2. Jadi nyamuk

161 41 4
                                    

Keesokannya, Zhehan dan Gong Jun pergi ke gang sebelah, gang Angsa. Tempat kediaman Zhou Yutong tinggal berada di sana. Setelah menyelesaikan tantangan Zhehan yang langsung dimenangkan oleh Gong Jun dengan jumlah kematian hanya satu kali. Sedangkan Zhehan sebanyak lima kali. Bagaimana tidak? Setiap kali muncul zombie yang berukuran besar, Zhehan panik dan berakhir di makan oleh. Pada malam itu pula, Zhehan tidak henti-hentinya mengeluarkan seluruh kebun binatang dari mulutnya. Dan Gong Jun hanya tertawa terbahak-bahak di atas penderitaan Zhehan.

Benar-benar memalukan bagi Zhehan. Menobatkan dirinya sendiri sebagai pro player, tetapi ia sendiri selalu mati jika bertemu dengan The infected.

Kini keduanya berhenti di depan warung yang terbuat dari bambu. Zhehan dan Gong Jun turun dari motor dan menghampiri ibu-ibu yang mengenakan daster batik warna coklat dan emas, tampak sedang merapihkan barang dagangan. Ia terkejut melihat dua orang lelaki muda datang ke warungnya. Wajah mereka terlihat begitu asing bagi si ibu-ibu. Ia memandang skeptis pada kedua lelaki berbeda tinggi itu.

"Kalian mau cari apa?" Tanpa menurunkan tingkat kewaspadaannya, ibu-ibu itu bertanya dengan nada curiga yang kentara sekali.

"Ibu masih kenal saya?" Zhehan mengerutkan keningnya serta memandang aneh pada Gong Jun. Kenapa lelaki ini justru mengajak ibu-ibu bermain tebak-tebakan?

Ibu-ibu paruh baya itu tampak sedang berpikir, seolah-olah mengingat siapakah lelaki muda di hadapannya ini. Kemudian ibu-ibu itu berdecak seraya mengibaskan tangannya.

"Ibu nggak tahu kamu siapa. Pernah ketemu aja nggak," jawab si Ibu.

"Ya iyalah, orang saya juga baru pertama kali main ke sini," kekeh Gong Jun dengan tanpa dosanya, dan langsung mendapatkan getokan di kepala eksklusif dari Zhehan. Lama-lama ingin sekali Zhehan memasukkan pupuk ke dalam mulut Gong Jun supaya lelaki bertubuh Titan itu mendapatkan gizi dan vitamin yang baik.

Ibu-ibu itu menggeleng, miris melihat anak muda di hadapannya ini. Masih muda, tapi sudah gila.

Akhirnya Zhehan –dengan terpaksa dan setengah hati, maju dan mulai bertanya. Sebab apa yang dapat diharapkan dari Gong Jun jika dia yang maju dan bertanya. Otaknya saja sudah bergeser dua senti dari tempatnya. Dan hanya dirinya lah –dan ibu-ibu yang masih waras.

"Maaf, Bu. Mau tanya alamat, kira-kira rumahnya Yuni di sebelah mana ya?" Zhehan bertanya dengan nada yang ia buat sesopan mungkin.

"Oh rumahnya Yuni anaknya Rendi! Nggak jauh kok, lurus aja dari sini. Sekitar dua sampai tiga rumah lagi sampe. Pokoknya yang cat rumahnya coklat muda sama pager garis-garis hitam." Ibu-ibu memperagakan satu garis lurus dan tiga petak sebagai visualisasi jumlah rumah yang akan Zhehan dan Gong Jun lewati.

Zhehan segera berterima kasih dan cepat menarik lengan Gong Jun ke motornya.

"Lo tuh, bikin gue malu tahu nggak! Lama-lama gue nggak mau nganterin lo lagi!" Zhehan menggeram seraya  menyentak tangan Gong Jun. Mendelik kesal karena tingkah Gong Jun yang sedikit di luar nalar. Sementara Gong Jun hanya tersenyum bodoh seolah-olah tidak mempunyai dosa.

"Yang penting kan kita tahu rumahnya di mana, Han. Jangan ngambek dong, nanti gantengnya hilang," cengir Gong Jun sembari mencolek pipi Zhehan yang tembam.

Tangan Zhehan menepis, ia kemudian naik ke motor dan melirik malas pada Gong Jun.

"Mau naik apa gue tinggal?" Ancaman Zhehan tidak main-main kali ini. Ia ingin sekali cepat-cepat menyelesaikan urusan percintaan Gong Jun dan kembali bekerja, mengecek barang di gudang ladang.

Gong Jun cepat-cepat naik ke boncengan, lalu Zhehan menstater motor dan tancap gas menuju arah yang ditunjuk oleh ibu-ibu warung.

***

Pulang | JUNZHE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang