"Aliya gak suka kamu.."
"Kamu jahat, Aliya gak suka"
"Kamu bukan dia, kamu jahat!! Hiks..."
"Aliya! Bangun Al! Plis jangan kayak gini..." Ucap Sarah berusaha membangunkan Aliya yang sepertinya mendapat mimpi buruk lagi
Kedua gadis ini sudah dua hari menetap di pondok dan di dua hari itu Aliya selalu mendapat mimpi dan ingatan buruk. Ia jarang berbicara dan hanya akan berbicara ketika di tanya.
Waktu menunjuk pukul 03:02 para santriah sudah pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat tahajud. Sedangkan Sarah masih berusaha membangunkan Aliya. Gadis itu sangat sulit di bangunkan seperti ada sesuatu yang menahannya di alam bawah sadarnya.
"Al, kenapa Lo jadi lemah kayak gini, Lo bukan Aliya yang gue kenal. Aliya yang gue kenal itu kuat, cerewet. Sebenernya Lo kenapa sih?" Ucapnya dengan suara bergetar berusaha menahan tangis, ia berbicara dengan Aliya yang masih belum sadar. Gadis itu tak lagi mengingau, namun wajahnya terlihat pucat.
"Assalamu'alaikum" Ucap seorang wanita paruh baya dengan seorang gadis di sampingnya.
"Wa'alaikumsalam Umi" sahut Sarah lalu menyalimi Umi Fatimah.
Umi Fatimah mendekati ranjang Aliya, lalu mengusap surai gadis itu yang tertutup hijab instan. "Gimana keadaan nak Aliya?" Tanyanya pada Sarah
"Aliya masih suka mimpi Umi" jawab Sarah
"Udah jangan khawatir, kamu belum shalat kan?" Tanya Umi Fatimah
"Iya Umi"
"Ya udah, shalat dulu sana. Biar Umi yang jaga Aliya, kebetulan Umi belum bisa shalat"
"Iya Umi, makasih"
Sarah mengundurkan diri untuk melaksanakan shalat meninggalkan Aliya bersama Umi Fatimah dan Hanum—ketua keamanan asrama putri
Baru beberapa saat Umi Fatimah bersama Aliya, tubuh gadis itu mendadak dingin namun ia tak menggigil dan justru berkeringat. Wajahnya sangat pucat membuat Umi dan Hanum khawatir.
"Umi, ini gimana?" Tanya Hanum panik
"Setelah shalat subuh tolong telpon orangtua Aliya" ucap Umi Fatimah.
•∆•∆•∆•
Saat ini di Ndalem kedua orangtua Aliya sedang berbicara dengan Kyai Azhar dan Umi Fatimah.
"Mohon maaf Kyai, sebenarnya ada apa? Kenapa tiba-tiba memanggil kami?" Tanya Ahmad membuka suara
"Begini Ahmad, kami memanggil kalian kesini karena mau membicarakan tentang keadaan nak Aliya" ucap Kyai Azhar
"Aliya kenapa pak Kyai?" Tanya Asha khawatir
"Keadaan nak Aliya kurang baik, dua hari ini dia sering bermimpi buruk hingga mengingau berteriak ketakutan" jelas Umi Fatimah.
Ahmad dan Asha saling memandang seperti mengerti apa yang terjadi dengan putri mereka.
"Eeh, Umi apa saya boleh ketemu Aliya?" Ucap Asha meminta izin
"Iya silahkan, sepertinya Aliya ada di aula asrama putri"
Setelah mengundurkan diri, Asha pergi menemui Aliya. Dan benar saja, disana ada Aliya yang sedang duduk sendirian.
"Aliyaa"
Aliya membalikkan tubuhnya mencari sumber suara yang memanggil namanya
"Mami! Huaa..."
Gadis bergamis biru itu berhambur ke pelukan ibunya.
"Mami, Aliya kangen" rengeknya manja
"Baru juga dua hari"
"Iiih Mami..."
"Gimana kabar kamu sayang?" Tanya Asha
"Seperti yang mami liat, Aliya baik-baik aja"
Asha tersenyum, tangannya mengusap surai sang putri yang tertutup hijab. "Jangan bohong sama mami, mami tau kamu lagi sakit"
Aliya meringis mendengar ucapan Maminya, ia memang tak pandai berbohong kepada orang tuanya.
