Taubatnya Penjarah Makam Jeruk purut -FathChili

287 32 17
                                    

Judul : Taubatnya Penjarah Makam Jeruk Purut
 
Genre : horor, komedi
 
Pair : YiZhan
 
Nama Wattpad : FathChili
 
 
 
Malam hari di tanah kuburan Jeruk Purut---tempat pemakaman kalangan orang elit disemayamkan. Waktu menunjukkan pukul 00.10 dini hari waktu Yiling. Suasana terasa mencekam dengan penerangan lampu bohlam warna kuning, membuat sakit mata, sangat remang-remang, tetapi bukan diskotik, ini tanah kuburan. Jadi, kalian jangan berpikir untuk bisa dugem di tempat ini.
 
Tampak dua pemuda saling berlomba untuk masuk ke dalam makam yang dikelilingi oleh pagar setinggi lima kaki pria dewasa, tentu saja mereka tidak melompat dengan lancar jaya karena mereka bukan tupai, mereka mencoba masuk ke dalam makam menggunakan seutas tali yang bawahnya sudah diberi jangkar.
 
Hap, akhirnya kaki mendarat dengan aman di dalam makam. Bahkan lompatan mereka terbilang sangat mulus, semulus bokong bayi yang baru saja terjun bebas ke dunia fana. Satu pemuda tampak bergegas melangkah, sementara pemuda satunya lagi masih sibuk menggulung tali yang baru saja mereka gunakan untuk memanjat masuk.
 
Setelah dirasa cukup, barulah pemuda itu menyusul rekan sekaligus kekasihnya yang sudah beberapa langkah di depan, memeriksa apakah ada penjarah makam lain yang juga sedang 'Dinas Malam' seperti mereka.
 
"Bagaimana, Ge?" Wang Yibo bertanya sambil mengupas kulit kacang rebus yang baru saja dia beli di jembatan menuju makam tadi.
 
Pemuda yang dipanggil gege memberikan isyarat dengan mengangkat ibu jarinya ke arah Wang Yibo. "Sip, mereka tahu kalau malam ini jatah kita," ucap Xiao Zhan yakin. Tangannya kini terulur ke depan, meminta kacang yang sudah Wang Yibo kupas.
 
Tanpa diperintah dua kali, Wang Yibo pun segera memberikan apa yang Xiao Zhan inginkan. Kacang yang sudah dia kupas diberikan secara cuma-cuma dan asal, maklum, paduka yang mulia budak cinta memang seperti itu tabiatnya. "Baguslah kalau begitu, Ge. Malam ini yang mana? Yang mati kemarin sore itu?" tanya Wang Yibo sambil menyuapi kekasihnya yang manis tiada obat itu, sangat manis sekali sekaligus tampan secara bersamaan, pokoknya semua perpaduan sempurna itu ada di wajah Xiao Zhan.
 
Mulut Xiao Zhan pun terbuka lebar dan mengunyah dengan perasaan suka cita, menerima suapan demi suapan dari kekasih yang ketampanannya mampu membius dan sangat mematikan. Setelah kacang rebus di tenggorokannya habis, barulah Xiao Zhan menjawab, "iya, target kita yang kuburannya masih basah itu. Ayo bersiap, kita jarah sampai dia tidak punya bekal menuju akhirat, hehe." Mata Xiao Zhan berbinar seperti manik monte, bersama dengan kedua tangannya yang digosok-gosokkan dengan cepat karena membayangkan tumpukan uang yang akan dia ambil sebentar lagi, ditambah harta benda yang ditinggalkan oleh keluarga di peti mati. Waw, membayangkan saja sudah membuat Xiao Zhan sangat bersemangat.
 
Wang Yibo pun mengangguk dengan tak kalah semangat. Bagi Wang Yibo, apa pun yang membuat Xiao Zhan bahagia, maka dia akan ikut bahagia tidak peduli apa. Wang Yibo pun menyalakan senter di kepalanya sekaligus senter yang ada di kepala Xiao Zhan. Yah, akhirnya mereka persis seperti sepasang pencari belut di sawah pada malam hari.
 
Berjalan beriringan sembari bergandengan tangan, keduanya masuk ke dalam makam dengan hati riang. Sesekali Xiao Zhan mencubit gemas pipi Wang Yibo yang malam ini sedang tidak mengenakan teropong muka, bangga sekali dia memiliki kekasih yang seperti Wang Yibo ini.
 
Bagaimana? Kalian mau, punya pasangan seperti Wang Yibo? Pergilah tidur dan jangan pernah bangun. Niscaya impian kalian akan terwujud.
 
Pasangan penjarah makam itu disambut oleh suara burung hantu yang saling bersahutan dari dahan pohon waru, terdengar seperti suara cekikikan hantu wanita berambut panjang mengenakan daster berwarna putih menjuntai panjang penunggu pohon beringin tua di tengah makam. Begitupun dengan sekumpulan jangkrik yang tengah mengadakan arisan, mereka juga tak mau ketinggalan untuk menambah suasana semakin terasa mencekam, benar-benar merinding sampai ke tulang. Bagi yang penakut, jangan pernah datang ke tempat seperti ini kalau tidak ingin lari tunggang-langgang hanya dengan mendengar beberapa sambutan dari semua penghuni makam.
 
Makam yang akan mereka jarah malam ini adalah makam pemilik warung makan pecel lele paling laris di kota Yiling dengan cabang 20 warung makan yang tersebar, hal itu yang menyebabkan beliau dimakamkan di Makam Jeruk Purut ini.
 
"Mr. George Mamat." Wang Yibo membaca nama yang tertulis di papan nama. Kepalanya agak sedikit miring, karena tidak terlalu jelas dengan objek yang tengah dia baca.
 
Xiao Zhan mengangguk mantap, merasa yakin karena memang makam inilah yang menjadi sasaran untuk aksi mereka. "Yaps, tepat sekali."
 
Wang Yibo menaha tawa sekuat tenaga. "Nama yang bagus," puji Wang Yibo dengan menggigit bibir bawah.
 
Melihat ke arah Wang Yibo, Xiao Zhan mengangguk lagi, pipinya mengembung, tetapi keduanya tidak ada yang tertawa. Itu karena mereka mempunyai prinsip, meski menekuni hobi sebagai penjarah makam, mereka tetap harus menghormati yang sudah pergi ke alam lain. Semboyan mereka adalah, 'jadilah penjarah makam yang berbudi luhur.'
 
Cukup menahan tawa, Xiao Zhan kini berkacak pinggang, bibirnya mencebik. "Orang ini matinya tidak elegan sekali," jelas Xiao Zhan pada Wang Yibo.
 
Merasa penasaran, Wang Yibo pun mendekat dengan melihat ke arah peti mati. "Memangnya mati kenapa?" bisik Wang Yibo, takut didengar oleh si mayat.
 
"Orang ini mati kesedak duri ikan bandeng. Parahnya, dia lebih memilih untuk menelan nasi putih yang dikepal daripada pergi ke dokter untuk operasi. Dia orangnya pelit minta ampun, pantas cepat kaya. Aku mencari informasi dari warung kopi pak Tatang. Itu, loh yang ada dikiri jalan, yang waktu itu kau kubawakan gorengan tempe mendoan. Ingat tidak?" Xiao Zhan bergosip dengan Wang Yibo di tengah kuburan.
 
Wang Yibo terus mengangguk, mendengarkan setiap cerita yang keluar dari bibir Xiao Zhan. Cukup lama mereka bergosip, ada sekitar 15 menit. Tentu Xiao Zhan sebagai pembawa acara, dan Wang Yibo jelas yang menjadi pendengar setia.
 
Setelah dirasa puas bergosip ria, Xiao Zhan dan Wang Yibo kini komat-kamit memberikan doa, ritual yang sudah berulang kali mereka lakukan sebelum merampas barang-barang milik si empunya. Setelah selesai, mereka berdua pun menyiapkan alat-alat, seperti kunci inggris, linggis, sekop, dan tidak lupa sarung tangan.
 
Keduanya bekerja dengan kompak, tidak ada satu pun yang bertanya tugasku apa. Kali ini, Wang Yibo menggali di sisi tengah, sementara Xiao Zhan di sisi kanan. Suara sekop berpacu dengan malam, ditambah embusan angin yang membawa semerbak harum bunga kantil dan kenanga, menjadikan suasana semakin terasa mistis.
 
Tidak menbutuhkan waktu lama bagi Xiao Zhan dan Wang Yibo untuk menggali makam, dihitungan 101 sekop Xiao Zhan membentur peti kayu yang didalamnya berisi orang mati. Tak lama kemudian, sekop Wang Yibo juga menyentuh peti mati. Saling memandang dengan puas, keduanya pun meletakkan sekop di sisi masing-masing.
 
"Kerja bagus, Sayang." Sambil tersenyum, Xiao Zhan menyeka keringat yang ada di dahi Wang Yibo menggunakan lengannya yang tidak kotor.
 
Hati Wang Yibo menghangat mendapat perlakuan romantis dari Xiao Zhan yang sangat dia cintai, dijaga, dirawat dan dibesarkan dengan sepenuh hati seperti semboyan bumbu masakan berupa kecap manis di televisi. Wang Yibo merasa luar biasa bangga dapat menjadi bagian dari hidup Xiao Zhan, sosok pria manis dengan kebaikan hati luar biasa. Bagi Wang Yibo, Xiao Zhan adalah malaikat yang terjebak di tubuh manusia.
 
Menjadi penjarah makam sebenarnya bukanlah profesi dari Xiao Zhan atau pun Wang Yibo, keduanya hanya menuruti hobi yang kebetulan sama. Pertemuan mereka pun juga benar-benar tidak disengaja dan direncanakan, Wang Yibo dan Xiao Zhan bertemu saat menjarah satu makam yang sama, lalu keduanya memutuskan untuk menjadi partner kerja karena merasa cocok dengan kinerja satu sama lain.
 
Penjarah makam di Yiling tidak hanya Xiao Zhan dan Wang Yibo, setidaknya masih ada 10 pasang lagi penjarah makam yang sudah kelas kakap setingkat Xiao Zhan dan Wang Yibo, ditambah dengan yang masih amatiran dan berbau lengkuas, jelas itu bukan tandingan Xiao Zhan dan Wang Yibo.
 
Meski hobi Xiao Zhan aneh dan terkesan sedikit sinting, tetapi tidak ada yang mampu menolak pesona dari wajahnya yang sangat-sangat manis sekaligus tampan. Bahkan jika boleh jujur, Wang Yibo sudah dibuat terpana dipertemuan pertama mereka. Melihat betapa mengagumkannya Xiao Zhan, juga tidak sedikit orang yang berusaha mendekati pemuda manis pemilik tahi lalat di bibir itu untuk dijadikan pasangan, maka Wang Yibo segera bertindak cepat sebelum negara api menyerang. Atau dia akan kehilangan Xiao Zhan, tidak, Wang Yibo tidak akan pernah membiarkan hal mengerikan itu terjadi. Maka di sinilah mereka sekarang, bersama menjadi pasangan penjarah makam yang disegani oleh para penjarah makam yang lain.
 
Wang Yibo segera mengeluarkan kunci inggris, linggis, dan alat bor. Tentu saja semua alat itu untuk membuka peti mati, tidak semudah itu juga keluarga meninggalkan harta benda kepada yang sudah meninggal tanpa ada pengamanan. Namun, hal-hal seperti ini sudah menjadi makanan bagi Wang Yibo dan Xiao Zhan. Sejauh ini, belum pernah mereka gagal dalam membuka atau memecahkan kode yang ada di peti.
 
Ketika tangan Wang Yibo sudah hendak mengebor bagian atas peti, mendadak Xiao Zhan melihat ada cairan yang menetes keluar. Cairan itu tidak banyak, tetapi mengalir dengan cukup lancar.
 
"Yibo, berhenti!" Xiao Zhan berteriak kencang. Tangannya yang putih mulus segera menjauhkan tangan kekar Wang Yibo dari peti.
 
Wang Yibo yang sudah bersiap untuk melubangi bagian atas peti sedikit terkejut, secara reflek pemuda tampan itu berdiri dan melihat ke arah Xiao Zhan yang menunjuk menggunakan dagunya. Benar, memang ada cairan yang menetes keluar.
"Ge, bukankah ini cairan dari jasad yang sudah puluhan tahun? Memangnya orang ini kapan matinya?" Wang Yibo bergidik ngeri dan hampir muntah. Bahunya gemetar, dia merasa sangat jijik.
 
Xiao Zhan lekas mengambil alih, kemudian mengambil sample cairan yang menetes melalui wadah yang sudah dia siapkan di tas. Segala kemungkinan pasti akan terjadi, jadi dia membawa semua peralatan penjarahan secara lengkap, tidak tertinggal satu pun. Cairan itu kemudian diletakkan di alat pendeteksi, Wang Yibo cepat-cepat mendekat karena penasaran.
 
Alat pendeteksi no respons!
 
"Bagaimana, Ge? Bagaimana? Apa yang terjadi? Jadi, bagaimana? Apa dia vampir? Alien? Zombie?" pertanyaan Wang Yibo sangat mampu membuat gendang telinga siapa pun berdengung dan sakit.
 
Tangan Xiao Zhan reflek mendorong kepala Wang Yibo, pemuda manis itu berdecak beberapa kali dengan tetap melihat ke alat pendeteksi. "Mustahil," Xiao Zhan menggumam, lalu menoleh pada Wang Yibo.
 
Manik elang Wang Yibo semakin melebar, tiba-tiba saja bulu kuduknya berdiri. Pemuda tampan itu memegang belakang lehernya yang terasa panas dingin. Xiao Zhan juga mengalami hal yang serupa, perasaan tidak enak tiba-tiba saja datang, seperti tukang parkir. Dua pemuda itu saling tatap dengan sama-sama menelan ludah kasar, sejurus kemudian mengangguk kompak sembari cepat-cepat mengemasi alat yang baru digunakan setengahnya.
 
"A-alat pendeteksi kita tidak pernah gagal," ucap Wang Yibo dengan bibir gemetar.
 
Xiao Zhan mengangguk, jantungnya berdetak tidak karuan. "Anggap saja kita tidak pernah menjarah malam ini. Untuk leluhur, mbah buyut, mbah kakung George, maaf kami menganggu tidur nyenyakmu." Xiao Zhan membuat permohonan maaf setelah selesai dengan kegiatan mengemas barang.
 
Pasangan penjarah makam itu jelas panik. Bagaimana tidak panik? Alat pendeteksi mereka mampu untuk mengukur berapa usia manusia yang meninggal, bahkan dalam kurun usia 100 tahun pun masih bisa terdeteksi, tetapi malam ini alat pendeteksi tidak mau bekerja sama. Jarum tidak mau bergerak, sama sekali tidak mau bergerak. Padahal yang meninggal ini baru kemarin sore, usianya juga tidak lebih dari 70 tahun. Lalu, bagaimana mungkin alat pendeteksi super canggih yang mereka beli dari Dubai tidak mau bekerja? Memangnya berapa usia orang yang meninggal ini!
 
Memikirkan mayat mbah George membuat jantung Xiao Zhan dan Wang Yibo hampir lepas dari tempatnya. Mereka bergegas menimbun kembali peti dengan tanah yang sudah mereka gali tadi. Kaki sudah terasa lemas seperti agar-agar, tangan juga sudah lembek seperti tahu gejrot.
 
Ketika mereka masih menyekop tanah, angin tiba-tiba bertiup lumayan kencang, tetapi hanya di tempat Wang Yibo dan Xiao Zhan berdiri, di tempat lainnya tidak.
 
"Hihihihii, mau kemana kalian maling?" tanya suara wanita. Suaranya sangat centil, tetapi mampu membuat siapa pun kencing berdiri.
 
Wang Yibo dan Xiao Zhan saling pandang, perlahan mereka mendongak ke arah pohon waru yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Benar saja, ada wanita berambut panjang memakai longdress putih sedang mengayun-ayunkan kaki di dahan pohon, senyumnya lumayan manis.
 
"Mau kemana? Gak mau kenalan, nih? Single, loh, hihihihiii," si setan wanita kembali berkata, bahkan kali ini menggoda. Dasar setan edan!
 
Kaki Wang Yibo bergetar semakin kuat, apalagi Xiao Zhan. Sekop yang ada di tangan langsung mereka lempar dengan asal, keduanya kompak berlari tanpa di suruh, meninggalkan begitu saja makam Mr. George Mamat yang belum mereka selesaikan proses menimbunnya dengan tanah.
 
"Waaaaaaaa! Mbak kuntiiii!" raung Xiao Zhan dan Wang Yibo kompak.
 
Wushhh wushhhh wushhhh!
 
Suara angin menderu-deru, kencang, dan semakin kencang, membuat Xiao Zhan dan Wang Yibo jatuh berguling-guling di tanah makam entah milik siapa, yang jelas mereka tidak mungkin membaca papan kayu. Bibir mereka bergetar hebat, rambut sudah tidak karuan, mencuat di sana-sini. Mengerahkan seluruh sisa tenaga yang tinggal 30%, dua pemuda tampan tersebut berusaha bangkit berdiri dan kembali melanjutkan lari. Namun, ketika kaki yang sudah lemas seperti agar-agar itu sudah berdiri, mendadak mereka dikejutkan dengan suara ledakan.
 
BOOM!
 
Peti mati keluar dan melayang-layang di udara, mengejar Xiao Zhan dan Wang Yibo. "Maling, mau kemana kalian!" teriak sosok pria paruh baya dengan jas hitam. Pria itu meloncat keluar dengan kedua tangan yang direntangkan ke depan.
 
Serentak keduanya menoleh dengan cepat. Xiao Zhan kaget setengah mati dan langsung melompat ke arah Wang Yibo, sementara Wang Yibo juga kaget dan reflek melempar tubuh Xiao Zhan ke atas. Mereka kembali berteriak, "argghhh! Hantu mbah George Mamat!"
 
Si hantu pria mendelik gusar dan mengejar dua pemuda di depannya, langkahnya yang melompat-lompat membuatnya sedikit lambat untuk mengejar maling makam. "Mbah George Mamat gundulmu! Aku pak Mukhlis. Woi, berhenti kalian! Kembalikan cincin akik macanku yang sudah kalian embat!"
 
Xiao Zhan dan Wang Yibo terus berlari seperti orang kesurupan, tetapi mereka masih mendengar dengan jelas suara si setan yang menggema di kegelapan. Napas mereka sudah bengek karena terus-terusan berlari, Wang Yibo malah sudah megap-megap, sudah tidak kuat lagi meneruskan lari.
 
Atas dasar cinta dan kasih sayang yang sudah mengakar kuat di hati Xiao Zhan, pemuda manis itu pun segera membungkukkan badan dan memberi isyarat dengan menepuk-nepuk bahunya, padahal dadanya sudah kembang-kempis. "Cepat naik."
 
Wang Yibo mengangguk pasrah, wajahnya sudah seputih kertas. Anak itu memang tidak bisa berlari maraton, tulang kakinya dulu pernah patah karena terjatuh sewaktu balapan motor. Akhirnya, Xiao Zhan menggendong Wang Yibo dan meneruskan berlari untuk menuju ke pagar pembatas supaya bisa keluar.
 
Suara cekikikan setan wanita di atas pohon juga masih terdengar, si setan pria pun juga masih mengejar di belakang, membuat Xiao Zhan semakin mengencangkan gendongan, takut manusia di punggungnya jatuh.
 
"Bisa-bisanya anak ini teler disaat genting seperti ini! Ishhh," Xiao Zhan mengomel di tengah jantungnya yang hampir meledak.
 
Sementara itu, Wang Yibo mencuri kesempatan dalam kesempitan. Pemuda itu masih sempat-sempatnya mencium tengkuk Xiao Zhan, membuat si empunya merinding dua kali lipat---merinding karena takut si setan yang masih mengejar, dan merinding karena ulah mesum Wang Yibo. Tidak lucu, kan kalau dia sampai ingin bermesra-mesraan di tengah kuburan?
 
Namun, naas bagi Xiao Zhan, ketika dia sibuk berlari sambil membawa Wang Yibo, tiba-tiba saja kakinya tersandung batu yang lumayan besar. Akhirnya mereka pun jatuh terjerembab dengan posisi Wang Yibo di atas dan Xiao Zhan di bawah.
 
"Arghh!" Wang Yibo berteriak paling kencang.
 
Xiao Zhan sudah hampir menangis, tangannya memuku-mukul tanah, tampak putus asa setengah mati. "Oh, mati saja kita sekarang!" Xiao Zhan memekik dengan menahan sakit di sekujur tubuh.
 
Tubuh Wang Yibo yang masih ada di atas punggung, segera Xiao Zhan lempar dengan asal ke samping agar tidak menambah beban berat. Wang Yibo berjingkat kaget, tidak menyangka akan dilempar oleh kesayangannya. Maka dengan bibir mencebik seperti perahu terbalik, Wang Yibo mulai bernyanyi sambil mengelus bokong. "Sungguh teganya, teganya, teganya dirimu." Wang Yibo masih sempat-sempatnya beryanyi dan merayu.
 
Xiao Zhan mendesis, antara geram sekaligus gemas menjadi satu kepada kekasih satu-satunya itu. Tubuhnya sudah lemas tak bertenaga, apalagi Wang Yibo yang sudah menggelepar bagai ayam yang baru disembelih, tetapi untungnya tidak kejang-kejang, hanya memang napasnya sudah bengek dari tadi.
 
Merentangkan kedua tangan sembari menarik napas dari dadanya yang naik turun dengan cepat, Xiao Zhan kini sudah tidak peduli lagi tentang setan-setan itu. Xiao Zhan sudah pasrah, entah dia dan Wang Yibo akan dijadikan gulai atau bahkan perkedel sekali pun untuk santap malam para penghuni Makam Jeruk Purut. Sungguh, dia benar-benar sudah tidak peduli lagi.
 
Nyanyian setan wanita terus menggema dan terasa semakin dekat, membuat bulu kuduk kian berdiri. Namun, anehnya Xiao Zhan dan Wang Yibo tidak lagi merasa takut, mungkin karena mereka tahu bahwa sebentar lagi mereka akan menjadi penghuni Makam Jeruk Purut juga. Jadi, mereka tidak mau ambil pusing dan memilih untuk menikmati detik demi detik waktu yang tersisa sebagai manusia.
 
Wang Yibo menggelindingkan tubuhnya ke arah Xiao Zhan, pemuda itu tidak ingin kehilangan saat-saat paling berharga dalam hidupnya. Tangan kekarnya menggenggam tangan putih dan halus milik Xiao Zhan. "Ge," panggil Wang Yibo di antara deru napas yang memburu.
 
Xiao Zhan menoleh, kedua manik mereka yang berbeda saling bertemu. Manik elang Wang Yibo menatap dengan lembut dan dalam, sangat terlihat dengan jelas jika dia begitu mencintai pemuda yang usianya lebih tua enam tahun darinya itu.
 
"Apa?" jawab Xiao Zhan. Bibirnya tidak lupa memberi senyum terbaik untuk kekasihnya yang luar biasa tampan sampai menembus Planet Jupiter.
 
Wang Yibo menggeleng, tetapi pandangannya tidak pernah lepas dari wajah manis Xiao Zhan. Tangannya bergerak pelan dan menunjuk pada langit penuh bintang, tetapi sayang bulan lebih memilih bersembunyi di balik awan hitam alih-alih menampakkan diri secara utuh.
 
Xiao Zhan semakin mengeratkan genggaman pada tangan Wang Yibo dan bertanya, "ada apa dengan langit?"
 
Lagi-lagi Wang Yibo menggeleng, tangan satunya kini menekan dadanya yang masih terasa sakit. "Kau seperti yang di atas sana, Ge. Kau indah dan menawan," ucap Wang Yibo memuji Xiao Zhan.
 
Hati Xiao Zhan menghangat, ditatapnya bintang-bintang di atas sana. Menghirup napas panjang, Xiao Zhan mengangkat tangan Wang Yibo lalu menciumnya dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, sudah mencintaiku dengan sangat baik."
 
Wang Yibo terpana, tanpa terasa lelehan air bening mulai membasahi pipinya yang mulus. Untuk sesaat keheningan hadir menyapa, belum ada yang membuang napas selama beberapa menit, keduanya memilih bungkam seraya menikmati embusan angin dan suasana malam di kuburan. 
 
Suara setan wanita yang cekikikan terdengar semakin dekat, begitupun dengan suara setan pria dari peti mati yang mengaku bernama pak Mukhlis. Namun, agaknya Wang Yibo dan Xiao Zhan memang telah memantapkan hati jika memang harus berakhir di sini malam ini.
 
Kali ini gantian Wang Yibo yang mencium tangan Xiao Zhan dengan kelembutan dan juga penuh kasih sayang, diletakkannya tangan putih itu di dadanya yang rata. "Romantis sekali kencan terakhir kita, Ge. Hahaha." Wang Yibo tertawa pasrah.
 
Pasangan penjarah Makam Jeruk Purut itu kini tertawa nanar dengan tubuh terlentang dengan tangan saling menggenggam di bawah langit malam. Suara burung hantu juga tidak berhenti dari tadi, ditambah dengan suara cekikikan wanita dan suara lompatan demi lompatan makhluk astral yang tidak mampu berjalan dengan benar.
 
Suasana benar-benar terasa mencekam. Seandainya ada salah satu di antara kalian yang penakut, maka jangan coba-coba datang ke kuburan di tengah malam seperti ini, tidak peduli meski itu hanya sekadar dengan alasan uji nyali, untuk membuat konten Youtube, atau bahkan mencari kesaktian dengan cara bertapa. Dalam keadaan genting seperti ini, masih sempat terlintas di benak Xiao Zhan untuk bertanya sesuatu hal yang bisa dikatakan sedikit konyol.
 
"Kau mau jadi setan atau hantu gentayangan, Yibo?" Xiao Zhan bertanya dengan menatap pemuda di sampingnya.
 
Sebelum menjawab, Wang Yibo berpikir sejenak, dahinya sedikit berkerut. Setelah menimbang tidak terlalu lama, akhirnya Wang Yibo menemukan satu jawaban, "emmm, aku jadi buto ijo saja, lah. Kalau, Gege?"
 
Xiao Zhan terkekeh, menampakkan deretan giginya yang putih bersih. "Jangan buto ijo, lah. Kau jadi setan kolor ijo saja dan aku yang jadi kolornya, hahahaa," ejek Xiao Zhan dengan mencubit dada Wang Yibo.
 
Tawa keras pun pecah dari mulut Wang Yibo. Dia benar-benar bahagia meski hanya dengan obrolan tidak penting seperti ini. Bagi Wang Yibo, apa pun selama itu bersama Xiao Zhan maka dia akan bahagia, akan sangat bahagia.
 
Ketika mereka asyik tertawa, suara tawa cekikikan benar-benar datang mendekat. Bahkan kali ini si setan wanita juga membawa temannya yang lain.
 
"Amboi, amboi, romantis sekali para maling ini," celoteh si setan wanita yang sudah berada di pusara tidak jauh dari tempat Xiao Zhan dan Wang Yibo merebahkan diri.
 
Rambut setan wanita itu teramat sangat panjang, bahkan sampai menjuntai ke tanah seperti setumpuk kain berwarna hitam. Wajahnya rata, sama sekali tidak ada hidung, mata dan bibir. Benar-benar membuat jantung siap meledak dan ginjal mencair.
 
Si setan pria juga tidak mau kalah. Kali ini, dia berdiri persis di depan Xiao Zhan dan Wang Yibo, mengejek kedua pasangan itu dengan menggelengkan kepala. "ganteng, doang. Pacaran di kuburan, cih. Nggilani koen le," seloroh si setan pria dengan muka jelek.
 
(Nggilani koen le: dalam bahasa jawa berarti, memalukan kamu, Nak (pria)
 
Wang Yibo dan Xiao Zhan hanya saling pandang. Anehnya, mereka sama sekali tidak merasa takut. Justru Xiao Zhan hendak membuka suara, tetapi dihalangi oleh Wang Yibo. "Biar aku saja."
 
Mengangguk seraya mengangkat jempol, Xiao Zhan patuh dan diam tidak bersuara. Ucapan Wang Yibo baginya adalah hal mutlak, itu karena dia sangat menghargai pasangannya lebih dari dirinya sendiri.
 
Masih dengan posisi terlentang, Wang Yibo menjawab pertanyaan si setan pria dengan berusaha santai. "Kami minta maaf, ya? Jika kami pernah mengganggu kalian," ucap Wang Yibo dengan memandang para setan satu per satu.
 
"Kami siap dihukum, karena kami tahu kami salah. Hukum kami, tapi jangan dipisahkan. Terserah meski kalian akan mencabik-cabik, merasuki kami sampai gila. Biarkan kami tetap bersama, oke?" Wang Yibo melanjutkan ucapannya dengan membuat penawaran.
 
Rupanya si setan wanita terpesona dengan sikap Wang Yibo yang sangat gentleman. Setan wanita itu berjingkrak-jingkrak bersama temannya yang mempunyai wajah, hanya saja hancur, tidak berbentuk, mungkin korban tertabrak truk jonder.
 
Si setan pria mendengkus kesal, tangannya tetap lurus ke depan. Setan pria itu sekarang geleng-geleng kepala, tujuannya untuk menakut-nakuti pasangan penjarah makam itu hanya bertahan di awal. Lihat saja mereka sekarang, tidur telentang dengan bergandengan tangan, seakan bumi dan langit ini mereka yang menciptakan.
 
Wang Yibo mencoba bangkit untuk duduk, kemudian disusul Xiao Zhan. Susah payah mereka mengangkat tubuh dari tanah, membuat si setan pria melompat satu langkah ke belakang karena tidak tega.
 
Setelah bisa duduk dengan benar, Xiao Zhan dan Wang Yibo kembali menatap para makhluk astral yang mengelilingi mereka. Merendahkan tubuh, Xiao Zhan meminta maaf dengan membungkukkan badan, dan disusul Wang Yibo. "Kami siap jadi teman kalian. Kami siap pergi ke alam kalian. Mohon, terima maaf kami," ucap Xiao Zhan mewakili dirinya dan Wang Yibo.
 
Si setan pria sedikit terkejut, wajahnya yang jelek menjadi semakin jelek melihat manusia-manusia di depannya. "Memangnya siapa yang mau berteman dengan kalian! Tidak sudi." Permintaan Xiao Zhan dan Wang Yibo ditolak mentah-mentah kurang dari lima menit. Begitupun dengan setan wanita, keduanya masik asyik cekikikan dan menjawab, "aku tahu kalian tampan, tetapi alam setan tidak menerima maling seperti kalian."
 
Tentu saja Wang Yibo dan Xiao Zhan terperangah. Mendadak wajah pucat mereka menjadi sedikit lebih segar karena aliran darah mulai kembali mengalir secara lancar. Pikiran pun mulai kembali berjalan normal, rasa takut kini kembali hadir dan menjalar sampai ke tulang.
 
"Ma-maksud mbak kunti dan Pak Mukhlis apa?" Xiao Zhan memberanikan diri untuk bertanya di tengah ketakutannya yang hebat.
 
Sekumpulan setan-setan itu kini saling pandang, sejurus kemudian berlomba tertawa sampai si setan wanita jatuh tengkurap dari dahan pohon. Setan pak Mukhlis terkejut, Wang Yibo dan Xiao Zhan juga tidak kalah terkejut. Dengan tubuh bergetar, Xiao Zhan dan Wang Yibo kembali berangkulan. Tampaknya kesadaran mereka sekarang memang sudah benar-benar pulih, amat sangat pulih. Mereka bahkan sudah bersiap untuk kembali melarikan diri.
 
"Kami ini sebenarnya sahabat. Kami meninggal bersama sewaktu dalam perjalanan pulang dari liburan di puncak. Rem mobilku blong, dan kami semua masuk ke dalam jurang," jelas si setan wanita yang mukanya hancur.
 
Pak Mukhlis mengangguk, sementara Xiao Zhan dan Wang Yibo menelan ludah dengan kasar mendengarkan cerita kematian dari setan-setan di depannya. Dengan sisa keberanian yang dimiliki, Wang Yibo memberanikan diri untuk bertanya, "lalu, apa yang kalian inginkan dari kami?" Bibir Wang Yibo seperti tidak bisa digerakkan, sementara Xiao Zhan sudah hampir pingsan.
 
"Kembalikan barangku yang sudah kalian curi, juga barang-barang milik yang lain. Cincin itu diberikan oleh anakku, hanya itu yang kupunya untuk menemaniku di alam baka," pinta pak Mukhlis dengan muka sedih.
 
Belum sempat Wang Yibo dan Xiao Zhan menjawab, setan wanita buruk rupa kembali menambahkan. "Benar, kembalikan juga barangku. Kain sutra yang kalian ambil itu adalah harta terakhir dari peninggalan kakekku sewaktu menjadi perwira militer di dinasti Huan dulu."
 
Xiao Zhan dan Wang Yibo hanya mengangguk, tetapi mereka berjanji dalam hati untuk menuruti permintaan korban- korbannya. Kemudian si setan wanita satunya menempelkan kepalanya ke telinga si kunti buruk rupa, lalu melanjutkannya ke pak Mukhlis, menyampaikan pesan dari teman satunya. Setelah dirasa mengerti, barulah pak Mukhlis menyampaikan isi pesan itu.
 
"Kami ingin kalian bertobat, berhentilah dari aksi gila ini. Biarkan kami istirahat dengan tenang. Minta maaflah kepada semua yang telah kalian jarah makamnya. Kembalikan barangnya dan jalanilah hidup dengan baik. Sudah, hanya itu saja." Pak Mukhlis berkata seperti ingin menangis.
 
"Aku sudah memaafkan orang yang membunuh kami, itu karena dia sudah mendapatkan balasan yang setimpal," lanjut pak Mukhlis melanjutkan ucapannya.
 
Pasangan penjarah makam itu tertunduk sedih, tidak menyangka bahwa hobinya merugikan orang lain meski sudah meninggal. Mereka pun mengangguk dengan kompak dan menjawab, "kami akan berhenti dari hobi ini. Kami juga tidak akan membiarkan teman kami yang lain menjadi penjarah makam seperti kami. Pegang janji kami."
 
Setan-setan itu mengangguk puas, kemudian bersiap untuk pergi karena sudah menyampaikan keinginan mereka. "Terima kasih," ucap pak Mukhlis mewakili.
 
"Kami pergi dulu, ya ganteng," pamit si setan buruk rupa dengan terus melihat ke arah Wang Yibo sambil menangis sesenggukan.
 
Lagi-lagi Xiao Zhan dan Wang Yibo mengangguk, keduanya merasa benar-benar iba. Perlahan, sosok pak Mukhlis dan dua setan wanita menghilang dari pandangan. Wang Yibo dan Xiao Zhan perlahan berdiri, mereka saling membantu untuk berjalan sampai ke pagar pembatas.
 
•••
 
Keesokan harinya setelah peristiwa semalam.
 
Wang Yibo dan Xiao Zhan secara resmi membubarkan grub penjarahan makam, mereka pun kembali datang ke Makam Jeruk Purut di pagi hari dengan meletakkan banyak bunga di makam yang sudah mereka jarah, berikut dengan barang-barangnya.
 
"Mari mencari hobi gila lain," ajak Xiao Zhan ketika meletakkan bunga di makam pak Mukhlis.
 
Wang Yibo mengerutkan kening. "Jangan yang ekstrem, aku tidak mau, Ge. Aku sudah kapok."
 
Pemuda dengan tahi lalat di bibir itu tertawa, dipukulnya lengan Wang Yibo. "Tentu saja bukan. Aku juga kapok kalau yang ekstrem."
 
Wang Yibo kembali bertanya, "lalu apa?"
 
Pandangan Xiao Zhan mendadak menjadi tajam, kemudian berkata dengan serius, "mencuri mangga,"
 
Senyum licik Wang Yibo terpatri, lekuk bibirya tertarik satu ke atas, menampilkan smirk andalan. "Good idea, Ge. Malam ini giliran rumak pak Ali dulu, mangga gadungnya sudah besar-besar kulihat. Mantap kalau dibuat rujakan," Wang Yibo mengucapkan dengan sok misterius, padahal yang akan dicuri adalah mangga.
 
Xiao Zhan mengangguk bangga, tampak sangat puas dengan hasil pemikirannya yang hebat dan sangat bravo. Maka dengan gaya model papan atas, keduanya kompak mengambil kacamata hitam dari saku jas lalu memakainya dan berjalan seperti bintang di red carpet yang siap mendapat award.
 
Mereka pun pergi dari Makam Jeruk Purut dengan dikawal selusin bodyguard dan diantar pulang dengan naik helikopter. Inilah akhir dari kisah penjarah Makam Jeruk Purut yang akan berganti hobi menjadi maling mangga.
 
 
 
 
Total word: 4.474
 
Noted : terima kasih untuk kak YoonaYesung yang sudah memberi kesempatan bagi saya untuk bisa mengikuti event keren ini dan berpartisipasi dalam merayakan ulang tahun gege kita tersayang---Xiao Zhan.
 
Semoga berkenan. ❤️
 
 
Salam pedas dari Chili🌶️
 
 
31-08-2021

GIVEAWAY FF YIZHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang