21. Approval

46 1 1
                                    

Didorong sejauh apapun tidak akan membuat Changmin menyerah, ia sudah terlanjur mencintai Nahyun dan membayangkan kehidupannya bersama gadis kecil itu, kekuatan magis seakan menyerang hatinya ketika gadis kecil itu memanggilnya dengan sebutan ‘appa’, bayangan memiliki keluarga sendiri yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan membuatnya terus berusaha meluluhkan hati Yeonhee yang entah mengapa tiba – tiba berubah dan menolak kehadirannya.
 
Kedatangan Changmin di minggu – minggu setelahnya tidak membuahkan hasil karena Yeonhee dan Nahyun tidak ada di unitnya bahkan setelah Changmin menunggu selama seharian penuh, mencoba ke daycare maupun kantor yeoja itu tetap tidak menemukannya.
 
Akhir pekan sebenarnya masih dua hari lagi namun Changmin yang baru saja menyelesaikan pertemuannya di Jepang memutuskan langsung terbang ke LA untuk mencoba menemui Yeonhee sekaligus menanyakan alasannya sulit ditemui diakhir pekan dan berubahnya sikapnya secara tiba - tiba, bahkan Changmin kini sudah tidak bisa menghubungi yeoja itu.
 
Hari masih sore ketika Changmin tiba didepan unit apartemen Yeonhee dan ketika tidak mendapat jawaban akan bel yang sudah ia tekan beberapa kali membuatnya berpikir jika Yeonhee mungkin belum pulang dan memutuskan untuk menunggu didepan pintu.
 
Hampir satu jam Changmin menunggu hingga sebuah lengkingan suara Nahyun memasuki pendengarannya, ia menoleh dan tersenyum pada gadis kecil yang sudah berlari kearahnya, sembari memeluk Nahyun ia bisa melihat raut wajah Yeonhee yang nampak datar tanpa menatapnya.
 
Baru sebentar Changmin bercengkrama dengan Nahyun namun Yeonhee sudah menarik putrinya itu untuk menjauh.
 
“Oppa sebaiknya pergi.” Ucap Yeonhee dingin.
 
“Kenapa eomma mengusir appa? Nahyun masih ingin bermain dengan appa.” Nahyun yang menanggapi ucapan Yeonhee.
 
“Tidak boleh, kita masuk sekarang.” Tegas Yeonhee.
 
“Ada apa denganmu Lee Yeonhee?” Changmin menahan pergelangan tangan Yeonhee.
 
“Lepas.” Ucap Yeonhee.
 
“Tidak sampai kau menjelaskan padaku kenapa sikapmu tiba – tiba berubah seperti ini.” Kekeuh Changmin.
 
“Lepaskan oppa.” Ulang Yeonhee dengan nada yang semakin tinggi.
 
“Aku ada salah? Atau kau ada masalah? Katakan padaku agar aku tahu.”
 
“Oppa sudah mendapatkan restu? Belum bukan? Jadi jangan datang kemari jika belum mendapatkannya.” Yeonhee mengungkitknya lagi.
 
“Aku yakin bukan itu masalahnya.”
 
“Sejak awal itu masalahnya, kita memang tidak seharusnya bersama.” Racau Yeonhee dengan nada tinggi.
 
“Jangan meninggikan suaramu didepan Nahyun.” Changmin masih menjaga nada suaranya ketika melihat Nahyun terisak mendengar ia bertengkar dengan Yeonhee padahal ia sudah cukup emosi akan kata – kata Yeonhee.
 
“Nahyun adalah urusanku dan kau tidak ada hak mengatur kehidupanku dan putriku.”
 
“Lee Yeonhee.” Changmin nampak tak suka akan ucapan Yeonhee.
 
“Ada apa ini?” Tiba – tiba sebuah suara terdengar bersamaan dengan datangnya sosok yang sangat tidak Yeonhee harapkan.
 
“Ada apa Lee Yeonhee?” Ulang Kim Jaejoong yang datang setelah sekian lama tidak menemui Yeonhee sejak insiden Stella Kim.
 
Changmin dan Jaejoong nampak menatap dengan pandangan menyelidik satu sama lain, ada tatapan tidak suka di masing – masing netra mereka sementara Yeonhee nampak bergetar di tempatnya berdiri, jantungnya berdetak cepat, mereka seharusnya tidak boleh bertemu, jerit batin Yeonhee yang dihantui rasa takut dan gelisah.
 
“Kalian sebaiknya pergi.” Lirih Yeonhee namun belum sampai ia membuka pintu unitnya Jaejoong menggenggam tangannya erat.
 
“Kau yakin memintaku pergi? Kita sudah lama tidak bertemu, aku merindukanmu dan Nahyun.” Ucap Jaejoong dengan senyumnya namun Yeonhee tahu itu adalah senyum mengancam.
 
“Masuklah oppa.” Ujar Yeonhee akhirnya.
 
“Yeonhee- ya.” Changmin nampak tak terima namun Jaejoong sudah lebih dulu menggendong Nahyun yang masih terisak dan berjalan masuk kedalam unit apartemen Yeonhee.
 
“Kumohon pergilah oppa.” Lirih Yeonhee pada Changmin dengan pandangan yang sulit diartikan.
 
Tatapan mata Yeonhee padanya sebelum menutup pintu membuat Changmin termenung, matanya sungguh sulit diartikan dan perasaan Changmin menjadi tak menentu entah karena penolakan Yeonhee atau karena firasatnya yang buruk akan namja yang ia duga Kim Jaejoong yang kini bersama Yeonhee dan Nahyun di dalam unitnya.
 
***
 
Kembali ke Seoul rutinitas Changmin berjalan seperti biasa, pekerjaan yang banyak selalu menantinya setiap saat namun kini fokusnya sedikit terpecah karena memikirkan tatapan Yeonhee ketika terakhir ia berkunjung ke LA.
 
Sebelum memutuskan untuk kembali ke Seoul Changmin sempat mampir lagi ke apartemen Yeonhee namun yang ia lihat adalah Nahyun dan Yeonhee pergi bersama namja yang ia duga bernama Jaejoong kemarin, ia hanya melihat mereka dari dalam mobil tanpa berniat turun untuk menemui.
 
Ucapan Jiyeon kembali mengusik pikirannya, sangat tidak mungkin yeoja seperti Yeonhee tidak dilirik oleh namja lain, dan ia semakin frustasi ketika memikirkan jika Yeonhee berakhir dengan namja lain maka Nahyun akan melupakannya.
 
Pintu ruangannya diketuk lalu Minkyu masuk dan memberikan sebuah map kepada Changmin, sekretarisnya itu menjelaskan beberapa laporan yang dibawanya lalu memberitahu mengenai jadwal yang harus dihadiri namun Changmin nampak tidak fokus dan melamun.
 
“Presdir, anda baik – baik saja?” Tanya Minkyu setelah Changmin tersadar dari lamunannya.
 
“Eoh, aku baik – baik saja.” Gumam Changmin mencoba fokus pada dokumen yang diberikan Minkyu.
 
“Haruskah saya batalkan pertemuan di Jeju malam ini?” Tanya Minkyu melihat Changmin sedikit pucat.
 
“Tidak perlu, aku baik – baik saja, siapkan saja keperluanku untuk disana.” Jawab Changmin yang segera dilakukan oleh Minkyu.
 
Keesokan harinya setelah tiba dari Jeju, Changmin langsung bekerja bahkan hingga hari cukup larut, ia memutuskan untuk pulang kerumahnya setelah menenggak beberapa gelas alkohol untuk sedikit meredakan penatnya.
 
Tiba di rumahnya ia malah disambut ibunya dengan omelan yang tidak jelas, kepalanya yang sudah pening bertambah pening, ponselnya memang mati sejak sore tadi jadi ia tidak tahu jika ibunya menghubunginya.
 
“Gayoung menunggu hampir 3 jam tapi kau tidak kunjung pulang, bahkan dihubungi juga tidak bisa.” Omel nyonya Shim.
 
“Bateraiku habis eomma, tadi dari bandara aku ada meeting dan pekerjaanku juga cukup banyak.” Jelas Changmin.
 
“Kau dari Amerika lagi menemui wanita tidak jelas itu?” Hardik nyonya Shim membuat Changmin memejamkan matanya jengah.
 
“Eomma cukup.” Lirih Changmin.
 
“Sebenarnya kelebihan dia itu apa? Dia hanya wanita tidak tahu diri yang berani – beraninya mendekati orang seperti dirimu, benar – benar tidak tahu malu padahal dia hanya wanita hina yang asal usulnya tidak jelas, bahkan dia menjadi seorang selingkuhan, astaga.” Nyonya Shim semakin menjadi.
 
“Eomma hentikan.” Giliran Jiyeon yang menimpali setelah mendengar hinaan ibunya.
 
“Eomma tahu...” Changmin berbicara lirih dengan emosi yang ditahan.
 
“Selama aku hidup sampai umurku sekarang, selain eomma dan Jiyeon aku hanya pernah dua kali jatuh cinta.” Lanjut Changmin membuat nyonya Shim terdiam, namja itu menatap ibunya dalam.
 
“Jujur eomma aku pernah mencintai Joohyun, ketika masa kuliah dan setelah ia ditinggal oleh mantan suaminya.” Jujur Changmin membuat nyonya Shim cukup terkejut.
 
“Lalu Yeonhee eomma.” Nyonya Shim nampak mencibir.
 
“Tapi eomma tahu, dia adalah cinta pertamaku.” Lanjut Changmin membuat nyonya Shim mengernyit.
 
“Kita bertemu pertama kali di sekolah menengah atas, kala itu aku terlalu pengecut untuk melindunginya dari perundungan siswa lain." Kenang Changmin.

THE MEANING OF HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang