mencoba untuk,

10 1 0
                                    

"Jingga, pulang sekolah ikut aku sebentar ya," ajak Rain tiba-tiba bertepatan dengan bunyi bel tanda pulang.

"Apa?"

"Ikut aku sebentar."

"Tapi, aku nanti ditunggu Alfa."

Dia mencoba memanggil Lara pelan, tapi Lara tidak juga menggubris panggilan Rain. Ia terpaksa harus menghampiri Lara yang masih sibuk merapikan tas miliknya.

Setelah itu, ia kembali lagi ke bangkunya. "Nanti Lara bakal ngomong ke Alfa tungguin kamu di parkiran."

"Emang kita mau kemana?"

Rain tersenyum simpul tak mau membalas pertanyaan Jingga agar bersifat rahasia. Ia membawa gadis itu keluar dari sekolah dan mengarahkan langkahnya ke sebuah toko aksesoris yang tidak jauh dari sekolah mereka.

"Kita mau ngapain ke sini?"

"Kita lihat-lihat dulu ya Ji."

Mungkin ini adalah pertama kalinya sosok Rain ke toko aksesoris karena terlihat nyata ia sangat kebingungan. Jingga yang tak sengaja melihat raut wajah itu ingin tertawa rasanya.

Mereka masuk ke sebuah toko kecil berwarna pink, beraneka ragam pernak pernik aksesoris lucu di dalamnya. Namun, sedikit membingungkan juga kenapa Rain membawa Jingga ke tempat yang seperti ini.

"Jingga! Sini," panggil Rain menyadarkan Jingga dari lamunannya sesaat. Di sana, Rain telah berdiri di samping etalase kaca, menunjuk sesuatu di sana.

"Sebentar ya," ucapnya dan mengambil sesuatu dari sana. Tak lama, ia kembali berdiri dihadapan Jingga dan menempelkan sesuatu di rambut Jingga.

"Cantik," katanya sambil tersenyum, membuat kedua matanya menyipit. Jingga dengan pipinya yang telah merona meraih benda tersebut, dan menemukan sebuah jepit berwarna jingga dengan daun maple sebagai hiasannya. Indah.

"Bagaimana, cantik kan?"

Gadis itu mengangguk, memancarkan senyuman lebar yang tak kuasa ia tahan lagi. Jepit rambut itu memang cantik, tapi berdiri dekat dengan cowok itu membuat Jingga merasakan hal aneh yang cukup membuat jantungnya berdetak hebat.

"Jepit rambut ini sudah sepaket sama kamu, Ji. Jadi, ayo beli ini."

Gadis itu tertawa pelan mendengar kalimatnya, merasa dihadiahkan sebuah gombalan oleh Rain. Namun, ia tidak mau peduli dengan itu.

"Eh tapi Ji."

"Ada apa?"

Ia perhatikan wajah Rain yang tampak gelisah, sekaligus terlihat lucu.

"Sebenarnya aku gak bawa dompet Ji, jadi." Ia menjeda kalimatnya membuat Jingga senyum-senyum sendiri mendengar fakta itu.

"Tidak apa-apa, Rain. Aku yang akan pakai kan."

"Tapi, apa beneran tidak apa-apa? Padahal aku yang mengajakmu kesini." Rain tampak menyesal dengan keputusannya.

Jingga tersenyum serta mengangguk kecil. "Tidak apa-apa. Ayo, kita harus bayar. Nanti Alfa akan menunggu aku terlalu lama."

"Ah, baiklah," katanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal secara sembarangan. Ia masih merasa tak enak, tapi mau bagaimana lagi. Dia lupa kalau dia tidak punya uang untuk membelikan jepit rambut itu.

"Jingga."

"Hm?"

"Besok, kamu akan pakai ini kan?"

Gadis itu tampak berpikir sambil menunggu kembalian uang milik Jingga dari petugas kasir. "Besok kita lihat, ya."

"Bicara sama saya, dek?" Tiba-tiba petugas kasir menyerahkan kembalian Jingga dan bertanya dengan heran.

JIRAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang