Setelah kejadian di TPQ, Aliya dan Sarah tidak lagi kembali masuk. Mereka memilih duduk di bawah pohon yang ada di halaman TPQ itu.
"Harusnya tadi gue gak usah ajak Lo kalo tau bakal gini, gak bisa liat calon suami deh" Ucap Sarah memelas
"Ya maaf Sa, emang yang Lo maksud calon suami tuh yang mana sih?" Tanya Aliya
"Ustadz yang baju biru tadi"
"Loh! Gak bisa Sa, yang itu punya gue titik gak pake koma" Protes Aliya
Sarah menatap Aliya dengan tatapan permusuhan lalu beberapa detik kemudian membuang nafas kasar dan berkata "Terserah Lo dah, gue bingung sebenarnya gue suka sama yang mana!?" Ucap Sarah membuat Aliya bingung.
"Maksud Lo gimana? Suka sama yang mana? Gimana sih, otak gue ngelag anjirr" keluh Aliya tak paham dengan ucapan sahabatnya itu
"Ustadz yang baju biru tadi punya kembaran soalnya"
"Hah?! Impresif... Berarti bagus dong satu punya Lo, satu punya gue gimana?"
Sarah bermanggut-manggut lalu menatap Aliya serius
"Tapi, gak mungkin kita bisa dapetin mereka. Secara kan..."
Aliya menatap Sarah menunggu gadis itu melanjutkan kata-katanya.
"Secara kan, mereka cowok alim, pinter ngaji, ilmu agamanya baik. Mana cocok sama kita yang modelan kek preman pasar, gue sih cukup sadar diri aja lah" sambung Sarah pasrah
"Iya juga sih, tapi gue coba berjuang dulu. Kalo salah satu dari mereka emang jodoh gue ya Alhamdulillah, tapi kalo bukan jodoh gue semua ya bersabarlah. Ya kan?" Sahut Aliya
Sarah tak menyahut, tatapannya terkunci pada dua ustadz tadi yang baru saja keluar. Dengan cepat ia menarik tangan Aliya tak menghiraukan protes gadis itu.
"Assalamu'alaikum Ustadz"
"Wa'alaikumsalam, ada apa?" Tanya sang ustadz tanpa menatap kedua gadis di depannya
Aliya terdiam, ia menatap lekat wajah tampan ustadz itu. Tanpa sadar tangan kanannya terulur.
"Ustadz ganteng, boleh kenalan gak?"Plak
Sarah menggeplak tangan Aliya yang terulur membuat gadis itu meringis.
"Apa sih, Sa? Orang mau kenalan juga" ujar Aliya
"Jangan malu-maluin deh! maaf ustadz, temen saya otaknya emang rada miring. Jadi mohon maklumi"
Aliya menatap tajam Sarah mendengar ucapan gadis itu. Namun yang di tatap hanya cengengesan.
"Hm, jika tidak ada yang penting kami harus pergi sekarang" ucap sang ustadz
"Loh, bang kenalan dulu dong sama mereka. Kasian udah rela-rela nungguin Abang cuma buat kenalan" ujar lelaki yang bersama ustadz itu di angguki Aliya dan Sarah
"Bener, kata siapa?"
"Zabir"
"Setidaknya Ustadz siapa?".
"Zein"
"Nah, setidaknya Ustadz Zein kasih tau nama dulu sama kita" ujar Aliya.
Sarah menatap sahabatnya cengo. Apa gadis itu tidak sadar dengan ucapannya.
"Abhizein Yazdie" Ucap ustadz Zein dengan wajah datar
Aliya tersenyum "Em, Aliya La'az Evren binti Ahmad Sulaiman" ucapnya dengan semangat. "Sengaja kasih tau lengkap supaya ustadz bisa ngafalin dulu sebelum ijab qobul nanti, hehe..." Sambungnya cengengesan.
Ustadz Zein dan Zabir menggeleng melihat tingkah gadis di depannya. Sedangkan Sarah ingin sekali menghilang dari sini sekarang juga tak sanggup menahan malu karena kepedean sahabatnya.
"Sekolah dulu yang bener, masih SMA kan?" Tanya Ustadz Zein di jawab dengan anggukan Aliya
"Ekhem, sifat pecicilan kamu itu hilangin. Tapi kalo sama saya gak papa" ucapan Ustadz Zein sukses membuat Aliya, Sarah, dan Zabir menatapnya tak percaya.
"Ah..., ustadz bisa gombal juga ternyata. Aliya jadi salting 'kan Emm..." Aliya berucap manja di buat-buat membuat Sarah ingin muntah dan Zabir berusaha menahan tawa. Sedangkan Ustadz Zein malah tersenyum tipis, tipis sekali hingga tidak ada yang menyadarinya.
"Kamu gak berubah" gumam Ustadz Zein pelan hingga tak di dengar siapapun.
"Belajar pake hijab yang bener juga, pake ciput biar rambutnya gak ngintip keluar"
Refleks Aliya menyentuh pinggiran wajahnya, benar saja banyak anak rambut yang melambai keluar disana. Dengan cepat ia menyembunyikan mereka.
"Ekhem, bang kayaknya kita harus pergi sekarang. 5 menit lagi udah harus berangkat" beritahu Zabir
"Hm. Kami pergi sekarang, Assalamu'alaikum" pamit Ustadz Zein dan Zabir
"Wa'alaikumsalam calon suami"
Bugh
"Aduh... Sarah, Lo—"
"APA?! HA?! Lo tuh ya suka banget malu-maluin gue. Bisa gak sih kalem dikit, jangan terlalu kepedean, mulut Lo kendaliin jangan asal ceplos aja, bikin malu tau!" Geram Sarah
"Lah gue yang ngelakuin ngapa Lo yang malu?" Tanya Aliya polos
Sarah menggeram tertahan, tangannya ingin meremas wajah polos sahabat itu. "Ya kan gue sering bareng Lo. Kemana-mana kita selalu bareng, susah senang bareng, jadi otomatis kalo Lo bikin ulah gue juga kecantol! Ngerti gak sih?" Sarah mendesah kasar setelah berbicara
"Nggak"
"Astaga!! Aliya.. Lo!! Uuh... gemesin banget sih, pengen buang kelaut sumpah!" Sarah kembali membuang napas kasar lalu berkata "Terserah Lo deh, gue mau pulang bye!"
"Eeh, tungguin gue dong"
-
-
-
-Fiir
2 September'21
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemilik Hati Aliya
Короткий рассказKisah Aliya La'az Evren, gadis berusia 17 yang jatuh cinta dengan seorang ustadz muda bernama Abhizein Yazdie, pemuda tampan lulusan sebuah pesantren. Aliya gadis bar-bar ini rela masuk pesantren demi dekat dengan lelaki yang dicintainya. Namun, se...