Sudah menjadi kebiasaan Chenle tidur saat jam pembelajaran sedang berlangsung. Sebelah tangan menjadi bantalan untuk kepalanya, sementara sebelah tangannya yang lain dibiarkan jatuh di sisi tubuhnya.
Ini sebuah kebetulan atau keberuntungan. Chenle selalu tidur menghadap kanan. Membuat lelaki yang duduk di dekat jendela itu bisa melihat jelas wajah damai Chenle yang sedang tidur.
Lelaki itu tersenyum tipis lalu meraih buku bersampul putih polos yang berisikan sketsa-sketsa gambarnya yang kebanyakan gambar Chenle. Lelaki itu membuka halaman buku yang masih kosong, mengambil pensil lalu mulai menggoreskan pensilnya di permukaan buku.
Kepalanya sesekali tergerak untuk menatap wajah imut Chenle sebelum menunduk lagi. Zhong Chenle itu memang sangat imut. Yang bilang Chenle itu tampan mungkin mereka rabun. Karena menurutnya Chenle itu imut.
Lebih imut lagi saat Chenle sedang tidur seperti sekarang. Maka dari itu ia selalu tidak bisa menahan tangannya untuk tidak menggambar sketsa wajah Chenle. Ia tahu itu perbuatan yang sangat lancang karena ia sudah menggambar wajah seseorang tanpa meminta ijin terlebih dahulu.
Dan lagi, Zhong Chenle yang sedang tertidur itu sangat menggemaskan sekali. Membuatnya tidak bisa melewatkan untuk tidak menggambar wajah menggemaskan Chenle begitu saja. Ia harus menggambarnya.
Sebab, kalau Chenle sudah terbangun dari tidurnya. Wajah menggemaskan itu akan berubah menjadi angkuh. Dan ia tidak menyukai itu. Apa lagi melihat Chenle menindas seseorang dan bermain tangan. Ia sangat tidak menyukainya.
Bel istirahat berbunyi. Ia segera menghentikan gerak tangannya. Menoleh menatap Chenle yang sudah bangun dari tidurnya, menendang-nendang kaki kursi milik Lee Jeno sahabat Chenle yang duduk di depan Chenle.
Sebelum beranjak dan melangkah menuju bangku Jung Sungchan. Lelaki jangkung yang sering dirundung oleh Chenle.
Melihat itu, ia segera membereskan buku-bukunya yang berada di atas meja. Menaruhnya di laci meja. Ia mengambil buku bersampul biru navy, tidak lupa pensil yang ia taruh di saku seragamnya. Ia beranjak melangkah keluar dari kelas.
Sudah dibilang kan. Ia sangat tidak suka melihat Zhong Chenle merundung seseorang. Menurutnya itu sangat tidak cocok dengan wajah menggemaskan Chenle.
Menghembuskan napas pelan. Ia berbelok menuju perpustakaan ketimbang ke kafetaria untuk makan. Membuka pintu besar perpustakaan. Ia segera melangkah menuju mejanya yang berada di belakang rak besar. Yang sangat jarang dilihat oleh beberapa murid.
Ia langsung duduk di sana. Menaruh buku bersampul biru navy berjudul Secret Comic itu lalu membukanya. Di halaman pertama sudah ada sketsa seseorang lelaki dan perempuan. Dua tokoh utama di dalam cerita komiknya.
Jung Sungchan dan Ahn Yujin.
Lalu pandangannya jatuh pada sebelah kanan buku. Yang mana juga sudah berisikan sketsa wajah seseorang yang menjadi figuran di dalam ceritanya. Salah satunya Zhong Chenle.
Sebenarnya, ia masih merasa bimbang ingin mengundang Chenle ke dalam komiknya atau tidak. Tapi bayangan Chenle yang sedang merundung Sungchan membuatnya berubah yakin untuk mengundang Chenle.
Ia memang tidak bisa merubah karakter Chenle di dunia nyata, tetapi ia bisa merubah karakter Chenle di dalam komiknya.
Meraih pensil di saku seragamnya. Ia mulai menulis karakter Chenle di bawah sketsa wajahnya.
Zhong Chenle. Manis, Ceria, Lemah, dan Suka dibully oleh Jung Sungchan.
*****
Chenle masih berdiri di tengah koridor yang ramai. Chenle masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Kenapa tiba-tiba saja koridor sekolahnya berubah? Dan juga kenapa seragam sekolahnya berubah biru navy? Seragam sekolahnya itu merah maroon dan bukan biru navy.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Comic | SungLe
FanfictionZhong Chenle itu sangat angkuh. Suka merundung seseorang yang ia anggap lemah. Tapi, walau begitu banyak orang yang menyukai Zhong Chenle. Mungkin karena dia anak dari orang kaya atau dia tokoh utamanya. Karena, sejahat-jahatnya pemeran utama di dal...