"Mami, Aliya sering mimpi aneh Mih. Aliya juga sering dapat ingatan-ingatan aneh. Aliya takut Mih"
"Udah sayang gak papa, itu cuma sementara kok nanti juga kamu bakal ingat dan tau semuanya" Ucap Asha sambil mengusap punggung Aliya
"Maksud Mami?" Tanya Aliya
"Gak papa, sekarang Mami tanya apa yang sering kamu mimpiin?"
Aliya memejamkan matanya mencoba mengingat-ingat. "Aliya di bully, Aliya di pukul, Aliya hampir di lecehin, Aliya gak suka dia!"
Asha mengeratkan dekapannya, "Siapa sayang? Siapa yang ngelakuin semua itu? Bilang sama Mami" sejujurnya Asha penasaran dengan mimpi dan ingatan yang didapat putrinya.
"Aliya gak tau Mami, mukanya gak jelas" ucap Aliya jujur
Aliya itu gadis yang pemalu dan pendiam sebelum sebuah kecelakaan menimpanya di dua tahun lalu.
•∆•∆•∆•
"Aliya? Cewek itu Lo bukan sih? Tapi, kenapa sifat kalian berbanding terbalik?" Ucap seorang lelaki menatap foto di genggamannya.
Lelaki itu mendesah kasar, "Nama kalian sama, wajah dan ciri-ciri kalian sama, yang berbeda hanya sifat kalian" tangannya mengusap foto itu. Foto Aliya menggunakan gaun putih di sebuah pesta ulang tahun.
Ceklek
Lelaki itu terkejut saat pintu kamarnya terbuka, dengan cepat ia menyembunyikan foto itu.
"Zein!" Ucap lelaki itu melihat siapa yang masuk yang tak lain adalah Zein.
"Assalamu'alaikum brother" sapa Zein lalu berjalan mendekati lelaki itu, yang tak lain saudara kembarnya yang sedang duduk di balkon kamar. "Kenapa kaget gitu? Kayak gak pernah liat gue aja"
"Wa'alaikumsalam, Lo kapan datang?" Tanya Abhi
"Baru aja" jawab Zein tak lagi di tanggapi Abhi
Abhizain Yuzkie, ia lebih muda beberapa menit dari Zein. Abhi dan Zein bisa di bedakan dari tinggi badan dan warna bola mata mereka. Abhi memiliki tinggi 184 cm dan bola matanya berwarna Biru diwariskan oleh ayahnya yang berdarah Belanda.
Sedangkan Zein hanya memiliki tinggi 179 cm dan bola matanya berwarna Hitam pekat, namun terkadang akan terlihat berwarna biru ketika terkena sinar.
"Kenapa gak ke pondok?" Tanya Zein
"Istirahat"
Zein hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf O.
"Zein, Lo tau tentang santriah baru itu kan?" Tanya Abhi membuat Zein sedikit terkejut
"Santriah baru yang mana?"
Abhi berdecak "Gak udah pura-pura deh, yang namanya Aliya itu!?"
"Iya, gue tau" jawab Zein
Abhi menatap Zein tak percaya "Maksud Lo? Apa mereka orang yang sama?"
"Gue gak yakin. Nama dan wajah mereka emang mirip, bukan mirip lagi tapi sama. Sifat mereka aja yang beda" tutur Zein
Abhi bermanggut membenarkan ucapan Zein.
"Setelah kejadian waktu itu gue gak tau kabarnya lagi. Gue udah tanya ke teman sekolah, teman dekat, dan tetangganya. Gue cuma dapat informasi kalo dia udah gak ada. Dan tentang cewek yang wajahnya mirip sama dia itu, gue gak sengaja liat dia beberapa bulan yang lalu" jelas Zein dengan tak bersemangat.
Keduanya kembali diam mengingat kejadian beberapa tahun lalu.
-
-
-
-Fiir
24 September'21
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemilik Hati Aliya
Historia CortaKisah Aliya La'az Evren, gadis berusia 17 yang jatuh cinta dengan seorang ustadz muda bernama Abhizein Yazdie, pemuda tampan lulusan sebuah pesantren. Aliya gadis bar-bar ini rela masuk pesantren demi dekat dengan lelaki yang dicintainya. Namun, se...