keduanya berdiri menatap sekumpulan siswi yang tengah berlari ria menerapkan tugas olahraga.
Pagi ini pada sekolah yang dipenuhi oleh banyaknya insan, Minho habiskan waktu untuk memuji salah satu figur yang terlihat indah di matanya.
"Benar, 'kan. Jisung?"
Dirinya iseng bertanya, apakah di mata Jisung sosok itu juga terlihat sama indahnya.
"Ahh, apa?"
"Dia, cantik bukan?"
Ia bertanya lagi, melontarkan kata yang seakan mendesak persetujuan, Jisung hanya diam, alih-alih mengucap kata 'Iya' dirinya hanya membuang pandangan menuju arah yang berbeda, tersenyum miring.
"Apa hanya aku yang merasakan hal ini?" gumam Jisung.
"Ah? Apa maksud mu?" sungguh Minho sama sekali tidak mengerti.
"Haha, tidak. Lupakan"
Jisung berlalu begitu saja, menyusuri panjangnya jalan pada koridor, entah tempat mana yang akan dia tuju.
Minho mengikuti langkah itu, bosan saja rasanya jika ia harus sendirian.
"Ehm, Jisung"
"Ya?"
"Tentang hari itu, jadi apa hal favorit mu? Yang pertama"
Terdengar langkah Jisung terhenti, tentu saja Minho pula ikut menghentikan langkah.
Menaruh kedua tangan pada saku celana, ia biarkan tubuhnya bersandar lepas pada dinding kelas, "Untuk apa kau ingin tahu?"
"Bukankah kita sahabat? Tidak ada rahasia di antara kita, bukan?"
Jisung hanya diam, menarik seutas senyum tipis.
"Ayolah, Jisung. Itu untuk hadiah saat ulang tahun mu nanti, jika itu sebuah barang maka akan aku belikan bahkan yang terbaik yang pernah ada, dan jika itu makanan maka akan aku beli juga sebanyak yang aku bisa"
Dan Jisung, lagi-lagi hanya diam tersenyum penuh arti, wajahnya seakan memancarkan sinar terang tanda bahwa ia bahagia, sebab saat itu Minho berucap dengan raut bahagia.
Tetapi hanya sesaat.
Senyum itu tiba-tiba saja sirna, ia berlalu tanpa menjawab apa yang di pertanyakan oleh sahabatnya, Minho sedikit kecewa, bagaimana bisa Jisung mengabaikannya.
"Kau, kenapa?" dengan cepat Minho berhasil meraih lengan Jisung.
"Kau" kata Jisung.
Sungguh Minho tidak paham apa maksud Jisung, raut wajahnya yang entah ia sama sekali tidak mengerti, ia mendapati sosok Jisung yang berbeda.
"Favoritku, yang pertama" sambung Jisung lagi.
Minho sempat terdiam, namun setelahnya ia meledakan tawa hingga menggema di antara koridor kelas.
"Ha ha ha, tentu saja aku, 'kan, sahabat mu. Kau juga favorit ku, Jisung" dengan ringan, lengan itu merangkul pundak Jisung.
"Kau tidak mengerti, dan sepertinya tidak akan pernah paham"
Jisung menghempas lengan itu, langkahnya berlalu cepat hingga meninggalkan kehadiran Minho disana.
Minho sama sekali tidak mengerti, mengapa Jisung marah terhadapnya, ia paham raut Jisung menunjukan kekecewaan disana.
Tetapi, apa salahnya?
~~•••~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Roller Coaster | MINSUNG [✓]
Fanfiction[END] Semenjak hari itu, dimana dia dapat melawan rasa takutnya sendiri, dia mengatakan bahwa hal favoritnya telah bertambah menjadi tiga. Yang kedua adalah langit berawan, dan yang ketiga adalah roller coaster. Lalu, yang pertama? Dia tidak mengata...