||Chapter 4

59 19 2
                                    

"ANNYEONG MAMI! PAPA! ANAK PERAWAN KALIAN PULANG!" Teriak Aliya sembari berjalan ke arah dapur. Sudah pasti tujuannya adalah mencari maminya.

Pandangan Aliya menyusuri seluruh dapur, namun ia tidak melihat siapapun di sana. Ia  melangkahkan kakinya menuju kamar orang tuanya. Disana juga tidak ada orang. Akhirnya gadis berambut panjang warna biru ungu itu memutuskan pergi ke kamarnya.

Saat melewati ruang kerja Papanya, Aliya menghentikan langkahnya mendengar suara seseorang mengacak isi ruangan itu.

Ceklek

Aliya tersentak ketika pintu ruang itu terbuka dan menampilkan seorang pria.

"Papa! Astaga, bikin kaget aja"

"Kamu yang bikin Papa kaget. Ngapain berdiri di depan pintu?" Sungut Ahmad mengusap dadanya

"Ehee... Maaf Pah" ucap Aliya cengengesan "Lagian Papa nyari apaan sampe ruang kerja Papa kedengeran grusak grusuk?"

"Papa nyari kalung yang di dalam buku ini!" Ahmad menunjukkan buku diary biru yang warnanya sudah terlihat kusam.

"Lah, itukan diary yang Aliya temuin semalam"

"Terus kalungnya mana?" Tanya Ahmad menatap serius Aliya

"Nih, Aliya pake" Aliya mengeluarkan liontin yang tersembunyi di balik seragamnya.

"Huftt... Kenapa gak bilang kalo kamu yang ambil?" Tanya Ahmad sambil berjalan menuju ruang tengah

Aliya mengekor dari belakang "Emang kalung ini punya siapa Pah?" Tanya Aliya balik yang mengekori Papanya

"Punya kamulah" Jawab Ahmad

"Punya Aliya? Tapi kok Aliya gak pernah liat" Ujar Aliya

Ahmad tak menghiraukan pertanyaan putrinya itu dan justru masuk ke kamar meninggalkan Aliya dengan pertanyaannya.

"Ish Papa, ah bodoh lah. Dari pada mikirin kalung ini dari siapa mending mikirin ustadz Zein" monolog Aliya sambil tersenyum sendiri

Gadis berambut biru ungu itu berlari ke kamarnya dan segera mengganti seragamnya dengan sweater over size berwarna putih dan hotpants.

Aliya berlenggak lenggok di depan cermin melihat penampilannya "Ma Syaa Allah, Cantik banget aku" ucapnya pada pantulan dirinya di cermin

Setelah dirasanya penampilannya sudah maksimal, Aliya segera berlari turun sambil bersenandung ria dan tak berhenti mengulum senyum di wajah cantiknya.

"Papa, Aliya keluar bentar ya!" teriak Aliya saat melewati kamar orang tuanya

Tanpa menunggu jawaban Papanya, Aliya berlari keluar menuju rumah Sarah dan langsung saja menerobos tanpa mengucap salam.

"Rawwrrrr!!!"

"ASTAGFIRULLAH!!" Pekik Shana dan Sarah bersamaan, serta seorang lagi yang menepuk jidat melihat tingkah Aliya. 

"Hai Bunda, Sarah dan... Mami. Loh, mami disini? Pantesan Aliya cariin di rumah gak ada" ucap Aliya lalu mengambil kue yang ada di meja

Kedua wanita yang melihat itu hanya menggeleng kepala. "Mami lagi bantuin Tante Shana buat kue, tuh kuenya udah jadi" tunjuk Asha ke kue yang ada di atas meja

Aliya hanya bermanggut-manggut memakan kuenya, "Sa, keluar yok"

"Mau kemana? Pulang sekolah udah mau keluyuran" bukan Sarah yang menyahut, tapi Asha. Wanita itu menatap putrinya yang terlihat santai

"Ke rwumwah pwak imwam Mi" ucap Aliya dengan mulut penuh kue

Asha hanya menghembuskan napas

"Ngapain ke rumah pak imam, Al?" Tanya Sarah

Pemilik Hati AliyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang