"Oyy!! Sa! Jalan yok! gue—" teriakan cempreng gadis berambut panjang sepinggang di berwarna biru ungu itu terhenti ketika orang yang di panggilnya keluar.
"Lo berisik banget sih Al!" Sentak Sarah yang baru saja keluar setelah mendengar teriakan sahabatnya
Aliya tak menjawab, ia menatap intens Sarah dari ujung kaki hingga ujung kepala, melihatnya menggunakan gamis dan hijab. Sarah yang di tatap menjadi gelagapan sendiri.
Aliya memicingkan matanya "Ngapain Lo? Cosplay jadi ukhti?" Tanyanya ketus
"Apa sih? Gue lagi siap-siap buat ketemu calon suami gue"
"Calon suami?" Tanya Aliya di angguki Sarah sebagai jawaban
"Pfffttt... Ahahaha... Calon suami yang Lo maksud modelan kek mana emang? sampe Lo mau cosplay jadi ukhti gini? Haha..."
Sarah tak menjawab, ia membiarkan sahabat laknatnya tertawa sampai terngesot di lantai keramik teras rumahnya. Entah apa yang lucu hingga ia tertawa seperti itu.
"Aduh, perut gue sakit gara-gara puas ketawa. Hah... Hah..." Adu Aliya sambil memegangi perutnya yang sakit karena tertawa, berusaha menetralkan nafasnya.
Beberapa saat kemudian Aliya berhenti tertawa lalu menatap Sarah curiga.
Sarah sudah siap siaga mendengar ucapan yang akan terlontar dari mulut bau azab sahabatnya ini
"Jangan bilang..."
"Apa!?"
"Jangan bilang calon suami yang lu maksud itu... Anaknya pak RT, si Jojo"
Bugh...
Brakk...
Ctak...
Detik itu juga Sarah mendorong Aliya hingga jatuh dari teras tepat di atas sebuah pot yang terdapat bunga batik Papua menyebabkan potnya pecah dan bunganya patah.
"Huaaaa Saraha!!... Awshh... Aduuhh..."
"Apa Lo?! Mau marah? Mau balas? Sini kita adu jotos, mulut Lo pengen gue gampar sumpah! Ya kali gue mau sama siluman tikus. mending Lo aja sana, Lo kan mata duitan nah si Jojo kan tajir jadi cocok dah" Cerocos Sarah tak menghiraukan Aliya yang masih terduduk di atas pot bunga
"Dih, ogah! Biarpun gue mata duitan tapi gue masih milih-milih cowok tajir yang modelan mana yang mau gue embat. Gak asal gas aja" sahut Aliya tak terima di bilang cocok dengan Jojo oleh Sarah.
Jojo itu anak pak RT. Ia memiliki tampang yang terbilang cukup sempurna. Hidung mancung, bulu mata lentik, rambut tebal, dagu belah, mata yang indah, dengan tinggi badan 178 cm. Ia banyak di incar oleh cewek-cewek karena ketampanan dan ketajirannya.
Namun ia sama sekali tidak melirik mereka satupun karena sibuk mengurus tikus-tikusnya, ia memang menyukai dan memelihara tikus. Bahkan halaman belakang rumahnya ia jadikan tempat kandang tikus. Setiap hari ia menghabiskan waktu dengan peliharaannya itu yang berjumlah puluhan hingga tak memiliki waktu untuk berkencan. Tikusnya ada dua jenis, tikus putih dan tikus hitam. Entah ia mendapatnya dari mana.
"Bantuin gue berdiri woy! Pinggang gue sakit nih gara-gara ketusuk batang bu—nga"
Sarah dan Aliya membulatkan mata mendengar kata terakhir Aliya. Tanpa menunggu Sarah membantunya, Aliya berdiri sendiri dengan cepat tak memperdulikan pinggangnya yang sakit.
Dengan segera Aliya diikuti Sarah mengendap keluar dari halaman rumah Sarah. Takut terkena panci terbang.
"Sarah, Bunyi apa tadi? Ada si—APA?! SARAH!! ALIYA!!" Teriakan menggelegar itu terdengar ketika Aliya dan Sarah terlihat masuk di rumah Aliya yang berada di seberang rumah Sarah.
Tetangga Aliya dan Sarah hanya menggeleng melihat tingkah dua gadis remaja itu. Mereka sudah terbiasa dengan tingkah absurd keduanya yang tiada hari tanpa berbuat kekonyolan.
•∆•∆•∆•
Saat ini Sarah dan Aliya berada di sebuah TPQ. Tadinya Aliya menolak untuk ke tempat itu, namun Sarah memaksanya dan membuatnya menggunakan gamis dan hijab pashmina yang sedari tadi membuatnya seperti cacing kepanasan karena tak betah dengan pakaian seperti itu.
"Al, Lo bisa diem gak sih?!" Geram Sarah sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Aliya.
"Panas banget Sa, Lo ngapain sih ngajak gue kesini? Mending kita jalan-jalan ke pantai, nikmatin hembusan angin sambil minum air kelapa muda, sambil cuci mata liatin roti sobek cogan-cogan yang habis berenang—"
Bugh...
Satu pukulan mendarat di lengan Aliya menghentikan ucapan gadis itu.
"Lo apa-apaan sih, Sa?" Tanyanya tak terima
"Kita kesini juga mau cuci mata bego, liatin cogan yang versi halal"
Aliya mengeryitkan dahi mendengar perkataan Sarah. Sedetik kemudian ia berdecak.
"Ck, mana ada cogan disini—"
"Assalamu'alaikum" ucap dua orang pria secara bersamaan yang baru saja masuk ke TPQ.
"Wa'alaikumsalam, Ustadz" sahut para penghuni TPQ serempak
"Omo! Omo! Ganteng banget ya Allah, jadi pengen di halalin anjirr. Fiks yang baju biru punya gue, No debat! No kecot!"
Sarah berusaha menyembunyikan wajahnya mendengar ucapan sahabatnya ini. Pasalnya Aliya berucap dengan cukup keras hingga seluruh tatapan mengarah kepada mereka. Tak terkecuali pria yang berbaju biru yang di maksud Aliya. Sedetik kemudian lelaki itu menundukkan pandangan.
Aliya menyengir saat menyadari seluruh tatapan orang-orang di sekitarnya mengarah padanya.
"Hehe... Maaf refleks. Tapi gapapa lagian cowok yang baju biru itu emang jodoh gue"
Huuuuu...
Seru para penghuni TPQ yang memang dominan gadis-gadis seperti Aliya dan Sarah. Mereka semua tak terima dengan ucapan gadis bergamis biru itu.
"Sudah-sudah, tidak usah memperpanjang masalah kecil" pria yang berbaju biru tadi berusaha mengusaikan perdebatan mereka.
Namun percuma, gadis-gadis itu malah mengatai Aliya.
"Si Aliya gak tau malu banget ya?"
"Iya, Gak punya sopan santun juga"
"Dasar cewek kegatelan"
"Mana mau ustadz sama cewek modelan Lo"
"Caper"
"Cantik sih, tapi kegatelan"
Kata-kata yang di lontarkan untuknya membuat Aliya geram. Ia meremas kuat gamisnya.
"Lah! Pada ngatain gue, kalian gak ngaca ya?!"
"Alah, jangan sok suci deh Lo, Aliya!"
Aliya tersenyum sinis lalu menatap lekat gadis itu.
"Lani.." panggil Aliya santai
"liat aja gue bakal laporin sama bapak Lo, kalo minggu lalu gue liat Lo di semak-semak belakang lapangan bareng pacar Lo" ancamnya membuat gadis itu bungkam
Aliya menunjuk gadis yang lain "Lo, gue bakal kasih tau mak Lo, kalo Lo jalan sama om-om 2 hari yang lalu, Hayoloh Andini..."
"Anita sebulan lalu gue liat Lo buang tespect yang bergaris dua, anak siapa hayo?..."
Mereka semua diam, tak bisa membalas ucapan Aliya.
Tidak hanya orang-orang yang di tunjuk Aliya yang diam. Namun gadis-gadis yang ada di situ ikut terdiam dengan beberapa dari mereka menunjukkan raut gelisah. Dua ustadz yang yang sedari tadi melihat hal itu memasang wajah cengo mendengar ucapan Aliya yang begitu santai mengatakan semua itu.
Baru saja Aliya ingin menunjuk yang lainnya, Sarah terlebih dulu menariknya keluar. Sarah tak ingin acara pengajian berubah menjadi ajang pembukaan aib para gadis yang di sebabkan oleh Aliya.
-
-
-
-Fiir
2 September'21
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemilik Hati Aliya
Short StoryKisah Aliya La'az Evren, gadis berusia 17 yang jatuh cinta dengan seorang ustadz muda bernama Abhizein Yazdie, pemuda tampan lulusan sebuah pesantren. Aliya gadis bar-bar ini rela masuk pesantren demi dekat dengan lelaki yang dicintainya. Namun, se...