ᴺᴼᵂ ᴾᴸᴬᵞᴵᴺᴳ :╔══ஓ๑♡๑ஓ══╗
𝙃𝙖𝙞𝙩𝙖𝙣𝙞 𝙍𝙖𝙣
╚══ஓ๑♡๑ஓ══╝
Diantara stalker, mantan pacar, seorang kriminal psikopat, dan hubungan palsu...
Mana yang lebih menakutkan?
Semua itu dialami sang gadis jel...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳
° ° °
Pada awalnya ini sangat menggangu, cara pemuda bersurai burgundy mengikuti [name] seolah-olah dia adalah bayangan sang anindya. Keduanya bahkan tidak berkencan, pemuda itu mengajaknya kencan namun sang gadis menolaknya, tapi sepertinya Ran tidak keberatan dan masih menghabiskan waktu mengikuti anindya seolah-olah pengakuan itu tidak pernah terjadi.
Diikuti pemuda yang bahkan mengaku bahwa dirinya seorang kriminal dan penguasa Roppongi sudah jelas membuat sang dara lebih cemas, ancaman besar yang akan siap mendatanginya kapan saja, Haitani Ran lebih dari sekedar stalker.
"[Name], kita sudah berteman, apa sebaiknya sepulang jadwal kampus haruskah kita bersenang-senang?" Gadis dengan surai blonde yang dinyatakan teman baru [name] saat di hari pertamanya masuk kuliah.
"Tentu, lagi pula aku bosan kalau diam terus di apartemen."
"Mau pulang bareng? Kebetulan aku dan Inupi mau mengajakmu ke perpustakaan kota kalau kamu mau."
Hampir mengeluarkan sepatah kata, namun suara mobil bugatti justru membuat anindya menahan jawabannya. Sosok pemuda dengan setelan jas rapih yang senada dengan warna rambutnya keluar dari mobil tersebut dan menghampiri sang dara.
"Kamu menunggu lama, sayang?" Lengannya melingkar pada pinggang sang gadis.
"Ran~" anindya berusaha melepaskan lengan pemuda tersebut.
"Maaf, kalau kau stalker nya [name], lebih baik [name] pulang bersama kami." Sela seorang pemuda bersurai blonde.
Rupanya kedua temannya pun tahu bahwa [name] masih saja diikuti penguntit. "Sungguh tidak sopan menuduhku seperti itu, aku pacarnya [name]....benar kan, sayang?" Ran mengedipkan matanya ke arah [name].
"Bro, banyak stalker yang mengaku-ngaku sebagai pacar teman kami yang cantik ini."
Akan semakin panjang urusannya bila sang gadis menjelaskan bahwa dia dan Ran memiliki semacam kontrak. "Iya Inupi, dia pacarku. Sebaiknya aku dan Ran pulang dulu."
Keduanya masuk mobil dan segera pergi berpamitan pada dua kakak beradik tersebut. "Ran? Sepertinya aku pernah dengar nama itu." Cakap pemuda bersurai blonde dengan luka bakar di sebelah wajahnya.
Disepanjang jalan, sang gadis hanya terdiam. "Ingat ya! Hubungan kita ini hanya berpura-pura, kalau aku sudah merasa aman maka anggap saja ini tidak pernah terjadi."
Ran tampaknya mengacuhkan pernyataan [name], tujuan keduanya memasang status berpacaran karena mencegah penguntit yang selalu meneror [name], namun Ran selalu ingin lebih.
"Gimana soal stalker mu? Apa masih sering menghubungimu?"
"Ya, tapi tidak sesering saat itu."
"Mereka takut padaku, aku gak akan membiarkan mereka menyentuhmu lagi."
Mobil itu kini terhenti di sebuah dermaga, menghampiri beberapa pria yang berkumpul disana. "Ran, kita mau apa kesini?" Tanya sang gadis mengikuti langkah pemuda tersebut dari belakang.
"Perkenalkan ini [name], dan [name] ini adalah bonten, dimana aku bekerja sekarang."
Nama bonten tentunya sudah tidak asing di telinga masyarakat Jepang, sebuah organisasi kriminal terbesar, semua orang akan merinding hanya mendengar namanya saja.
"Begitu ya..." Anindya sedikit gelagapan, ternyata pengakuan Ran saat itu bukan hanya karangan semata.
Setiap anggota terlihat memiliki sebuah tato indikasi organisasi mereka yang sangat mencolok. "Aniki, siapa dia?" Tanya seorang lelaki bersurai mullet.
"Pacarku." Jawab Ran, lantas sang gadis menepisnya. "Tidak, kami hanya teman."
Lelaki itu hanya memasang ekspresi datar sama halnya seperti Ran. "Dia adikku, namanya Rindou." Ujar Ran.
Anindya sedikit tersanjung, melihat bungsu Haitani yang sama tampan seperti kakaknya. "Kamu sudah lihat, kan? Tidak akan ada yang mengganggu mu jika kamu terus bersamaku seperti ini."
Desas-desus tentang Haitani bersaudara yang dulu pernah menguasai Roppongi bahkan hingga saat ini begitu ramai diperbincangkan hingga sang dara mengetahuinya. Takut? Tentu saja, bahkan mereka bisa menyakiti [name] jika ia memiliki masalah dengan duo Haitani.
Tiba di unit apartemen, anindya merebahkan dirinya pada kasur empuk, menatap langit-langit kamar yang gelap. Memikirkan betapa buruk sekali nasibnya karena sudah diberi beberapa penguntit yang akan terus menghantuinya dan seorang anggota kriminal yang selalu disisi nya.
Dan disisi lain, Ran juga memikirkan tentang sang gadis walaupun sebenernya itu tidak terlalu penting baginya. Mengenal bahwa anindya memiliki phobia terhadap pria, itu sangat menarik bagi Ran. Tentu dia akan tahu segala hal tentang sang dara, mengingat statusnya sebagai eksekutif bonten yang bisa memerintahkan para bawahannya untuk mencari informasi tentang [name].