Chapter 3

2.9K 109 9
                                    

*GEORGIO HUGO*

Aku memeluk Alina dengan tangan yang gemetaran, tubuhku terasa lemas rasanya karna sudah 5 tahun aku tidak memeluk Alina. Jujur, aku merasa bahagia sekaligus takut dalam waktu yang bersamaan. Aku bahagia karna bisa sedekat ini dengan Alina walaupun Alina tidak tau siapa aku sebenarnya dan aku takut bagaimana reaksi Alina saat tau diriku yang sebenarnya. Dan perasaan itu masih ada, tentu saja. Jantungku berdebar tak karuan, darahku berdesir dan banyak kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutku. Aku merindukan ini.

"Hugo?" Gumam Alina sela-sela tangisannya. Dia tidak membalas pelukanku dan itu membuatku sedih.

"Ya. Hugo." Jawabku pelan. Aku sungguh tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya nanti setelah tau siapa diriku sebenarnya.

Dia menengadahkan kepalanya untuk menatapku. Kedua tangannya bergerak menangkup rahangku dan matanya menatap kedalam mataku. Ugh, aku merindukan mata birunya. Bukan lensa berwarna coklat yang dia pakai.

Pupilnya sedikit membesar lalu dia melepaskan tangannya dari rahangku dan mundur dua langkah dariku. Ada apa dengannya?

"Siapa kamu?" Tanyanya dengan ekspresi yang sama.

Aku mengerutkan alisku bingung. Apa dia mengenaliku hanya dengan menatap mataku?, "Aku Georgio Hugo, Al." Jawabku tenang.

"Bohong." Ucapnya dingin. Tubuhku langsung menegang mendengar jawabannya. Apa dia tau siapa aku sebenarnya?

"Apa maksud kamu?" Tanyaku berpura-pura bingung.

"Mata kamu. Mata kamu mirip banget sama Renanta." Balasnya sendu. Air mata nya kembali mengalir dan aku tidak tega melihatnya. Aku ingin memeluknya tapi aku takut dia menolakku.

"Al..." Aku mencoba meraih tubuhnya tapi dia terus menghindar dariku.

Apa sebaiknya aku mengaku saja? Lagipula dia tau nama belakangku. Alhasil dia juga pasti tau siapa aku dulunya. Tapi di dunia ini banyak sekali nama Hugo, bukan?

"Ren..."

OH MY GOD.

BAGAIMANA INI?!

Aku mengepalkan tanganku. Aku selalu mengepalkan tanganku jika aku marah ataupun gugup. Ya, contohnya sekarang ini. "A..aku bukan Renanta." Ucapku gemetaran.

Alina tertawa sinis, "Pembohong." Desisnya dingin. Ucapannya pas mengenai jantungku. Perih sekali.

"Mana janji yang pernah kamu ucapin dulu? Kamu pembohong. Aku benci pembohong." Ucapnya datar. Nada bicaranya datar, namun matanya menatapku tajam dan menunjukkan kemarahan. Menusuk ke dalam mataku.

Aku mengerutkan alisku, "Janji yang mana? Ba..bahkan...aku...baru ketemu sama...kamu." Jawabku berusaha se tenang mungkin.

"Pembohong. Pengecut. Panggilan apa lagi yang harus aku sebut buat kamu, Ren?" Tanyanya sambil menekan kan kata 'Ren'. Aku mengusap wajahku frustasi, apa Alina tau bahwa aku yang sebenarnya ini adalah Renanta?

Apa sebaiknya aku jujur saja? Aku sudah lelah bersembunyi dibalik tembok kepengecutanku.

"Baiklah, Al. Ini aku..." Aku menelan ludahku,  "...Renanta Hugo. Tapi...sekarang namaku Georgio Hugo."

Air mata Alina mengalir lagi, aku segera memeluknya lagi. Alina tidak memberontak, tidak juga membalas pelukanku. Dia malah menangis tersedu-sedu, mungkin karna kenyataan yang baru dia ketahui.

"Aku kangen kamu, Ren." Aku menegang mendengar ucapannya, tapi langsung tersenyum dan mengecup puncak kepalanya.

"Tapi aku marah sama kamu, Ren. Kenapa kamu harus ninggalin aku tanpa pamit? Kamu kan bisa bilang dulu sama aku." Lanjutnya.

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang