6. Sadar?

228 45 17
                                    

Malam itu, Gong Jun berdiam diri di dalam kamarnya. Panggilan untuk makan malam dari sang Ibu pun ia abaikan. Mengamati langit malam dari jendela jauh lebih menarik daripada secentong nasi hangat yang masih mengepul. Angan-angan Gong Jun masih tertinggal beberapa jam yang lalu. Ia melirik pada handphone yang terletak begitu saja di atas bantal. Baru saja ia saling bertukar pesan dengan Zhou Yutong. Sebuah rutinitas yang biasa dilakukan oleh sepasang kekasih. Namun, setelah Zhou Yutong pamit ingin tidur, Gong Jun kembali mengamati bintang-bintang yang lebih terang dari biasanya.

Maniknya melirik pada dua buah kotak yang telah dibungkus rapih dengan kertas kado. Sejak Zhehan pulang, ia tidak langsung membuka untuk mengetahui isinya. Ia justru berbincang ringan dengan Zhou Yutong terlebih dahulu. Mencoba mengalihkan perhatiannya kepada objek lain. Tetapi, kini ia menatap bungkus kado itu dengan lekat.

Dengan berat hati –dan juga penasaran, Gong Jun meraih dua bungkus itu dan meletakkannya di atas pangkuannya. Pertama, ia membuka bungkus kotak yang lebih besar. Setelah berhasil membuka benda tersebut, Gong Jun terdiam lalu tersenyum kecil kala melihat catatan yang Gong Jun duga itu tulisan Mama.

"Mama Mama... Padahal niatnya aku mau beli sendiri setelah balik ke kota. Nggak apa-apa, lah. Lumayan." Gong Jun menggeleng. Takjub akan Mama yang tahu keinginan Gong Jun. Yaitu sepasang sepatu sneakers berwarna merah maroon dan jaket denim yang biasa ia gunakan ketika kuliah nanti. Dan kebetulan jaket miliknya sudah rusak juga tidak muat di tubuhnya.

Gong Jun meletakkan hadiah dari Mama di dalam lemari, menyimpannya di sana agar tidak kotor. Sekarang, rasa penasarannya muncul kembali ketika melihat kotak yang lebih kecil masih terbungkus rapih di atas ranjang. Pelan tapi pasti, Gong Jun meraih kotak tersebut dan membukanya. Lalu setelahnya ia bergeming.

Buku bersampul hijau itu lagi-lagi berada di tangannya. Dan untuk apa? Gong Jun membatin dan meletakkan buku tersebut begitu saja di atas meja. Dan lantas kembali naik ke atas tempat tidur. Mengambil ponselnya dan menjelajah media sosial. Entah disadari atau tidak, Gong Jun kini berakhir memandangi foto dirinya bersama Zhehan saat liburan di pantai tahun lalu. Dengan posisi Zhehan di belakang. Sedang meminum air kelapa, dan tak sengaja tertangkap kamera swafoto Gong Jun.

Tidak tahu bagaimana ia masih saja menyimpan foto-foto tersebut. Seharusnya, ia sudah menghapusnya sejak insiden kemarin. Tetapi, rasanya berat sekali Gong Jun untuk melakukannya.

Lagi-lagi Gong Jun melirik buku yang tergeletak di atas meja. Sedikit mengerang, Gong Jun akhirnya bangkit dan meraih buku tersebut.

"Apa lagi sekarang?" Gong Jun membuka buku itu dan hasilnya kosong. Tidak ada satupun tulisan di sana. Kini, Gong Jun dilanda kebingungan. Bukankah selumbari buku tersebut terisi oleh tulisan Zhehan? Lantas mengapa buku itu kosong?

"Kosong. Apalagi sih nih anak." Sedetik setelah membuka halaman terakhir, Gong Jun diam.

Di sana terdapat tulisan tangan Zhehan digores dengan tinta hitam. Memang, harus Gong Jun akui, huruf-huruf di sana tersusun rapih. Itulah yang selalu menjadi alasan Gong Jun setiap kali ia lupa mencatat materi sekolah kala masih SMA. Gong Jun menyalakan saklar lampu kamar dan kembali duduk di tepi ranjang. Membaca dengan seksama setiap kalimat yang Zhehan toreh.

Hai, makasih udah mau sempatin waktu buat baca tulisan yang nggak jelas ini. Gue udah seneng lo mau baca.

Oke, pertama, gue mau kasih ucapan selamat ulang tahun buat sahabat sekaligus seseorang yang spesial di kehidupan (dan juga hati) gue setelah Mama dan Papa. Gue harap lo ketemu sama bahagianya lo. Sama seseorang yang bakal ada di sisi lo terus sampai lo jadi kakek-kakek dan punya cucu segudang. Persis kayak impian lo. Ya, kan?

Kedua, maaf... Gue bener-bener minta maaf karena gue udah lancang. Padahal lo udah ngasih tahu sebelum-sebelumnya, tapi hati gue ngeyel pengennya sama lo. Gue bener-bener minta maaf... Maaf udah bikin lo kecewa, maaf udah bikin lo marah, maaf udah ngerepotin lo selama ini. Mulai sekarang (kalau lo mau) gue bakal pergi. Bener-bener pergi dari kehidupan lo. Dan lo bisa bahagia tanpa bayang-bayang gue. Hehehehe

Pulang | JUNZHE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang