Chapter 9

1.5K 73 0
                                    

Udah males nahan-nahan cerita ini deh-_- Happy reading!

~~~

*GEORGIO HUGO*

Aku mencengkram tangan Alina lalu menariknya dengan kasar menuju mobilku. Dadaku naik turun tak beraturan, tanganku yang lain mengepal dengan kuat, tatapanku tajam. Orang-orang disekitar sini menatapku dengan Alina dengan berbagai tatapan tapi aku tidak memikirkannya sedikitpun.

Seseorang menarik bahuku, dalam sekejap, tubuhku terdorong beberapa langkah ke belakang akibat pukulan Vito di sudut bibirku. Sialan!

"George!" Tangan Alina di genggam Vito. Tatapannya terlihat terluka, apa aku menyakitinya lagi? Sial, ini gara-gara rasa cemburu yang memenuhi hatiku.

Aku harus bagaimana sekarang? Aku tidak bisa terus-menerus menyakiti Alina. Aku selalu sakit melihat Alina tersakiti oleh diriku sendiri. Apa aku harus menjauh lagi dari Alina? Tapi aku tidak sanggup. Aku takut.

Aku ingin memeluk Alina saat ini juga. Oh Tuhan, kenapa ini begitu rumit? Kenapa Kau selalu memberiku cobaan? Aku tau aku selalu berdosa tapi bisakah Kau memberiku sedikit kebahagiaan saja?

"Maaf..."

Aku berjalan menjauh dari Alina dan Vito. Aku tidak sanggup melihat Alina selalu bersama Vito. Sial, perasaan ini benar-benar membunuhku dengan segala sakitnya. Aku harus berbicara pada Tuhan saat ini juga.

Aku masuk ke dalam mobil dan menyalakannya lalu segera pergi dari tempat sialan ini. Mataku menatap tajam pada jalanan yang berada di hadapanku. Tanganku mencengkram stir mobil dengan kuat. Suara-suara klakson dari mobil maupun motor di luar sana aku abaikan akibat mobilku yang dengan cepat menyalip mereka tanpa aturan. Biarlah, aku tidak peduli.

Dadaku serasa dipukul oleh godam palu yang amat besar saat melihat Vito mencium sudut bibir Alina. Dan Alina tidak bergerak sedikitpun, tidak protes sedikitpun, mungkin Alina mencintai Vito. Tapi kenapa dia membiarkanku berada di dekatnya selama ini? Apa dia membiarkanku merasakan kebahagiaan terlebih dahulu lalu setelah itu dia menyakitiku? Ah, aku tidak boleh terlalu berpikiran negative tentang Alina.

Aku memarkirkan mobilku diparkiran gereja yang berada di kawasan kota Jakarta. Aku keluar dari mobilku lalu berjalan masuk ke dalam gereja. Sore hari di hari minggu seperti sekarang, lumayan banyak orang yang berada di gereja. Aku duduk di bangku paling di depan setelah menandakan lambang salib di depan patung Yesus. Aku menunggu gereja disini sepi. Aku hanya ingin berbicara pada Tuhan berdua saja. Tanpa ada orang lain yang melihat ataupun mendengar.

Setelah menunggu gereja ini sepi, tanpa ada orang selain aku dan Tuhan. Aku mulai menyatukan kedua telapak tanganku di depan dada lalu menatap patung Yesus yang besar.

"Tuhan, Aku mencintai Alina. Sangat mencintai dia."

"Demi Tuhan, aku amat sangat bersalah dan menyesal karna meninggalkan dia."

"Tuhan, aku ingin hidup berdua bersama Alina. Menjadikannya sebagai istriku dan ibu dari anak-anak kami kelak nanti."

"Tuhan, aku tau aku adalah makhluk Engkau yang mempunyai beribu-ribu dosa dengan apa yang telah kulakukan. Apa ini adalah cara Mu memberiku segala cobaan yang menyakitkan ini? Aku ingin bahagia, Tuhan."

"Tuhan, Kau tau aku selalu tersenyum dan tertawa, tapi pasti Kau tau juga senyum dan tawaku itu untuk menutupi segala rasa sedih, sakit, dan marah. Kau pasti mengetahuinya, kan?"

Air mata mulai menggenang dipelupuk mataku tapi aku berusaha sekuat mungkin agar air mata ini tidak jatuh untuk se-tetespun. Aku menengadahkan kepalaku ke langit-langit gereja ini untuk menahan air mataku agar tidak jatuh. Rasa sakit ini telah memenuhi rongga dadaku bahkan seluruh tubuhku sekarang. Betapa menyakitkannya ini.

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang