Bab 11

67 15 0
                                    

Saat itu, sudah terhitung lima tahun telah berlalu.

Sepertinya dia tidak benar-benar berjanji, karena dia belum juga kembali.

Di dalam ruangan kamar yang sunyi, bersama layar monitor besar dan juga papan keyboard, dirinya masih terduduk akan kenangan sang sahabat perihal kisah lima tahun yang lalu.

Dirinya sempat membenci kenangan itu, yang membuat ia selain menjadi pelatih taekwondo dirinya juga menjadi seorang penulis sampai saat ini.

Tujuannya, hanya untuk menciptakan banyaknya dunia dengan alur yang berbeda-beda, banyak sekali rangkaian cerita fiksi yang telah ia buat, banyak juga yang berhasil ia terbitkan.

Hal itu dilakukan semata-mata hanya untuk melupakan sebagian kisah yang berasal dari dunianya sendiri. Tentang Jisung, ia berusaha untuk terus melupakannya.

Tetapi terus saja ia gagal.

Sampai saat dimana, hari ini telah datang. Hari dimana ia menerima bahwa kenangan itu memang ada.

Dan hari ini, sejak tadi. Ia memutuskan untuk tidak melupakan sumber kebahagiaannya lagi.

Tetapi, rangkaian kisah nyata berjudul Best Friend, Jisung yang sejak pagi ia tulis dengan kata-kata sederhana--karena ini kisah nyata adanya dan ia tidak ingin melebih-lebihkan, itu tidak memiliki final cerita.

Dirinya tahu jelas, kenangan tentang Jisung hanya ada sampai saat itu, dirinya benar-benar pergi, bahkan rumah yang dulu Jisung tempati juga telah lama terisi oleh keluarga orang lain, sepertinya Jisung saat itu memang berniat sekali untuk pergi.




"Tidak, keputusan ku untuk pergi adalah sebuah keharusan, aku berjanji akan kembali saat dimana perasaan itu telah hilang"

"Kau berjanji? Sungguh?"

"Ya"

Katanya terakhir saat itu.




Ia masih nyaman memandangi ujung dari kisah yang ia tulis, ending dari kisahnya memang hanya seperti itu, tetapi ia berat sekali untuk menutup kisah ini.

Ingin sekali rasanya ia mengetik bahwa, 'Sahabat ku telah kembali, Jisung telah pulang'.

Tetapi, nyata adanya Jisung belum juga kembali, entah itu belum atau memang benar-benar tidak kembali.

Aku rindu, Jisung.

Layar monitor besar ia matikan begitu saja, dan ia biarkan cerita itu menggantung tanpa memiliki final, karena dirinya terlalu yakin, Jisung akan kembali.

Banyak sekali poster besar bergambar roller coaster pada dinding kamarnya, lima tahun terakhir ia memang benci kenangan itu, ia benci Jisung, tetapi kenangan tentang dimana ia bolos sekolah hanya demi menaiki wahana roller coaster, ia tidak ingin melupakannya.

Untuk itu, banyak sekali berbagai macam potret roller coaster yang menghiasi ruangan tersebut, yang ia beli, atau yang ia potret sendiri.

Kedua netranya kini beralih pada semesta dari balik jendela kamar, dedaunan dari pohon besar yang perlahan berjatuhan, dan juga langit yang masih indah berawan, padahal hari telah menjelang malam.

Dirinya masih terus bertanya-tanya mengapa saat itu Jisung pergi? Mengapa harus pergi? Tidak adakah jalan lain selain pergi?

Dan hal besar yang masih terus ia pertanyakan adalah,

Mengapa Jisung belum juga kembali?

Akankah ia lupa?

Tentang sahabatnya.

~~•••~~

Roller Coaster | MINSUNG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang