5. Ulang tahun Julian

183 35 23
                                    

Warning! Konten berisi darah (?) Entahlah, jika tidak suka bisa kalian skip.

Selamat membaca :)

Keadaan toko roti saat itu cukup merepotkan bagi wanita muda yang sedang melayani beberapa pelanggan. Membuatnya sedikit kewalahan. Apalagi sekarang ia berjaga sendiri di sana. Sang majikan –alias Mama sedang pergi ke pasar untuk membeli bahan kue. Dan teman satunya sedang pulang kampung.

Setelah melayani pelanggan terakhir, wanita itu terduduk. Melepaskan penat sembari meminum satu gelas air putih hingga tandas. Saat ia berdiri hendak meletakkan gelas di ruang belakang, tiba-tiba suara lonceng pintu berbunyi. Membuat wanita itu menaruh gelas dengan sembarang dan segera berdiri di tempatnya. Bersiap melayani pelanggan lagi setelah beristirahat sejenak.

"Udah. Lo istirahat lagi. Gue di sini cuma buat jagain lo," kata Zhehan sembari melepaskan jaketnya lantas duduk di bangku dekat dinding belakang etalase. Bersandar di sana sembari menutup wajahnya dengan jaket hitam miliknya.

"Makanya kalau dateng, jangan kek setan. Tiba-tiba nongol." Wanita itu menarik jaket Zhehan dari si empunya. Membuat lelaki itu menatap nyalang pada wanita di hadapannya.

"Apa? Nggak seneng? Lo tuh kalau lagi galau, kayak nggak punya gairah hidup. Lemes... Banget kek nggak dikasih makan seminggu. Kenapa, sih? Si bongsor nyakitin lo lagi?" Tebakan dari wanita itu tidak membuahkan jawaban apapun dari Zhehan. Lelaki itu justru kembali menutup wajahnya, bersiap untuk tidur kembali setelah Mama meneleponnya untuk bergantian berjaga toko. Tentu, mau tak mau Zhehan menuruti kemauan Mama. Daripada ia mendapatkan ceramahan yang panjangnya sepanjang masa.

Wanita itu geram, ia menarik jaket hitam tersebut dan membawanya jauh dari jangkauan Zhehan.

"Jesslyn! Balikin jaket gue!" Zhehan berseru sembari menjulurkan tangannya. Meminta jaketnya dikembalikan.

Ju Jingyi menjelir. Ia menaruh jaket itu di gantungan yang letaknya di ujung dari tempat Zhehan duduk. Lelaki itu hanya menghela napas dan menatap lemari pendingin tanpa minat. Otaknya benar-benar masih semrawut. Sedang tidak ingin diusik dengan pertanyaan yang menyangkut masalah hati.

"Kalau lo nggak jawab, gue bakar nih jaket. Biar mampus lo dimarahin Nyonya besar." Ancaman Ju Jingyi tidak main-main. Ia tahu jaket ini hadiah ulang tahun dari Mama. Dan tentu saja jika jaket itu rusak, Zhehan on the way menjadi perkedel.

Dalam sedetik, wajah Zhehan pucat pasi. Jangan jaket kesayangannya!

"Iya iya! Gue jawab." Zhehan dengan cepat berlari, meraih jaket itu dan langsung memeluknya. Kemudian lelaki itu kembali duduk di tempat semula dan mulai melipat jaket itu sembarang.

"Julian udah tahu semuanya." Ju Jingyi diam. Mendengarkan dengan seksama setelah ia mengambil kursi di dekat etalase dan meletakkannya di hadapan Zhehan. Maklum, telinganya agak sedikit tersumbat karena pilek yang nyasar. Jadi pendengarannya agak sedikit terganggu.

"Udah tahu gimana? Lo bilang?"

Zhehan menggeleng, "Dia baca buku gue." Dan ia menceritakan seluruh kejadian hari itu. Beberapa kali ia menghela napas berat dan menenggelamkan wajahnya di lutut yang ia tekuk. Sementara Ju Jingyi langsung mengusap punggung lelaki itu. Mencoba membuat Zhehan sedikit tenang. Walaupun sebenarnya, itu tidak membantu sama sekali.

"Gue yakin, lo pasti ketemu yang lebih baik dari dia, Dan." Ju Jingyi merangkul pundak Zhehan seraya ditepuk-tepuk kecil seperti tengah menenangkan bayi. Suara lonceng pintu kembali berbunyi, dengan segera ia beranjak dan membiarkan Zhehan sendiri di sana.

"Selamat datang mbak, mau pesan apa?" Ju Jingyi bertanya dengan nada ramah.

"Gini, saya ingin pesan kue ulang tahun yang black forest. Kira-kira acaranya buat lusa. Bisa nggak, ya?" Ucap si pelanggan yang merupakan gadis berambut panjang dan bergelombang. Tak lupa dengan bando yang bertengger manis di kepalanya. Suaranya pun begitu halus. Membuat Ju Jingyi terperangah oleh penampilan si gadis untuk sejenak.

Pulang | JUNZHE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang