ᴺᴼᵂ ᴾᴸᴬᵞᴵᴺᴳ :╔══ஓ๑♡๑ஓ══╗
𝙃𝙖𝙞𝙩𝙖𝙣𝙞 𝙍𝙖𝙣
╚══ஓ๑♡๑ஓ══╝
Diantara stalker, mantan pacar, seorang kriminal psikopat, dan hubungan palsu...
Mana yang lebih menakutkan?
Semua itu dialami sang gadis jel...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳
° ° °
Menjalin hubungan dengan seseorang seperti Ran, salah satu dari dua Haitani kharismatik yang memerintah Roppongi, sama saja dengan keamanan terjamin kemana pun sang dara pergi, walaupun hubungan tersebut palsu.
Gelarnya sendiri adalah salah satu yang ditakuti ketika digumamkan. Setiap kali gadis itu pergi, Ran akan selalu mengawasinya, dia tahu betul bahwa jika ia ditakuti maka akan ada banyak tantangan - [name] akan terlibat dan menjadi sasaran empuk musuhnya.
Kedua insan sedang berjalan-jalan di sekitaran kota, meskipun tidak ada kegiatan lain, namun hal favorit Ran adalah memamerkan sang gadis. Walaupun [name] berpikir bahwa Ran sangat berlebihan, pemuda itu menyimpan obsesi berlebih pada anindya, itulah dirinya jika sedang dimabuk asmara.
Niat Ran sangat berlawanan, ia sebetulnya tidak ingin menjalani hubungan palsu ini, dia benar-benar menyukai sang gadis. Ran ingin semua orang tahu bahwa dia adalah milik [name] dan Ran lah yang harus dihadapi orang-orang jika gadisnya diganggu, ia juga ingin jika [name] akan mengakuinya sebagai kekasih sungguhan nya suatu saat.
"Kau baik-baik saja, [name]?" Manik amethyst miliknya memerhatikan sang dara secara konsisten.
Menyadari bahwa [name] sedari tadi seperti melirik sekitarnya, Ran sedikit membungkuk, menarik perhatian jelita saat wajah [name] menoleh kearahnya. Ran tersenyum ringan, "apa kamu melihat sesuatu yang kamu sukai?"
Anindya menelan ludah dengan susah payah, merasa ada seseorang yang mengikutinya, namun ia pikir itu hanya paranoid nya saja. "Aku baik-baik saja, Ran."
Pemuda itu tahu bahwa sang gadis berbohong melihat dari gelagatnya, ada sesuatu yang membuat [name] merasa tidak nyaman. Daerah ini adalah wilayahnya, semua orang tahu itu. Seolah-olah Roppongi, kota yang terkenal dengan keaktifannya, menjadi sedikit tenang jika salah satu dari saudara Haitani keluar. Tatapan semua orang akan rendah dan menjadi bisu ketika berpapasan dengan saudara Haitani.
Pada saat itu, Ran bisa merasakan sepasang bola mata memerhatikan kearah mereka berdua.
"Sayang, sepertinya kita harus mengunjungi restoran terdekat. Aku yakin kamu belum makan, dan Rindou juga akan marah kalau aku pulang dengan membawa tangan kosong untuknya." Sang gadis hanya mengangguk.
"Bagaimana kalau kamu masuk dulu sementara aku telpon Rindou untuk bertanya apa yang dia inginkan?"
[Name] merasa tenang sesaat mendengar bahwa dia akan berada didalam suatu ruangan, namun sedikit gugup karena dirinya akan berpisah dengan Ran untuk sesaat.
"Aku tidak mau Rindou mengeluh karena kita membeli makanan yang salah untuknya." Ran tertawa ringan, meredakan ketidaknyamanan sang gadis yang terlihat jelas. "Aku akan cepat."
Melewati rasa keraguan, [name] menyerah. Bagaimana pun itu adalah tempat publik, seharusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ran memerhatikan [name] sebelum berbalik badan, memberikan rasa merinding pada orang yang mengikuti keduanya selama ini.
"Sangat memalukan kalau aku meninggalkan [name] terlalu lama, bukan?" Seringai sinis terpatri pada wajah Ran, perlahan berjalan ke arah penguntit itu. "Aku tidak ingin ada seseorang yang mengambil [name].....terutama orang sepertimu."