ᴺᴼᵂ ᴾᴸᴬᵞᴵᴺᴳ :╔══ஓ๑♡๑ஓ══╗
𝙃𝙖𝙞𝙩𝙖𝙣𝙞 𝙍𝙖𝙣
╚══ஓ๑♡๑ஓ══╝
Diantara stalker, mantan pacar, seorang kriminal psikopat, dan hubungan palsu...
Mana yang lebih menakutkan?
Semua itu dialami sang gadis jel...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳
° ° °
Tepatnya sudah berjalan sebulan semenjak dara jelita mengenal dan dekat dengan seorang pria eksekutif bonten. Jika boleh jujur, ia masih takut pada pria terkecuali Ran, pria yang selalu melindunginya selama ini. Anindya tidak bisa membayangkan jika Ran pergi dari hidupnya, mungkin itu akan menjadi sebuah kekacauan terbesar dalam lembar cerita kehidupan sang dara.
Iris biru memerhatikan [name] sedari tadi, "kamu banyak melamun, [name]."
"Kamu masih memikirkan stalker mu itu, ya? Apa sebaiknya kamu tinggal saja bersama kami?" Tanya seorang gadis bersurai blonde.
"Yah, seperti itulah...mungkin lebih baik jika aku pergi dari Jepang, sepertinya aku memberi Ran banyak pekerjaan." [Name] menghela napas panjang.
"Entah beruntung atau malapetaka, tapi kamu diikut terus Haitani Ran itu benar-benar mengejutkanku, [name]."
"Aku pun tidak tahu, tapi sisi sadistik nya hilang entah kemana jika dia bersamaku. Inupi, Akane...kalian tau kan kalau kami hanya berpura-pura pacaran? Tapi perlakuannya Ran itu lebih dari sekedar pura-pura."
Inupi dan Akane hanya memandangi satu sama lain, "kami tau itu, bukankah tujuannya untuk menjadikan mu pacarnya saat itu sudah menunjukkan ketertarikan padamu, [name]? Dia seperti itu pasti ada maksud tertentu, kau tau?"
Pemuda bersurai blonde kini menyela, "kalau kamu merasa tidak nyaman dengannya, aku akan membantumu...aku tau kamu takut, kan? Lebih baik kalau kamu pindah apartemen atau sementara bisa tinggal dengan Akane."
"Dulu aku memang merasa tidak nyaman dengan keberadaan Ran, tapi entahlah sekarang aku sudah terbiasa."
Seraya mengobrol dengan santai pada sebuah cafe dipinggir jalan, seorang pria menghampiri ketiganya dengan memasang raut wajah malas.
"Ran?! Kamu tau aku ada disini?" Menyadari eksistensi pria itu dan menoleh kearahnya.
"Mmh, aku cuma gak mau pacarku kenapa-kenapa." Smirk membosankan itu tertanam pada bibir indahnya.
"Hei Ran! Biarkan [name] bersama kami, dia akan tinggal dengan aku dan Akane hingga [name] merasa aman." Cakap Inupi lantang.
Manik amethyst Ran menatap intens anindya, dirinya berjongkok menghadap sang gadis "apa aku masih belum membuatmu aman, sayang? Kalau kamu merasa takut tinggal di apartemen mu, sebaiknya kita beli apartemen yang lebih terjaga keamanannya dan tinggal lah bersamaku."
Sontak Inupi dan Akane membulatkan matanya mendengar ucapan Ran, bukan hal aneh jika Ran bisa dengan semudah itu membeli sebuah unit apartemen. "T-tapi Ran..."
"Kita pulang ya, [name]. Mungkin masih banyak yang ingin menyakitimu diluar sini." Sembari meraih pergelangan tangan [name].
Ia mengajak gadis tersebut menuju penthouse mewah, yang sudah pasti hanya bisa dimiliki oleh orang-orang berkelas. "Ini milikku, dan yang sebelah itu milik Rindou."
"Ini terlalu berlebihan, Ran. Aku bahkan hanya orang asing di hidupmu."
"Siapa bilang? Kamu pacarku." Tepisnya.
"Tidak Ran, aku tidak bisa...aku juga tidak bisa tinggal bersamamu, aku hanya t-takut." Daksa anindya sedikit menjauh.
"Aku tidak bisa tinggal di tempat itu lagi [name], mengingat banyak sekali gangguan di sana...walaupun aku bisa saja mengatasinya, tapi aku juga tidak bisa membiarkanmu tinggal di apartemen mu sendirian." , "Jadi, biarkan aku memberikanmu tempat tinggal disini, aku tidak mau kamu jauh-jauh dariku."
Merasa ini semua berlebihan, [name] hanya takut jika Ran memiliki maksud tertentu, terlebih lagi ia tidak berpikir panjang dan memberikan sebuah penthouse pada [name]. "Apa ada sesuatu yang kamu inginkan, Ran?" Nadanya cemas.
"Apa maksudmu?" Ran mengernyitkan keningnya.
"Kamu memberiku hal seperti ini, pasti kamu menginginkan sesuatu dariku. Maaf Ran, aku tidak bisa menerimanya."
Menghela napas, Ran paham apa yang ditakutkan sang gadis, ia juga bahkan tidak bisa memaksanya. "Baiklah, aku mengerti. Tapi aku akan tetap mengawasi mu, oke?" Ia mengelus surai anindya.
"Terimakasih, Ran." Senyumnya kembali pada paras jelitanya.
Malam ini begitu sunyi, pemuda itu selalu memikirkan gadis pujaannya, setiap kali memikirkannya, setiap kali pula ia menangkis para bajingan yang berani melukai gadisnya. Dia hanya tidak percaya bahwa orang-orang berani sekali mengganggu dan berusaha merebut gadis miliknya, apa mereka tidak cukup puas menghadapi tongkat besi milik Ran?
Sungguh menakjubkan bagaimana Ran masih belum ditangkap karena hampir membunuh orang lebih banyak daripada saat dulu. Tidak hanya dia cemburu, namun orang-orang yang mau melukai gadisnya semakin banyak.
Sedikit lagi dan Ran mungkin akan dikirim kembali ke penjara, kali ini secara permanen. Bel pintunya menggema seisi ruangan, jarang sekali ada orang yang datang bertamu, dengan segera ia membuka pintunya.
Sosok [name] datang pada Ran, dengan kedua matanya yang memerah dan berlinang air mata, Ran tahu bahwa seseorang benar-benar akan mati hari ini dan mungkin ia harus melarikan diri dari polisi.