anhänger

982 193 71
                                    

➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳

°
°
°

"Kau sangat berani mengikuti kami dari awal, kenapa sekarang malu-malu?" Ran menyeringai, menggulung lengan kemejanya.

"Ini pertama kalinya kau mendengar tentang ku atau apa? Aku harus memperkenalkan diri padamu dengan baik dan lantang kalau begitu."

Hampir 15 menit sang gadis menunggu, ia berpikir bahwa Ran sedang berselisih dengan adiknya tentang makanan atau hal yang menyangkut geng nya. Atensinya kini beralih ketika mendapati Ran yang baru saja masuk.

"Apakah aku membuatmu menunggu lama?" Ran duduk dihadapan [name].

Pikiran buruk [name] tentang Ran yaitu memikirkan dia pasti sedang berkelahi — anindya pernah melihatnya beberapa kali, namun sekarang dia ada dihadapannya, Ran masih sama seperti terakhir kali sang gadis lihat. "Rindou tadi mengomeli ku."

Dada anindya menjadi rileks sembari tersenyum kecil, "dia mau makanan seperti apa?"

"Aku bahkan tidak mendengarkan apa yang dia inginkan." Goda Ran, membuka menunya dan bersandar di kursi. [Name] bisa merasakan kaki Ran menjepit betisnya dari bawah meja. "Dia bisa memesannya sendiri."

Begitulah Ran menyukainya, meskipun Ran ingin semua orang tahu bahwa dia milik [name], dia tahu betapa pentingnya bagi orang lain mengetahui bahwa [name] juga miliknya. Bayangan wajah penguntit itu begitu jelas terpatri di otaknya — wajahnya berlumuran darah, dianiaya, bahkan tidak sanggup berbisik meminta maaf.

15 menit yang lalu...

"Kupikir hanya ada satu cara membiarkanmu keluar dari sini hidup-hidup." Ran menendang tubuh pria itu ke bawah dengan paksa. "Apakah kau tahu apa itu?"

Penguntit itu terkapar, nyaris tidak bisa berkedip. Dengan jakunnya yang sedikit bergerak, Ran anggap itu sebagai tanggapan.

Menjambak rambutnya keatas, Ran membungkuk, menatap lurus pada pria itu dengan tatapan sadis. "Kau akan meninggalkan kami sendirian dan tidak pernah menunjukkan wajah sialanmu lagi. Atau jika tidak, aku tidak ragu untuk membunuhmu."

Ran meraih sebuah ponsel milik pria tersebut, banyak sekali pesan yang dikirimnya dan foto-foto [name] di sana. Namun ada yang lebih menarik perhatian Ran saat memeriksa ponsel itu lebih jauh, sekitar 5 orang yang diperintahkan memata-matai sang gadis dan itu semua ulah mantan kekasih [name] saat dulu. Ran berpikir itu sangat menjijikkan bagaimana [name] bisa membuang-buang waktu dengan pria sialan seperti itu, yang bahkan menerornya terus-terusan.

"Setelah ini, aku akan mengirim beberapa anak buahku untuk pergi mencari dan menghajarnya setiap hari, sehingga kau menderita selama kau mencoba mengganggu [name]." Gerutunya sembari memandangi layar ponsel tersebut.

Pria bersurai burgundy itu adalah orang pertama yang mendekati dan berbicara pada anindya. Dia tetap berhasil mencintai [name] meski seberapa tegas anindya dengan pendapatnya bahwa dirinya tidak memiliki perasaan apapun pada Ran. [Name] selalu kesepian, ketakutan dan tidak memiliki banyak teman, tapi keberadaan Ran mengubahnya.

Walaupun [name] tidak mempercayai dirinya, Ran tetap mencintainya dengan sepenuh hati dan dia tahu bahwa [name] juga akan mencintainya perlahan — mungkin dimulai dari saat ini meski itu tidak terlihat. Dari kebanyakan perempuan, hanya [name] yang membuat Ran tertarik pada kepribadiannya, tidak seperti kebanyakan perempuan yang justru rela kehilangan harga dirinya demi pria. Menurut Ran, [Name] sangat istimewa lebih dari apapun.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

Semenjak bersama Ran, [name] selalu merasa aman. Akhir-akhir ini semakin berkurang spam yang masuk pada notifikasi ponselnya, hingga sekarang hanya nama Ran saja yang mengisi notifikasi nya.

Sayangnya, [name] kini sudah terbiasa dengannya. Teman-temannya mengatakan bahwa sang gadis mulai menaksir Ran, tetapi ia tidak tahu apakah dirinya mulai menyukainya.

Ada banyak sisi positif dari Ran, salah satunya adalah ia memberikan [name] hak istimewa yang itu berarti [name] selalu dijaganya. Plus, dia pria yang baik, tentu humornya berjalan diantara mengerikan dan sarkasme, membuat sang gadis bertanya-tanya kapan Ran serius. [Name] akan berbohong jika dia benci pekerjaan dan status Ran yang seorang kriminal, karena itu sebenarnya membuat [name] merasa aman.

Pengganggu lainnya merasa terkejut ketika mengetahui bahwa [name] berpacaran dengan Haitani Ran, pria yang selalu ditakuti di kalangan gangster.

"Jadi selama ini kamu sudah menjadi jalang nya Haitani? Kenapa? Menghindari kami, huh?" Ucapan dari beberapa pria yang terus mengganggu [name] terdengar hingga rungu pria bersurai burgundy.

Ran menghampirinya, "kau punya nyali besar, kau tahu? Aku merasa tidak enak padamu."

Kemunculan Ran yang tiba-tiba membuat [name] dan pengganggu itu terkejut, bahkan lengannya sudah menyiapkan tongkat baton yang selalu menjadi senjata andalannya.

Memukul kepala mereka sampai berdarah-darah, sang gadis bisa menyaksikan kebrutalan Ran saat ini, kemeja putihnya dihiasi dengan noda merah yang menyiprat.

"Kau tahu aku akan menemukanmu, sayang?" Dia bertanya, mungkin merasakan ketakutan sang gadis, tangannya mendekap dan mengelus punggung [name] untuk menenangkannya.

"Dan aku akan membuat mereka membayar semuanya, oke? Mhm, aku akan membuat mereka menyesal bahkan hanya melirik ke arahmu." Anindya mengangguk, namun tidak berusaha melepaskan pelukannya.

"Aku sudah menelepon Rindou untuk membereskan sisanya, sekarang aku akan mengantarmu pulang." Ia memberitahu anindya sebelum menarik tubuhnya sedikit, membelai pipi [name] dengan lembut.

☄︎𝑹𝒐𝒖𝒍𝒆𝒕𝒕𝒆 ⸙༄ || ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang