||chapter 3

66 17 1
                                    

Di malam hari dengan hujan rintik, Aliya duduk santai di depan rumah dengan earphone bertengger di telinganya. Diseberang, Sarah menggeleng tak habis pikir dengan sahabatnya itu.

Aliya dan Sarah bersahabat sejak dua tahun lalu saat Aliya dan keluarganya pindah ke Bandung daerah yang menjadi tempat tinggal mereka sekarang. Saat itu Aliya masih kelas 10 SMA. Sejak bertemu, Aliya dan Sarah tak langsung akrab, mereka saling anti. Masalah kecil saja mereka perdebatkan hingga terdengar di ujung kompleks.

Salah satunya ketika Aliya dan Sarah tak sengaja keluar rumah secara bersamaan dan menggunakan seragam putih abu-abu yang sama. Aliya marah dan menganggap Sarah mengikutinya. Begitupun sebaliknya, Sarah menganggap Aliya yang mengikutinya.

"Woy mbak tetangga! Ngapai Lo ngikutin gue?!" Teriak Aliya

"Eh, tetangga baru! Siapa juga yang ngikutin Lo? Yang ada Lo yang ngikutin gue" sahut Sarah tak terima

Tak ada yang mau mengalah di antara mereka hingga terjadilah aksi Jambak-menjambak yang di tonton oleh tetangga mereka.

Bunda Sarah dan Mami Aliya yang baru keluar mendapati pertarungan anak-anak gadisnya, merasa geram.

"STOP!!!" Teriak dua singa betina menghentikan aksi Sarah dan Aliya

"Aliya!! Mami pegang apa ini?" Tanya Mami Aliya dengan wajah yang memerah menahan amarah

"Itu sapu, Mih. Masa mami gak tau" jawab Aliya santai membuat maminya semakin tersulut emosi

"ALIYA!! Sini kamu!"

"Eeeh, AMPUN MIH!!..." Aliya berlari menghindari amukan maminya yang akan menghantam ya dengan sapu

Sarah yang sedari tadi melihat perdebatan Aliya dan Maminya. Kini beralih menatap bundanya yang sudah menatapnya intens.

Sarah menyengir "Bun, ngapain Bunda bawa-bawa panci?" Tanyanya hati-hati

"Menurut kamu, ngapain?" Tanya Bundanya balik

"Ehee... AMPUN! BUNDA!!!..." Dengan secepat kilat Sarah menghindari Bundanya

"SARAH!! Mau kemana kamu?! Sini!!"

Dan terjadilah lomba lari dadakan antara mereka berempat dengan rute keliling kompleks mereka yang cukup luas.

Hal itu juga yang membuat mereka terkenal hingga ke ujung kompleks.

Setelah kejadian pagi itu, kedua gadis remaja ini di paksa berbaikan di kantor lurah. Walaupun masih dengan perasaan kesal mereka tetap saling meminta maaf. Dan keesokan harinya Aliya dan Sarah mulai saling mengobrol santai walau dengan sesekali saling adu jotos dengan berlindung dibalik kata bercanda.

Ya seperti itulah, awal pertemuan Sarah dan Aliya.  Kembali ke kisah mereka yang sekarang....

"Aliya sayang, kenapa duduk diluar?" Tanya Asha, Mami Aliya yang baru saja keluar

"Eh Mami, kenapa nih?" Aliya melepas earphone-nya

"Kenapa duduk diluar?"

"Gak papa Mih, Aliya cuma mau nungguin Papa"

"Di dalam aja sayang, di sini dingin nanti kamu sakit"

"Aliya gak papa Mih. Aliya kasian sama Papa pasti kebasahan gara-gara hujan" ucapnya sedih

"Papa kamu pake mobil"

Aliya menyengir mendengar kata maminya. Kenapa ia tidak berpikir ke situ.

Pemilik Hati AliyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang