Chapter 13

1.4K 70 5
                                    

*ALINA KRISTINA GESSA*

"Wartawan lagi? Seriously?!" Aku memutar kedua bola mataku jengkel. Aku benci para wartawan itu. Terutama kilat blitz nya yang menyilaukan mata.

Renanta tertawa lalu merangkul leherku, "Sabar ya, Sayang. Lagipula mereka bukan ikan piranha kok yang bakal gigit kamu."

"Ya tapi kan mereka tuh suka nempel-nempel mulu. Risih akunya." Ucapku sambil memberenggut.

Tiba dia mencium bibirku. Sontak aku melotot padanya. Apa maksudnya menciumku di tengah keramaian bandara London ini? Gila! 

"Georgio!" Pekikku tidak terlalu keras lalu mencubit perutnya dengan keras sampai dia mengaduh.

"Malu tau!"

"Abisnya bibir kamu lucu banget sih maju ke depan kaya tadi. Bikin gemes." Ucapnya sambil mencubit hidungku. Ya Tuhan, kenapa dia senang sekali menyentuh bagian-bagian yang ada di wajahku?

"Terus kita mau kemana sekarang?" Tanyaku jengah.

"Ke kantor aku dulu bentar ya?"

Aku menatapnya kaget. Jadi kita kesini untuk urusan kantor? Yang benar saja.

"Sebentar doang kok. Bukannya aku udah bilang sama kamu ya, kalau cabang perusahaanku yang disini lagi ada masalah?" Aku menyerngitkan dahiku. Mencoba mengingat-ngingat apa yang di ucapkannya. Tapi sepertinya dia tidak memberitahuku tentang ini. Bahkan aku tidak tau kalau dia mempunyai perusahaan di negara ini.

"Aku ga inget atau emang kamu yang ga bilang?"

"Aku udah bilang ke kamu, Al. Lupa?"

"Ah, aku gatau deh. Ayo sekarang berangkat, ngapain ngobrol disini sambil berdiri gini sih?"

"Hehe, yaudah ayo." Tangan Renanta mulai memeluk pinggangku dengan posesif, melewati para wartawan yang terus-menerus memotret kami dan menanyakan berbagai pertanyaan yang tidak dijawab oleh Renanta. Untung ada security yang menghalang para wartawan itu agar tidak terlalu dekat dengan kami.

Well, sepertinya aku harus berterima kasih pada security itu. 

~~~

"Renanta! Bisa ga sih kamu tidur diem?!" 

"Ck, Alina sayang, suara kamu itu berisik banget. Jangan teriak-teriak." Jawabnya dengan mata tertutup sambil menyimpan jari telunjuknya di depan bibirnya.

Aku beranjak dari kasur, berjalan ke ruang tv lalu duduk di sofa dengan perasaan dongkol pada Renanta. Oke, aku akan menceritakan apa saja yang kami lakukan sedari tadi siang.

Jadi, siang tadi kami berada di kantornya. Ya, dia mengurus pekerjaannya sedangkan aku ditinggalkannya dan alhasil aku dirayu oleh beberapa lelaki yang berada dikantor itu. Menyebalkan sekali.

Sore, kami berkeliling kota London. Yah, itu lumayan membuat mood ku sedikit membaik. Walaupun dikuntit oleh wartawan-wartawan psikopat itu, aku tetap senang karna bisa berkeliling kota London yang keren ini.

Tapi malamnya, itu benar-benar membuat mood ku kacau seketika. Yang katanya teman Renanta, menghampiri kami berdua dengan wajah sok polosnya. Tentu saja perempuan. Lissa namanya dan dia benar-benar membuatku cemburu karna kedekatannya dengan Renanta. Aku jadi tidak nafsu memakan makan malamku karna melihat si Lissa itu terus menempel dengan Renanta-ku. Benar-benar wanita tidak tau diri.

Tapi aku juga kesal dengan Renanta, karna dia tidak menghindar sama sekali dari wanita tidak tau diri itu. Mereka benar-benar seperti orang yang kasmaran walaupun hanya mengobrol saja ditambah dengan tawa mereka. Tapi menurutku mereka seperti orang yang kasmaran. Huh, aku benci itu.

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang