Lelaki jangkung berpakaian serba putih itu menghentikan langkah kakinya. Membuat Chenle yang berada di belakangnya ikut menghentikan langkah kakinya. Ia mengerjap pelan, menarik tangannya yang masih dipegang oleh lelaki jangkung itu.
Chenle memundurkan tubuh tiga kali. Sebelum memandang sekitarnya. Yang ternyata mereka berada di taman sekolah. Chenle mengerjap sekali lagi. Masih bingung dengan apa yang baru saja ia lihat.
Chenle menjilat bibir bawahnya yang terasa kering. Lalu ia menatap lelaki jangkung di hadapannya yang sudah berbalik menghadapnya. Chenle mengerutkan dahi melihat wajah lelaki itu yang lumayan tampan.
"Kamu siapa?"
"Aku ..." Lelaki itu menjeda. Kedua bola matanya bergerak tak tentu arah. Menandakan dirinya sedang berpikir keras. "Aku ... Aku Tuhan."
Chenle tambah mengerutkan dahi. Tuhan katanya? Yang benar saja. Chenle mendengus keras, bersedekap dada lalu memandang lelaki yang mengaku sebagai Tuhan itu dengan lekat.
Sampai akhirnya, Chenle menemukan sebuah pin nama yang terpasang apik di dada kiri lelaki itu. Chenle tersenyum miring membaca pin nama lelaki itu.
"Jisung?" panggilnya. Yang mana tentu membuat lelaki jangkung di hadapannya ini tersentak pelan dan melebarkan kedua matanya. "Jisung. Nama kamu Jisung kan." lanjutnya sambil menunjuk pin nama yang berada di dada kiri lelaki yang bernama Jisung itu.
Jisung mengikuti arah tunjuk Chenle. Ia tambah melebarkan mata. Kedua tangan langsung menutup pin namanya. Lalu memundurkan tubuh, menghindari Chenle. Kenapa bisa ia lupa mengganti pin namanya.
Chenle tergelak. Melihat Jisung memundurkan tubuh perlahan. Sangat jelas kalau lelaki jangkung itu menghindarinya.
Tapi, kenapa dia menghindarinya? Bukankah tadi Jisung menolongnya, kenapa harus takut dengan seseorang yang baru saja dia tolong? Atau jangan-jangan Jisung ini tahu sesuatu tentang keanehan ini?
"Jisung—"
"Stop!"
Chenle mendelik. Karena perkataannya dipotong. "Siapa kamu berani—"
"Lihat ini." Jisung menjulurkan tangan kanannya ke depan Chenle. Tidak peduli pada Chenle yang sudah mendelik marah karena ucapannya dipotong lagi olehnya.
"Apa?!"
"Satu ... Dua ... Tiga ..."
Jisung menjentikkan jarinya saat di hitungan ke tiga. Dan Chenle sudah berada di dalam toilet. Seragamnya kotor juga almamaternya tergeletak di atas wastafel. Jisung yang berada di hadapannya kini hilang digantikan dengan sebuah kaca panjang yang menampilkan wajah dirinya.
Chenle mengerjapkan mata. Memiringkan kepala semakin bingung. Kenapa tiba-tiba saja ia berada di dalam toilet?
Mematikan keran yang sedari tadi mengalirkan air membasahi kedua tangannya. Chenle menatap wajahnya sendiri di dalam kaca. Melamun sejenak untuk menjernihkan pikiran yang terasa ingin meledak.
"Kenapa aku tiba-tiba berada di sini? Terus ... Kenapa seragamku kotor begini?" Chenle mendecak keras melihat seragamnya yang sangat kotor. "Lalu ... Di mana Jisung?"
Chenle menoleh kanan-kiri mencari sosok lelaki jangkung itu. Tapi tidak ada. Di dalam toilet hanya ada dirinya sendiri seorang. Chenle yakin pasti Jisung tahu sesuatu. Tetapi sepertinya lelaki itu enggan memberitahunya. Melihat reaksi lelaki itu yang menghindarinya.
Mendecak keras sekali lagi. Chenle memilih meraih tisu basah di dekat almamaternya. Mengusap seragamnya yang kotor. Tidak mempertanyakan kenapa tiba-tiba ada tisu basah di dekat almamaternya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Comic | SungLe
FanficZhong Chenle itu sangat angkuh. Suka merundung seseorang yang ia anggap lemah. Tapi, walau begitu banyak orang yang menyukai Zhong Chenle. Mungkin karena dia anak dari orang kaya atau dia tokoh utamanya. Karena, sejahat-jahatnya pemeran utama di dal...