Chapter 7

214 25 5
                                        

Kedua lelaki berbeda tinggi badan itu memasuki perpustakaan. Chenle masih menurut ditarik Jisung. Ia tidak membuka suara satu kata pun. Terdiam memandang punggung Jisung yang melangkah di depannya.

Keduanya baru berhenti disalah satu meja panjang di perpustakaan. Jisung dengan baik hati menarik salah satu kursi lalu mempersilahkan lelaki berkulit putih itu duduk. Setelah Chenle duduk, baru ia duduk di hadapan Chenle. 

Chenle menyandarkan punggung pada kursi. Ia bersedekap dada sambil menyilang kan kakinya. Menatap tajam Jisung di hadapannya.

Sementara, Jisung tersenyum kalem dengan kedua tangan bersedekap di atas meja. "Ekhem! Aku tahu kau ingin menanyakan banyak hal padaku bukan?" tanya Jisung membuka suara terlebih dahulu.

"Hm. Senang kalau kau mengetahuinya." kata Chenle mengangguk kecil. Ia memandang dada kiri Jisung yang terdapat pin nama lelaki itu. Ia tersenyum miring. "Pertama-tama aku ingin bertanya soal nama mu. Kau mengganti nama mu?" tanya Chenle yang melihat pin nama itu tertulis Tuhan dan bukan Jisung.

"Hei, bukankah itu sangat mustahil untuk menutupi nama aslimu? Sebab, aku sudah mengetahui nama aslimu. Jadi sangat percuma kau mengganti nama mu." lanjut Chenle.

Jisung segera menutupi pin namanya dengan sebelah tangan. Merutuki dirinya sendiri di dalam hati. Benar apa kata Chenle. Sangat percuma Jisung mengganti namanya kalau lelaki berkulit putih di hadapannya ini sudah tahu nama aslinya.

Jisung meringis kecil lalu menegakkan tubuh berusaha untuk terlihat tenang. "Aku bukan sedang menutupi nama asli ku. Memang benar kok aku ini Tuhan."

Chenle memiringkan kepala. Memandang Jisung dengan pandangan kalau Jisung ini orang gila.

"Kau tidak percaya?"

"Tentu saja." jawab Chenle cepat. Bagaimana bisa ia langsung percaya kalau lelaki di hadapannya ini Tuhan. Hanya orang gila yang mengaku dirinya sendiri itu Tuhan.

Jisung menghembuskan napas pelan. Ia mendatarkan wajahnya. Menatap Chenle serius. "Duduk yang benar. Tegakkan tubuh mu. Tumpukan kedua tangan di atas meja."

Chenle melebarkan mata saat tubuhnya bergerak mengikuti perkataan Jisung. Ia membelalakkan matanya, memandang Jisung dengan sorotan tidak percaya. "Kau ..." kata Chenle tidak melanjutkan perkataannya.

Ia masih terkejut dengan apa yang terjadi terhadapnya.

"Kau percaya sekarang kalau aku ini Tuhan?"

Chenle menyipitkan mata tajam. "Kau. Kau orangnya yang selama ini mengendalikan tubuhku!" seru Chenle marah.

"Hm. Benar. Aku orangnya." Jisung menganggukkan kepala tenang. Tidak takut dengan tatapan membunuh Chenle.

"Apa kau juga orangnya yang sudah membawaku ke dunia ini?!"

"Iya. Aku juga orangnya."

"Brengsek!"

"Hei!" seru Jisung melebarkan mata tak senang. Ia lalu menunjuk Chenle. "Dilarang mengumpat!" lanjutnya dengan wajah serius. Yang mana dibalas oleh Chenle dengan memutarkan kedua bola matanya.

Chenle ingin membuka mulut ingin kembali mengumpati lelaki di hadapannya. Tetapi tidak bisa. Membuat Chenle mendecak keras. Tahu kalau Jisung kembali mengendalikan tubuhnya.

Si sialan ini benar-benar ...

"Ada lagi yang ingin kau tanyakan?"

Chenle menatap Jisung lalu menjawab dengan kesal. "Tidak." Ia melebarkan mata saat mendengar suaranya sendiri. Chenle pikir Chenle tidak bisa berbicara. Mengingat tadi ia tidak bisa membuka mulut untuk mengumpat.

Apa Chenle tidak bisa membuka mulut saat ia ingin mengumpat? Sepertinya begitu karena lelaki jangkung itu tadi berkata 'dilarang mengumpat'.

"Benarkah? Kau tidak ingin bertanya kita berada di mana?"

"Di mana memangnya?" tanya Chenle masih kesal juga marah. Saat tubuhnya bisa digerakkan lagi nanti. Ia akan membunuh Jisung seperti yang pernah ia katakan sebelumnya.

Jisung terkekeh pelan. Gemas dengan Chenle. Padahal sekarang Chenle tidak terlihat menggemaskan. Jisung merentangkan kedua tangan di udara. Ia tersenyum lebar memandang Chenle. "Kita berada di dalam komik." ujarnya sangat bangga.

"Huh?"

Jisung tersenyum. Mengeluarkan buku bersampul biru navy dan ia taruhkan di atas meja tepat di depan Chenle. "Kita berada di dalam sini." ujarnya lagi sambil mengetuk buku itu dengan jari telunjuknya.

"Bagaimana bi―" Chenle mengerjapkan mata. Menghentikan ucapannya. "Kau tidak bercanda kan?" tanyanya menyelidik.

"Tidak. Kita sungguhan di dalam komik yang aku buat." kata Jisung tersenyum lebar. "Kau tidak bisa menggerakkan tubuhmu sesuka kamu selama kau berada di dalam komik. Sebab, tubuhmu dikendalikan olehku. Kau salah satu karakter di komik ku." jelas Jisung masih dengan senyuman lebarnya.

Chenle melebarkan mata. Sekarang dia tahu, kenapa tubuhnya tidak bisa ia gerakkan sesuka dirinya dan selalu bergerak sendiri. Karena ia salah satu tokoh di dalam komik yang Jisung buat.

"Lalu, bagaimana caranya aku keluar dari sini? Aku sudah muak di sini." kata Chenle mengeluarkan isi hatinya. Chenle benar-benar sudah muak di dunia ini. Karena dirinya yang terus-terusan dibully oleh Sungchan.

Jisung terkekeh pelan mendengar itu. "Kau tidak bisa keluar dari sini sampai komik ini selesai." jelas Jisung lagi sambil mengetuk buku bersampul biru navy itu.

"Kalau begitu hapus diriku dari komik mu itu."

"Tidak bisa Chenle. Kau salah satu tokoh penting di komik ku."

Chenle mendecak keras mendengar itu. "Tokoh penting? Aku tidak salah dengarkan. Yang ada diriku ini hanya figuran yang dibully oleh Jung Sungchan." kata Chenle kesal.

"Aku senang kau tahu peranmu di komik."

Chenle tertawa keras. Benarkan perkataannya. Iya sih memang benar ia salah satu tokoh penting. Kalau ia hilang siapa lagi yang akan menjadi bahan bully Sungchan.

"Sepertinya tidak lagi ada yang kau tanyakan dan ku pikir penjelasan ku sudah cukup membuatmu paham." kata Jisung beranjak dari duduknya. "Jadi, ayo kita kembali."




CTAK!

[]
*****
TBC.

Jum'at, 19 Mei 2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret Comic | SungLeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang