Chapter 15

1.6K 64 0
                                    

*ALINA KRISTINA GESSA*

"Welcome to Paris!!!" 

~~~

Sebenarnya aku sudah menduganya jika kami tidak akan langsung pulang ke Indonesia. Tapi tentu saja aku senang aku berada di kota yang berada di mimpi terindahku ini. Siapa yang tidak akan senang berada di Paris? Kota yang mempunyai julukan "City Of  Lights" ini amat sangat indah. Apalagi jika aku berada di atas menara Eiffel yang indah itu dengan Renanta. Pasti sangat romantis.

"Aku kira kita tidur di apartment kamu yang ada di Paris." Ucapku lalu menjatuhkan tubuhku di kasur.

"Aku ga punya apartement disini. Tapi kayanya aku bakal beli apartment yang deket Eiffel kaya di hotel ini supaya kalo kita liburan disini ga perlu nginep di hotel." 

"Itu berlebihan, Renanta." Aku memutar bola mataku malas.

"Aku ga pernah keberatan kalo itu buat kamu." Ah, kenapa dia pinter gombal sih?

Aku beranjak dari kasur ke balkon yang langsung membuat mataku memandang menara Eiffel yang sangat indah. Rasanya aku ingin ke sana sekarang juga. 

"Malem aja ke sananya." Aku mendelik pada Renanta yang seakan-akan tau apa yang aku pikirkan.

"Oke."

~~~

"Renanta, ke menara Eiffel nya jadi kan?" Tanyaku.

"Ini udah hampir malem loh." Sambungku.

"Jadi kok." Jawabnya.

"Yaudah sana kamu mandi duluan." Dia bangkit dari kasur lalu masuk ke dalam kamar mandi setelah mengambil handuk. 

Aku selalu mengkhayal seseorang melamarku dibawah menara Eiffel lalu aku menerimanya dan kita berciuman ditengah-tengah ramainya orang-orang yang bertepuk tangan. Aku pernah menceritakan kepada Renanta. Dulu sekali. Dan mungkin, Renanta tidak mengingatnya.

Aku tidak tau Renanta akan malamarku atau tidak disaat Papaku akan menjodohkanku dengan lelaki yang tidak ingin aku tau sama sekali.

Aku sangat ingin berharap malam ini Renanta akan melamarku. Tapi bagaimana jika harapanku pupus saat kami berada di menara Eiffel nanti Renanta tidak melamarku? Pasti akan menyakitkan. Jadi aku tidak ingin terlalu berharap Renanta akan melamarku.

Beberapa menit kemudian, Renanta keluar dari kamar mandi dengan handuk yang terikat di pinggangnya. Aku segera bangkit dari kasur lalu masuk ke kamar mandi setelah mengambil bathrobe.

Aku membuka pakaianku satu persatu lalu mulai mengguyur kepalaku dengan air shower yang dingin. Memakai shampoo, sabun, facial wash dan menggosok gigi. Aku memang tidak terlalu banyak memakai peralatan lainnya selain yang ku sebutkan tadi. Setelah selesai, aku keluar dari kamar mandi menggunakan bathrobe

Saat keluar dari kamar mandi, aku tidak melihat Renanta di kamar ini dan melihat sebuah kotak dengan selembar kertas di atas kasur. Aku mengambil kertas itu lalu membacanya sambil duduk dikasur.

Al, aku pergi duluan. Kamu pakai dress yang ada di dalem kotak itu ya. Nanti jam 7, ada orang yang jemput kamu, namanya Joe. Dia yang bakal nganterin kamu ke tempat aku nunggu kamu.

Love you,
Georgio Hugo:)

Aku membuka kotaknya dan melihat dress yang sangat familiar di mataku, kalung berlian yang cantik, dan sepasang stiletto berwarna merah. Ini semua satu set. Persis seperti yang terpajang di patungnya. Jantungku berdegup tak karuan melihat dress berwarna putih yang sangat cantik ini. Dress yang ku lihat beberapa hari yang lalu di butik yang berada di Westfield London. Bolehkah aku berharap sekarang?

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang