2. Penghuni Kos Pulau Kapuk

155 9 4
                                    

Tolong tandai jika ada tipo:))

Tolong tandai jika ada tipo:))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bertemu denganmu adalah takdir. Namun, jatuh cinta padamu adalah akhir. Akhir ketenangan hidup yang terenggut paksa hanya karena perasaan fana."

•••

    "Sayanggg, ayo buruan BAB-nya! Aku udah di ujung iniii."

   "Sebentar, Le! Sabarrr. Tadi siapa yang ngasih sambel semangkuk ke dalem bakso?"

   "Jangan nyalahin aku gitu, dong! Udah ayo cepetannn. Keburu keluar anak kamu ini, lho!"

   "Haduh, teu tiasa enggal-enggal. Sebelah aja, Le, sebelah!"

   "Aelah. Lama banget, sih! Pattyyy, buruan lo!"

   "Beta belum selese ini, Kakak! Jangan ale badorong-dorong pintunya!"

   "Sialan! Keburu keluar ini."

   "Astagfirullah, Leah."

   "Jangan istighfar dalem toilet, Noah!"

   "Astagfirullah lupa."

   "Heh!"

   "Oh, iya lupa lagi."

   Bude Marni benar. Penghuni kos akan pulang ketika sore menyapa. Kos-kosan Pulau Kapuk yang tadi sepi seperti hati mendadak ramai ketika Leah dan Noah—sepasang kekasih yang merupakan mahasiwa tingkat akhir dan bekerja sambilan—pulang bersama setelah ngiras bakso. Keduanya pulang dengan keadaan kacau sambil memegangi perut dan rebutan toilet. Diduga, keduanya kebanyakan makan sambel sampai hal tersebut memicu capsaicin dalam makanan pedas menstimulasi reseptor transient potential vanilloid 1 (TRPV1) hingga menyebabkan diare.

    Di kos-kosan Pulau Kapuk hanya ada dua kamar mandi dan dua toilet. Kebetulan, Patty—Mahasiswi semester tiga dari Ambon—lebih dulu pulang dam semedi di toilet yang satu. Alhasil, Leah yang kesetanan tidak kebagian toilet jejingkrakan di depan dua toilet itu. Tangan Leah yang kukunya di-nail art beberapa bulan lalu berkali-kali mengetuk dua pintu toilet tak sabaran.

   Rara yang sejak tadi menyaksikan tertekannya seorang Leah hanya bisa menatap miris. Leah—perempuan yang mengombre rambutnya menjadi warna pirang itu memekik senang ketika Patty keluar dari dalam toilet.

   "Silakan, Kakak. Jalang pelan-pelan saja nanti jato."

   Tanpa disuruh pun Leah tahu. Namun, perempuan itu memilih menerobos, menutup pintu sampai terdengar dentuman dan menuntaskan hajatnya.

   Patty mengelus dada. Melihat Rara nyengir di pantri, perempuan asli Ambon itu mendekatinya.

   "Jangan heran, ya."

Sunat SenatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang